TEORI KONSTRUCTIVITISME DALAM PEMBELAJARAN
Written by Siti Aisyah
Teori ini adalah teori yang dilahirkan atas perpaduan antara teori Piaget (konstructivitisme positif) dengan teori Vgosky (konstructivitisme Sosial). Teori ini berkeyakinan bahwa anak akan mencapai titik keseimbangan dari apa yang sudah ia ketahui sebelumnya. Beberapa aspek dalam perkembangan anak diaantaranya adalah Zona tedekat anak atau Progzima development. Dalam zona ini, anak akan lebih memahami sesuatu yang pernah ia alami sebelumnya dalam kehidupan sehari-harinya.
Aspek lainnya adalah anak akan merasa lebih paham apabila teman sebayanya yang menjelaskan materi tersebut atau kita kenal dengan sebutan tutor sebaya. Hal lain yang akan memperjelas pemahaman siswa apabila guru member tugas kepada siswa seuai dengan pengalaman real yang pernah siswa alami sebelumnya sehingga siswa akan senantiasa mudah menalar materi tersebut.
Adapun tujuan teori ini adalah untuk mengembangkan daya nalar siswa. Mencari dan berupaya menemukan sendiri jawaban dari apa yang ia dapatkan dikelas. Guru hanya sebagai fasilitator semata. Hal ini sudah mulai dikembangkan di Indonesia dengan mengadopsi kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013, siswa diusahakan mencari, mengamati, menanya segala materi yang akan mereka pelajari nantinya. Sama halnya dengan cirri-ciri yang ada dalam teori ini, siswa diharapkan dapat mencapai pemahaman secara inkuiri eksperimental yakni mendapatkan segala jawaban tentang mata pelajaran dengan caranya sendiri dan guru hanya sebagai penengah dan pelurus teori apabila siswa agak melenceng dari tujuan pembelajaran tersebut.
Pada hakikatnya, pengetahuan menurut teori ini adalah sesuatu yang tidak bisa dipindahkan dari guru menuju siswa secara langsung tanpa adanya keaktifan siswa dalam belajar saat dikelas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H