Video game adalah salah satu industri hiburan terbesar di dunia, bahkan melebihi industri film, musik, dan olahraga. Dengan pendapatan tahunan yang terus meningkat dari tahun 2010 hingga tahun 2020, industri ini mengalami pertumbuhan yang signifikan, seperti film mengalami kenaikan sebesar 6,1%, musik mengalami penurunan sebesar 50,9%, olahraga mengalami kenaikan sebesar 61,9%, dan juga video game mengalami kenaikan sebesar 160,4%.Â
Di Indonesia sendiri, industri video game mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir, terutama di era digital. Namun, walaupun semakin banyak orang yang tertarik untuk bermain video game, banyak juga yang merasa bahwa video game menjadi tidak seru lagi.
Data dari Statista pada tahun 2021 menyebutkan bahwa sebagian besar pemain video game di Amerika Serikat adalah dewasa, dengan persentase pemain yang berusia 18-34 tahun mencapai 38%. Hal ini menunjukkan bahwa pemain video game tidak hanya terdiri dari anak-anak dan remaja, tetapi juga banyak orang dewasa yang tertarik untuk bermain.Â
Di Indonesia, situasinya hampir sama dengan banyaknya pemain video game dewasa yang tertarik untuk bermain. Namun, meskipun jumlah pemain video game terus bertambah, hal ini tidak selalu berarti bahwa mereka akan terus tertarik untuk bermain dalam jangka waktu yang lama.Â
Faktanya, banyak pemain video game yang merasa bahwa video game yang mereka mainkan menjadi tidak seru lagi setelah beberapa waktu bermain. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk repetitifnya gameplay, kurangnya tantangan, atau tidak adanya inovasi pada game tersebut. Berbagai alasan melatar belakangi mengapa orang memainkan video game.Â
TeachThought pada 3 Desember 2012, Â merinci alasan tersebut yaitu mendapatkan pengalaman yang menyenangkan, membangun hubungan sosial, meningkatkan keterampilan motorik, dan sebagai bentuk escapism dari kehidupan sehari-hari.Â
Menurut sebuah artikel di TeachThought pada 3 Desember 2012, Â ada beberapa alasan mengapa orang memainkan video game, antara lain untuk mendapatkan pengalaman yang menyenangkan, membangun hubungan sosial, meningkatkan keterampilan motorik, dan sebagai bentuk escapism dari kehidupan sehari-hari. Namun, jika video game tidak lagi memberikan pengalaman yang menyenangkan, pemain video game dapat kehilangan minat.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi minat pemain video game adalah inovasi pada game yang mereka mainkan. Seperti yang dijelaskan dalam artikel di Visual Capitalist, industri video game telah berkembang pesat selama 50 tahun terakhir, dengan perubahan yang signifikan pada teknologi, gaya permainan, dan tampilan visual. Namun, beberapa game masih menggunakan gameplay yang sama dengan game yang dirilis bertahun-tahun yang lalu, contohnya adalah franchise game FIFA yang dirilis setiap tahun dengan perubahan yang terbatas dalam gameplay dan fitur, tanpa melakukan inovasi yang signifikan.
Selain itu, beberapa pemain video game juga merasa bahwa industri video game saat ini terlalu terfokus pada uang dan keuntungan, sehingga kualitas game menjadi kurang penting.Â
Menurut data dari Visual Capitalist, pendapatan dari industri video game telah mencapai lebih dari $165 miliar pada tahun 2020, dan diperkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Namun, jika keuntungan menjadi prioritas utama, maka inovasi dan kualitas game mungkin akan terabaikan.Â
Pada akhirnya, tidak dapat dipungkiri bahwa video game yang lama kelamaan menjadi tidak seru lagi adalah hal yang umum terjadi. Namun, hal ini tidak selalu disebabkan oleh kualitas game itu sendiri, melainkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi minat pemain video game. Untuk mempertahankan minat pemain video game, pengembang game perlu memperhatikan beberapa hal, seperti menyediakan konten yang variatif dan menantang, melakukan inovasi pada gameplay dan fitur game, serta memberikan pengalaman bermain yang menyenangkan dan memuaskan.