Mohon tunggu...
Putridary AprilliaNasution
Putridary AprilliaNasution Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Harapan di Tengah Pecahan

15 Juni 2024   13:00 Diperbarui: 15 Juni 2024   13:06 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah kota kecil yang teduh, hiduplah seorang anak bernama Rama. Ia adalah anak dari sebuah rumah tangga yang hancur, di mana ayahnya pergi meninggalkan mereka bertahun-tahun yang lalu. Ibunya, Maya, berjuang dengan keras untuk menghidupi Rama seorang diri.

Meski hidup dalam kondisi yang sulit, Rama tetap memiliki semangat yang kuat. Setiap hari, ia berangkat ke sekolah dengan senyuman di wajahnya. Di sekolah, Rama adalah anak yang cerdas dan rajin. Namun, di balik senyumnya yang terkadang terlihat rapuh, tersembunyi luka-luka yang dalam karena kepergian sang ayah.

Setiap malam sebelum tidur, Rama selalu berdoa agar keluarganya bisa bahagia lagi. Ia bermimpi suatu hari nanti bisa melihat ayahnya kembali, memperbaiki rumah tangga yang retak.

Suatu hari, di sekolah, Rama bertemu dengan seorang guru baru, Pak Budi. Pak Budi adalah sosok yang hangat dan penuh perhatian. Ia melihat potensi besar dalam Rama meskipun di balik kecerdasannya terdapat beban yang berat.Pak Budi menjadi sosok mentor bagi Rama. Setiap kali Rama merasa sedih atau kehilangan semangat, Pak Budi selalu ada di sana untuk mendengarkan dan memberikan dukungan.Berkat dorongan dari Pak Budi dan tekad yang kuat dari dalam dirinya, Rama mulai meraih prestasi gemilang di sekolah. Ia menjadi inspirasi bagi teman-temannya yang lain, bahwa meski berasal dari keluarga yang terpisah, ia tetap bisa meraih impian.

Suatu hari, ketika Rama sedang bermain di lapangan sekolah, ia melihat seorang pria yang wajahnya terlihat familiar. Tanpa disadari, itulah sang ayah yang telah lama mereka cari-cari. Dengan hati yang penuh harap, Rama mendekati ayahnya.Di tengah-tengah lapangan, Rama dan ayahnya bertemu. Rasa sakit dan kesedihan akhirnya terobati oleh kebahagiaan karena pertemuan itu. Meskipun rumah tangganya sudah hancur, Rama belajar bahwa keluarga adalah lebih dari sekadar hubungan darah. Keluarga adalah tentang saling mendukung dan mencintai satu sama lain.

Dari pertemuan itu, Rama belajar bahwa meskipun terkadang hidup memberikan pukulan yang keras, ada harapan di tengah-tengah kehancuran. Dan terkadang, yang paling penting adalah memiliki orang-orang yang peduli di sekitar kita untuk membantu mengangkat kita dari kegelapan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun