Mohon tunggu...
Putri DeviArianti
Putri DeviArianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya memiliki hobi menulis. Saya menguplod tulisan saya dengan sedikit pengetahuan yang saya miliki.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ancaman Budaya Gotong Royong

12 Mei 2024   09:57 Diperbarui: 12 Mei 2024   10:00 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Gotong royong telah lama menjadi pilar utama dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Budaya gotong royong merupakan bagian penting dari identitas dan kehidupan masyarakat Indonesia. Gotong royong merupakan nilai budaya yang mengedepankan kerjasama dan kebersamaan dalam menjalani kehidupan sehari-hari, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat lokal, maupun bangsa secara keseluruhan. Nilai-nilai solidaritas, kerjasama, dan saling membantu telah mengakar kuat dalam budaya kita. Integrasi nasional adalah upaya untuk mempersatukan beragam suku, budaya, dan agama yang ada di Indonesia menjadi satu kesatuan yang kokoh. Budaya gotong royong dianggap sebagai salah satu pilar integrasi nasional karena dapat menjadi jembatan untuk mempererat hubungan antar individu dan antar kelompok dalam masyarakat. Namun, di tengah arus perubahan sosial, teknologi, dan urbanisasi yang pesat, budaya gotong royong mulai terancam menghilang. Berbagai faktor seperti individualisme yang meningkat, perubahan gaya hidup, dan terpengaruhnya nilai-nilai Barat telah membawa dampak yang signifikan terhadap praktik gotong royong di masyarakat. Jika budaya gotong royong terus tergerus atau dilemahkan, hal ini dapat berdampak negatif pada integrasi nasional. Perbedaan-perbedaan sosial, ekonomi, dan politik yang ada di Indonesia bisa semakin melebar dan memicu konflik antarkelompok atau antarwilayah.

Salah satu fenomena ancaman budaya gotong royong pada integrasi nasional yang terjadi di lapangan adalah penurunan partisipasi masyarakat dalam kegiatan gotong royong. Hal ini dapat terlihat dari berbagai faktor, seperti rendahnya jumlah partisipasi dalam kegiatan membersihkan lingkungan, memperbaiki infrastruktur desa, atau membantu sesama dalam keadaan darurat. Penurunan partisipasi ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Perubahan Nilai dan Pola Pikir

Masyarakat modern cenderung lebih individualistik dan kurang peduli terhadap kepentingan bersama. Perubahan nilai-nilai ini mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap pentingnya gotong royong dalam membangun dan memelihara kebersamaan.


2. Peningkatan Mobilitas Sosial

Peningkatan mobilitas sosial sering kali menyebabkan masyarakat terpencar-pencar dan tidak memiliki keterikatan yang kuat terhadap lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat mengurangi rasa tanggung jawab terhadap kepentingan bersama dan mengurangi partisipasi dalam kegiatan gotong royong.


3. Pengaruh Media Sosial dan Teknologi

Media sosial dan teknologi memainkan peran dalam mengubah pola interaksi sosial. Seringkali, masyarakat lebih cenderung terlibat dalam interaksi virtual daripada interaksi langsung di lingkungan sekitarnya, yang dapat mengurangi keaktifan dalam kegiatan gotong royong.


4. Kurangnya Kesadaran dan Pendidikan

Kurangnya kesadaran akan pentingnya gotong royong dan kurangnya pendidikan tentang nilai-nilai kebersamaan juga dapat menjadi faktor penyebab penurunan partisipasi masyarakat dalam kegiatan gotong royong.

Penyebab ancaman terhadap budaya gotong royong pada integrasi nasional dapat bervariasi dan kompleks. Beberapa penyebab utamanya meliputi:
1. Modernisasi dan Urbanisasi
Perubahan sosial dan ekonomi yang diakibatkan oleh modernisasi dan urbanisasi dapat mengubah pola pikir dan nilai-nilai masyarakat. Masyarakat yang terurbanisasi cenderung lebih individualistik dan kurang terlibat dalam kegiatan gotong royong.
2. Globalisasi
Arus globalisasi membawa pengaruh dari budaya luar yang dapat menggeser nilai-nilai lokal, termasuk nilai-nilai gotong royong. Perkembangan teknologi dan media massa juga dapat mempengaruhi pola interaksi sosial masyarakat.
3. Kondisi Ekonomi
Ketidaksetaraan ekonomi, kemiskinan, dan ketidakadilan sosial dapat mengganggu rasa kebersamaan dan solidaritas dalam masyarakat. Masyarakat yang terpinggirkan ekonominya cenderung fokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dan kurang memiliki waktu dan sumber daya untuk berpartisipasi dalam kegiatan gotong royong.
4. Krisis Nilai
Perubahan nilai-nilai sosial dan kehilangan nilai tradisional dapat mengganggu kestabilan budaya gotong royong. Misalnya, adanya penurunan moral dan etika dalam masyarakat dapat mengurangi rasa tanggung jawab terhadap kepentingan bersama.
5. Kurangnya Pendidikan dan Kesadaran
Kurangnya pendidikan tentang pentingnya budaya gotong royong dan kesadaran akan nilai-nilai kebersamaan juga dapat menyebabkan penurunan partisipasi dalam kegiatan gotong royong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun