Mohon tunggu...
Putri Diah
Putri Diah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Bermain Bulu Tangkis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bintang di Atas Papan Tulis

4 Januari 2025   18:56 Diperbarui: 4 Januari 2025   18:55 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam itu, Langit menatap bintang-bintang di langit desa. Anak kelas 6 SD itu duduk di depan rumahnya, memeluk buku lusuh yang penuh dengan coretan. Di sekolahnya, Langit sering diejek karena seragamnya yang sobek dan buku-buku lamanya. Tapi, ejekan itu tak pernah membuatnya berhenti belajar.

"Apa yang kamu lihat, Langit?" tanya Bapak, seorang buruh tani yang baru pulang dari sawah.

"Bintang, Pak. Kata Bu Rina, bintang itu seperti mimpi. Kalau kita percaya, kita bisa mencapainya," jawab Langit penuh keyakinan.

Bapak terdiam sejenak, lalu tersenyum. "Kalau begitu, teruslah belajar. Jangan takut bermimpi besar meskipun kita kecil."

Di sekolah, Langit adalah murid yang paling rajin. Ia selalu duduk di barisan depan, memperhatikan setiap kata yang keluar dari mulut Bu Rina, gurunya. Bu Rina tahu bahwa Langit memiliki potensi besar. Meski sering diledek teman-temannya, Langit tak pernah absen mengerjakan tugas atau menjawab soal dengan penuh semangat.

Suatu hari, Bu Rina mengumumkan lomba karya tulis dengan tema "Mimpiku di Masa Depan." Semua murid diberi waktu seminggu untuk menulis. Langit merasa bersemangat. Malam harinya, ia menulis dengan pensil yang sudah pendek. Dalam tulisannya, ia menceritakan mimpi besarnya menjadi seorang guru yang bisa mengajar anak-anak di desa terpencil seperti desanya.

Namun, saat Langit menyerahkan karyanya, beberapa teman menertawakannya. "Guru? Jangan mimpi, Langit! Kamu bahkan nggak punya uang buat beli seragam baru," ejek salah satu temannya.

Langit hanya diam, menahan rasa malu. Tapi dalam hati, ia yakin bahwa mimpinya tidaklah mustahil.

Seminggu kemudian, Bu Rina mengumumkan pemenang lomba. Dengan senyum hangat, ia menyebut nama Langit sebagai juara pertama. Seluruh kelas terdiam. Bu Rina kemudian membacakan tulisan Langit di depan kelas. Saat mendengar mimpinya, teman-temannya mulai mengerti bahwa di balik pakaian lusuhnya, Langit menyimpan semangat yang luar biasa.

"Langit, tulisanmu menginspirasi saya sebagai guru. Jangan pernah berhenti bermimpi, ya," kata Bu Rina sambil menyerahkan hadiah berupa buku dan alat tulis.

Hari itu, Langit merasa bintang di atas papan tulisnya semakin terang. Ia berjanji kepada dirinya sendiri bahwa suatu hari nanti, ia akan kembali ke desanya, bukan hanya sebagai pengajar, tapi juga sebagai bukti bahwa pendidikan mampu mengubah hidup siapa saja yang mau berjuang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun