Hampir tiap hari berita mengenai kecelakaan lalu lintas (laka-lantas) banyak dimuat di koran-koran lokal maupun nasional yang terbit di kota Malang. Seakan-akan itu menjadi pemberitaan yang biasa. Di beberapa sudut kota, di tengah-tengah pembicaraan sekumpulan pekerja pun, topik yang lagi menghangat adalah laka lantas yang menewaskan pengendara ini, atau pengendara itu.
Penyebabnya pun macam-macam, ada yang karena si supir yang di duga mengantuk, keadaan kendaraan yang tidak fit, kondisi jalan yang berlubang, orang yang menyeberang sembarangan, hingga pengendara yang tidak mengenakan helm atau berboncengan tiga. Lantas, siapa yang patut disalahkan jika hal ini sampai terjadi?, rambu-rambu telah di pasang, lampu-lampu kendaraan sudah dinyalakan, spion-spion sudah standar, helm yang digunakan pun telah SNI. Mungkin kedisiplinan dari para pengguna jalan lah yang harus di tingkatkan. Semua harus jadi contoh, setidaknya untuk dirinya sendiri.
Disiplin untuk selalu mengecek kondisi kendaraan dan kondisi badan. Disiplin untuk memperbaiki kondisi jalan yang berlubang. Disiplin untuk mengenakan helm saat berkendara roda 2, dan mengenakan sabuk pengaman untuk kendaraan roda 4. Berhenti saat lampu merah dan tidak melanggar rambu hanya karena tidak ada polisi yang melihat. Jika para pengguna jalan telah disiplin, kan setidaknya tidak ada lagi istilah keren di jalanan, "nasib kalau sudah di jalan ya kalau nggak nutul ya ditutul" (nasib kalau sudah di jalan ya kalau tidak menabrak ya ditabrak.red). Semua pihak berperan saat di jalan. Ingat seperti pesan di belakang truk-truk, "keluarga menunggu di rumah".
diana
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI