Mohon tunggu...
Putri DE
Putri DE Mohon Tunggu... -

A newbie in writing.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Quo Vadis TVRI

24 Agustus 2013   23:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:51 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Sore ini saya iseng-iseng membaca segmen “Hari ini dalam sejarah”-nya Wikipedia. Ternyata pada tanggal ini 51 tahun yang lalu, TVRI mengudara untuk pertama kalinya sebagai stasiun televisi pertama di Indonesia dengan acara siaran langsung upacara pembukaan Asian Games IV di Jakarta. Menurut Kompas.com, untuk memperingati ulang tahun ini, televisi publik yang menemani perjalanan warga negara Indonesia sejak 1962 itu akan menggelar sejumlah kegiatan baikon airmaupunoff air.

Sejumlah kegiatan digelar. Pada 24 Agustus 2013 ada Gatra Kencana, yakni penghargaan untuk insan TVRI di seluruh Indonesia. Program yang ditawarkan mulai cerita anak, dokumenter, hingga paket Padamu Negeri. Bahkan acara adzan maghrib pun masuk dalam penilaian. "Pas puncaknya tanggal 30 Agustus acaranya tidak sekadar nyanyi, namun ada perlakuan di setiap musik. Kami menayangkan keragaman Indonesia. Sudahshootingdi Jogja selama dua pekan, mengetengahkan tayangan budaya dari Indonesia bagian Barat, Indonesia Tengah, dan Indonesia Timur," kata Irwan Hendarmin, direktur program dan berita TVRI.

Baru beberapa bulan yang lalu, saya & keluarga baru ngeh kalau ternyata ada juga TVRI di antara sekian channel TV kabel berlangganan kami di rumah. Orang tua saya jadi bernostalgila sambil mengingat acara-acara favorit di TVRI in their good old times (i.e. Berpacu Dalam Melodi). Saya sih krik-krik aja ga ngerti . Wong zaman saya kecil di tahun 90-an sudah ada stasiun-stasiun TV swasta dengan acara yang lebih variatif dan penampakan yang lebih menarik kok. Saya cuma ingat re-run mini series Siti Nurbaya-nya Novia Kolopaking sama Pelajaran Bahasa Perancis-nya Maudy Koesnaedi (ini di TVRI bukan ya?). Seingat saya waktu itu, Si Unyil saja (yang belum pakai Laptop) sudah pindah tayang ke TV swasta. TVRI was so dull. Untuk konten pendidikan dan nasionalisme, saya mending nonton acara seperti sinetron Keluarga Cemara  atau Anak Seribu Pulau di sebuah TV swasta.

Bagaimana dengan TVRI sekarang? Jangan salah, penonton TVRI pada saat-saat tertentu pasti meningkat signifikan. Tidak lain karena sejak 2012 TVRI menayangkan Liga Serie A yang -walaupun bertentangan dengan UU yang menyebutkan TVRI sebagai lembaga penyiran publik bersifat tidak komersial- patut kita apresiasi untuk menjaring penonton sedkit banyak kembali melirik TVRI. Selain Serie A, variasi acara yang ditawarkan TVRI sekarang ini yang saya lihat masih didominasi oleh berita, diskusi/talk show, dan documentary yang sayangnya masih terjebak di akhir dekade 90-an (okelah karena nggak tega, saya majukan sedikit jadi awal 2000-an) dengan sinematografi dan lighting yang kelihatan jadul juga desain studio dan grafis yang apa adanya. Hasilnya, walau TVRI ini juga sudah mulai HD siarannya sejak Mei 2013, masih saja belum terlihat HD-genic. Rekaman berita TVRI pun kadang terlihat lebih amatir dari rekaman berita hasil citizen journalism di TV swasta. Konten berita TVRI menurut saya tidak lebih aktual dan kebanyakan acara diskusinya tidak lebih tajam daripada acara serupa pada TV swasta. Untung bahasa-nya sudah tidak begitu kaku dan pembaca beritanya sudah pakai iPad, kembali mengingatkan saya ini sudah tahun 2013. Hal positif lainnya,  TVRI ini punya banyak program pendidikan untuk anak dan lumayan sering menampilkan video-video musik baru dari dalam maupun luar negeri, alih-alih menampilkan acara musik lip-sync yang alay. TVRI juga bisa diakses melalui online streaming pada website-nya yang sudah cukup bagus.

Oke. Jadi ada acara bola, berita, diskusi, documentary, kids friendly, musik no-alay. Sounds great. Tapi jadi bingung TVRI ini mau ke mana. Menurut saya sih dengan teknis yang seadanya dan juga sikap yang nggak jelas, (berita dan diskusi yang tidak tajam, padahal harusnya akses ke orang dalam pemerintahan lebih bagus) dan juga segmen yang kurang jelas, TVRI ngga bakal ke mana-mana. Ga bakal tambah banyak penontonnya. Padahal, mengingat banyak pemilik TV swasta yang melibatkan diri di Pemilu 2014, TVRI mestinya bisa diharapkan kenetralan dan ketajamannya oleh masyarakat Indonesia sehingga bisa diandalkan sebagai TV public broadcasting utama di Indonesia. Apalagi kalau acara-acara semacam Suara Anda bisa ditampilkan. Di masa depan, seharusnya TVRI bisa seperti BBC, CCTV, atau NHK yang dapat menjadi public broadcasting service bagi negaranya sekaligus menjadi representasi negaranya di kalangan internasional. Bagusnya lagi, mereka juga mempunyai ‘cabang’ masing-masing yang fokus pada konten dan segmen tertentu. NHK misalnya, terdiri antara lain dari NHK General, NHK Educational, dan untuk segmen internasionalnya NHK World. Wah tahun berapa ya kita punya semacam TVRI World..

Oh ya, ada acara yang belakangan ini lumayan suka saya lihat di TVRI, yaitu Quo Vadis Indonesia (alias Where are you going, Indonesia?) yang dimoderatori Todung Mulya Lubis setiap Kamis malam. Ya menurut saya mending daripada ILC di TV O** yang berisik itu lah.

Bisa juga dicek di sini:

www.youtube.com/user/QVIndonesia

https://twitter.com/QVIndonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun