Mohon tunggu...
Eka Putri Kenanga
Eka Putri Kenanga Mohon Tunggu... -

Really... Really...Wanna Be a Writer and Muslimah Fashion Designer :)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Modal Nekad >,

18 April 2013   19:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:59 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillah...

22 Maret 2013 Nggak sengaja terlihat kertas pengumuman lomba busana muslim yang diadakan oleh sebuah komunitas Hijabers di kotaku. Selebaran yang penuh warna itu kupandangi dengan senyum yang sedikit dibumbui ketertarikan. "Pengen ikutan" kataku dalam hati sambil membaca isinya. Dengan gaya polosku, kuceritakan pada sahabat. Mungkin karena dia tahu, kalau aku senang dengan dunia design dan fashion, diapun mendukungku untuk berpartisipasi. Jujur, aku senang bukan main. Ini kontribusi pertamaku dalam lomba yang berbau fashion show. Akhirnya, karena tidak kesabaranku untuk mendaftar, pukul 7 lewat 12 malam langsung saja kukirimkan pesan singkat kepada nomor yang tertera dikertas pengumuman tadi siang.  Ada satu hal menarik dari percakapan aku dengan pemilik nomor itu. Ketika beliau menanyakan apakah aku memiliki BB (blackberry smartphone), dengan agak malu-malu kubalas "waduh, kebetulan gak pake BB kak". Aku jadi teringat. Beberapa waktu yang lalu, ketika aku berencana untuk melakukan retail mukena bali dari sebuah toko online, aku juga ditanyakan "punya BB gak?" terus kujawab saja "hehe, kebetulan nggak make BB sist". Yang menyedihkannya, setelah itu sist pemilik toko online nggak lagi ngubris pertanyaan-pertanyaanku, padahal niatku baik, buat retail mukena balinya. Tapi, positif thingking ajalah, mungkin kalau pake BB, lebih mudah interaksinya, kan ada BBM nya. Hmmm... wah ternyata BB se-ngetrend itu ya. Bisnis saja musti pake BB buat mendukung aktivitasnya.

Kembali kecerita utama! Setelah beberapa pesan singkat tadi, akhirnya aku setengah resmi menjadi peserta Lomba itu. Beberapa hari kemudian, akupun membuat janji untuk ketemu dengan kakak pemilik nomor tadi. Aku diminta datang ke sebuah rumah di kawasan kompleks perumahan elit yang ngga terlalu jauh dari rumah kontrakanku. Sesampainya disana, mungkin agak lebay kalau aku bilang "aku kaget, malu, minder, dan grogi bukan main, ketika kumasuki pintu depan rumah itu dan mendapati para hijabers yang penampilannya jauh WOW dibanding aku". Aku yang saat itu hanya mengenakan rok motif bunga, baju kaos yang hampir hingga lutut, dan jilbab kaos sorong simpel. Kalau dibayangkan, nggak cocok banget aku berada di sana. Apalagi Ayu, sahabatku yang kebetulan menemaniku saat itu, juga berpenampilan so simple, mengaku benar-benar mati gaya berada diantara kakak-kakak yang jelita dengan style hijab, busana muslimahnya, dan makeup masing-masing. Setelah membayar insert syarat lomba, aku dan sahabatku pun berlalu segera meninggalkan kawasan komplek perumahan itu dengan raut wajah yang malu-malu. Selama perjalanan pulang, kami hanya tertawa dan sesekali teringat lagi dengan peristiwa tadi.

13 April 2013 Hari ini GR! Aduh, aku baru sadar, kalau lomba busana muslim ini harus berjalan di atas catwalk (benar nggak tulisannya?) Aku yang notabennya sangat tidak anggun dalam melangkah dan semaunya saja dalam bergaya, harus berjalan anggun dan berlenggak lenggok. Dag dig dug jantungku bukan main iramanya. Sampai aku sendiri gak cukup mampu untuk mengatur dan memuatnya rileks. Baiklah, "astaghfirullahul'adzim" itu yang kuulang-ulang dalam hati berharap tenang dan santai.

