Aku hari ini menganalisa sebuah film pendektentunya tentang psikologi komunikasi. Film pendek itu menceritakan tenteng “KEKERASAN DALAM BERPACARAN” ada seseorang menjalinkan rasa sayang dalam pacaran yang bernama MELATI DAN JAKA ia berpacaran cukup lama.Melati.adalah seorang anak perempuan yang berasal dari keluarga kaya raya, Kedua orang tuanya dan juga kakaknya sibuk bekerja mencari uang. Melati juga seorang mahasiswi dari salah satu universitas di Jakarta. Selain kuliah, Melati juga bekerja disebuah perusahaan. Melati melakukan banyak kegiatan setelah dia pulang kuliah, agar dia tidak merasa kesepian. pada akhirnya, Melati mempunyai kekasih yang bernama Jaka. Melati merasa senang, karena saat ini dia tidak lagi kesepian dengan adanya sang pacar yang bernama jaka sebagai kekasih melati. setelah beberapa bulan mereka berpacaran melati pun mulai mengetahui sifat asli jaka. Jaka sering kali berbuat kasar pada melati, seperti mengucapkan kata-kata kasar kepada melati. Selama berpacaran dengan melati, jaka tak pernah mengeluarkan uang untuk makan di luar dengan melati. Malah terkadang, jaka sering meminta uang pada melati untuk membeli keperluan yang sedang jaka inginkan. Dan parahnya, jaka juga sering memukul melati saat mereka bertengkar.
Dan Jaka marah ketika kemauannya yang dia inginkan tidak dituruti oleh melati. Jakamulai berbicara kasar pada melati dan melakukan kekerasan fisik pada melati seperti, menampar, menjambak rambut, bahkan jaka tidak tega menyiksa melati dalam kamar mandi serta menyiram melati dikamar mandi. Dan Anehnya, setelah jaka melakukan semua perbuatan kasar itu, jaka meminta maaf pada melati. Tetapi permintaan maafnya jaka dimaafkan oleh melati. Namun, perbuatan kasar jaka terhadap melati terus di lakukan oleh jaga terhadap melati. Melati mulai merasa tak tahan dan ingin lepas dari jaka, melati selalu berusaha menghubungi sahabatnya yang bernama Bimo. Melati ingin sekali menceritakan semua yang terjadi pada dirinya kepada bimo. Tapi, jaka selalu saja melarang melati untuk dekat dengan sahabat-sahabat cowonya melati. Sampai akhirnya, jaka melakukan lagi perbuatan kasar pada melati ketika jaaka mengetahui bahwa melati menemui sahabatnya bimo, kali ini perbuatan kasar jaka tak dapat lagi termaafkan oleh melati. Dan akhirnya, melati berhasil untuk mengakhiri hubungan dia bersama jaka( PUTUS ) . Meskipun jaka tetap mengetahui segala hal yang dilakukan melati. Dan ternyata semua sikap kasar jaka, ia lakukan karena ia sering melihat sang ayah memukuli ibu nya saat bertengkar.
Cerita di atas adalah cerita film kekerasan dalam berpacaran, dimana dikatakan jaka mempunyai sikap self – esteem yang rendah. Self – esteem yang rendah melibatkan penilaian yang buruk akan pengalaman masa lalu dan pengharapan yang rendah bagi pencapaian masa depan. Pengertian dari self – esteem sendiri adalah penilaian, baik positif atau negative, individu terhadap diri sendiri. Berbeda dengan melati yang memiliki self – esteem yang tinggi dan juga memiliki konsep diri yang positif. Konsep diri yang positif akan lahir pula perilaku yang positif. Jaka berperilaku kasar, dikarenakan melihat ayahnya yang sering berbuat kasar pula. Dalam kasus ini, ayah jaka disebut sebagai significant others yaitu orang-orang yang mempengaruhi perilaku,pikiran,dan perasaan kita.
Reaksi melati mengevaluatif (suatu penilaian mengenai kesukaan dan ketidaksukaan seseorang) terhadap orang,peristiwa atau aspek lain dalam lingkungannya. Sebagai suatu evaluasi dari hal yang telah di alami, sikap merupakan posisi yang tidak netral. Sikap itu pun bervariasi dari segi intensitasnya, bisa rendah sedang atau banyak. Semua itu termasuk dalam sikap karena berhubungan dengan pengalaman kita.
Dari berbagai definisi dalam cerita di atas tampak bahwa jaka mempunyai ciri khas dari sikap Mempunyai objek tertentu(orang,perilaku,konsep,situasi,dan benda) dan melati memiliki penilaian (setuju atau tidak setuju,suka atau tidak suka) terhadap jaka.
Perubahan sikap yang terjadi pada jaka dapat dikatakan sebagai karakteristik personal dan karakteristik personal tersebut adalah umur. Sikap jaka terhadap melati terbentuk dari berbagai kesimpulan yang kita peroleh tentang pengalaman di masa lalu, untuk mempermudah pilihan perilaku jaka nantinya. Sikap jaka tentang kekerasan,misalnya akan membantu kita memutuskan Sikap berkembang dari pengalaman positif dan negative, hal yang dilakukan melati bisa disebut sebagai atribusi. Semua kejadian buruk yang dialami melati, adalah suatu pengalaman. Melalui pengalaman hidupnya, manusia mengembangkan cara untuk membedakan berbagai katagori manusia yang ditemuinya
SEKIAN ANALISIS SAYA DALAM FILM “KEKERASAN DALAM BERPACARAN” DAN YANG SAYA MINTA JANGAN MENIRUKAN CERITA TENTANG FILM TERSEBUT KARENA PEREMPUAN ADALAH SEORANG IBU BUAT KITA.
TERIMAKASIH…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H