Selamat malam.
Setelah sekian lama saya tidak menulis apapun di sini, akhirnya malam ini saya mempunyai niat untuk menulis sesuatu.
Saya mau membahas sesuatu tentang dunia hiburan kita. Malam ini ada perbincangan yang agak menarik dengan teman-teman saya di grup Line, yaitu teman-teman Geng Kodamar. #halah mengenai dunia hiburan kita. Khususnya pertelevisian. Berawal dari salah seorang dari kita membahas sebuah sinetron di sebuah stasiun TV yang mempunyai slogan “Satu Untuk Semua” yang alur ceritanya sangat mirip dengan sebuah film dari barat. Dari sinilah perbincangan kita dimulai.
Sekarang ini sedang marak-maraknya di media sosial tentang plagiarism sebuah stasiun TV yang membuat sebuah sinetron dengan ide cerita dan isi cerita yang sama persis dengan sebuah drama yang lebih dulu tayang di negeri ginseng (Korea). Banyak sekali orang-orang yang aktif di media sosial membicarakan mengenai hal ini, ada yang berupa celaan, hinaan, cacian, dan sebagainya. menganggap bahwa sinetron yang tayang di salah satu stasiun televisi Indonesia ini memplagiat drama yang berasal dari Korea tersebut.
Beberapa hari yang lalu beredar kabar bahwa sinetron tersebut sudah mendapatkan izin karena dari pihak tv sudah membeli hak cipta (cerita). Namun ternyata, stasiun TV yang menayangkan drama tersebut disana baru menyadari hal ini dan menuntut atas tindak plagarisme yang dilakukan salah satu stasiun televisi di Indonesia. Tentu saja hal ini mengundang perhatian penikmat drama tersebut di seluruh dunia yang memang sangat terkenal. Negara ini banyak dibicarakan, beberapa dari mereka bahkan mencaci. Miris melihatnya. Lalu, kalau sudah begini, ini salah siapa?
Negeri kita kekurangan orang kreatif? Ya, banyak dari mereka yang berkata seperti itu. Mereka berpikir kita kekurangan orang kreatif sehingga banyak acara-acara kita yang memplagiat acara negara lain. Tapi, saya punya pandangan lain…
Let’s see?
Miris memang mengetahui banyak dari acara-acara di dunia hiburan di negara ini yang ternyata banyak yang mengikuti, mengadaptasi, meremake, atau bahkan menjiplak plek plek plek acara-acara di negara luar. Tapi lebih mirisnya lagi adalah saat remaja kita, atau mereka orang-orang Indonesia yang aktif di media sosial dengan mayoritas penggunanya adalah remaja kita jadi ikut menjelek-jelekan bangsa sendiri karena hal-hal seperti ini. “Indonesia plagiat!” “Indonesia apasih yang nggak copas!” “Indonesia nggak kreatif!” dan lain sebagainya. Sedih rasanya. Miris Rasanya. Sakit Rasanya.
Mungkin, itu kesalahan segelintir orang, tapi yang dicacimaki jadi, Indonesia…
Di dalam tulisan ini saya ingin bilang, Indonesia bukan kekurangan orang-orang kreatif. Tapi kekurangan orang-orang yang menghargai bangsanya sendiri. Seperti contohnya saja yang terjadi di sekitar saya, tidak sedikit film-film Indonesia yang cukup berkualitas, dilahirkan oleh orang-orang kreatif Indonesia yang nasib filmnya tidak terlalu mendapatkan antusias. Ada yang bilang, “Males nonton film Indonesia, nggak seru” atau “Paling sebentar lagi tayang di TV atau youtube”. Coba kalau ada film luar negeri yang tayang di Indonesia, misalnya film Barat, suksesnya bahkan jauh melebihi tayangnya film-film karya anak-anak Indonesia. Seperti itulah…
Kita yang nggak menghargai karya negeri kita sendiri, disaat acara kita mengikuti negeri orang, malah sibuk mencaci negeri sendiri. Jadi, siapa yang harus disalahkan? Ya nggak tau. (?)
Kembali ke kasus yang lagi terkenal itu yah. Hmm… mungkin orang-orang yang berhubungan sama sinet itu bertujuan untuk mencapai kesuksesan yang sama seperti drama aslinya. Tapi ya tindakan mereka tetep salah. Mereka ndak punya izin, ambil karya orang lain. Itu melanggar hak cipta. Ide itu mahal loh pemirsah, jelas yang namanya hak cipta dimana-mana itu harus dipertegas. (?) jadi plagiarism dalam hal apapun itu ya dilarang. Wong ngutip kata-kata orang buat dicantumin di makalah aja harus ada footnote atau daftar pustakanya kok. :p
Intinya, tetep cintai produk Indonesia! Memang nggak semuanya bagus, ya apapun juga kita harus pinter memilah mana yang baik dan yang buruk. Yang baik didukung, yang buruk diperbaiki. Gue yakin kok masih banyak yang baik buat didukung. Tinggal kitanya mau atau ngga.
Segitu aja curhatan gue malam ini. Correct me if I’m Wrong! :)
Goodnight, world!:D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H