Setelah giliran anak-anak, akhirnya giliran remaja dewasa pun datang. Kami semua harus berkumpul dibelakang panggung untuk  membuat barisan sebelum parade. setelah parade, barulah tiba giliran per individu harus berjalan hingga ujung catwalk dan berputar lagi menuju belakang. Ketika giliranku, sudah kuingat, harus berjalan santai, tidak perlu lenggak lenggok, tidak perlu tergesa-gesa, dan satu lagi, jangan sampai cara jalanku yang sebenarnya keluar dan dilihat orang banyak. Akhirnya ku langkahkan kakiku dengan agak percaya diri. Alhasil, kata ayu setelah GR, "kok kamu jalannya ngangkang sih? tegang juga, terus kayak terburu-buru". Sontak aku tertawa dan bilang "masa? padahal tadi udah usaha buat jalan yg bagus kok, haha".

14 April 2013             Wah... tibalah waktunya untuk show up! ^_^ Aku, pakai gamis buatan Ibu, tapi yang design aku, pakai jilbab hasil kreasi sendiri tapi tetap dibuat besar hingga menutupi yang seharusnya ditutup, dan makeup icak-icak ala kadarnya, haha. Kata adek-adek, aku yang lebih natural dibanding peserta yang lain. Kata Ayu, aku yang paling simpel dan biasa-biasa aja, nggak glamour. Alhamdulillah, masih ada bagusnya aku, kwkwkwkwk. Di ruangan itu... aku terlihat seperti orang yang biasa, kayak nggak peserta aja. Karna aku ingat kata kakak panitia, "yang dinilai itu busana+kreasi hijab dan makeup nya". Aku mulai minder luar biasa, rasanya pengen kabur dan batal ikut, takut malu-maluin, soalnya yang nonton banyak.

Peserta yang lain pada bagus-bagus. Mulai dari busananya, hijab style nya, juga riasannya. Yah, udah kayak orang ditipi-tipi gitu. Aku takut, dipandang sebelah mata, aku nggak PD. Tapi tetap kuperlihatkan wajah ceriaku yang sebenarnya bercampur takut. Belum lagi, harus pake wedges! Parahnya, wedges milik adikku ternyata kelonggaran. Walau kubawa cadangannya yaitu sandal tali gaya flat, tapi kalau kupilih untuk memakainya, aku akan terlihat sangat kecil dan pendek dibanding yang lain, yang memilih pakai highheels super duper tinggi dan hak nya kecil. Ada juga yang make boots hitam beraneka bentuk dan panjangnya. Oh My Allah... kayaknya aku nggak cocok ikutan yang kayak begini. Tapi, sayang pula, udah bayar insert (hehehe, tetap aja nggak mau rugi).

Pada akhirnya, aku tampil dengan apa adanya aku. Atas semua kesimpelan gaya, dandanan yang aku miliki, kucoba untuk berikan yang terbaik untuk ayu, dan adik-adikku yang rela menemani dan mendukungku, sampai-sampai pergi ke rumah salah satu temannya untuk pinjamin wedges demi aku, juga untuk para juri yang mudah-mudahan tidak menganggap ENTENG diriku, hihi. Ok, selesai juga!

Ayu dan adik-adikku bilang, diantara para peserta yang tampil, hanya aku yang dijuluki MUSLIMAH oleh pembawa acaranya. Alhamdulillah, kalau begitu. Setidaknya aku tidak kehilangan 'title' itu walau sedang dalam peragaan busana. Walau nggak menang, setidaknya sudah mencoba, dan akhirnya aku tau rasanya berjalan di atas catwalk dan dipandangi orang banyak dan juri-juri yang menilai setiap gerak-gerikku.

"jilbaber ikutan acara hijaber? why not? haha..." Yang benar datangnya dari Allah, yang buruk datangnya dari diriku sendiri. Tulisan ini hanya buat bahan sharing aja. Kalau ada yang mau comment, tafaddhol akhi.. ukhti ^_^ Tapi jangan sampai tawuran yah... peace (y)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun