Wabah Corona menyebabkan banyak perubahan dalam berbagai segi kehidupan, berdasarkan data terbaru di Indonesia wabah corona telah terkonfirmasi hingga 29 ribuan jiwa per 05 Juni 2020. tagar #dirumahsaja yang digaungkan masyarakat melalui media sosial merupakan bentuk kampanye dan pengingat diri bahwa salah satu bentuk kontribusi masyarakat dalam mengurangi penyebaran virus corona adalah dengan tetap berada di rumah saja.
Meskipun kebijakan new normal telah diterapkan di beberapa wilayah, namun alangkah lebih baik untuk tidak keluar rumah bila tidak ada keperluan mendesak. Efek tetap di rumah saja ini disikapi dengan beberapa aktivitas. Terutama aktivitas baru yang mungkin tidak semua orang pernah merasakan sebelumnya.
Kini, sekolah-sekolah dan beberapa kampus masih harus menerapkan sistem belajar secara daring melalui rumah masing-masing, tanpa harus bertatap muka secara langsung dengan guru atau dosen dan teman-teman mereka. Beberapa perusahaan dan kantor juga menerapkan sistem Work From Home (WFH) dimana para pekerja dapat menjalankan pekerjaan mereka di rumah secara daring.
Bisa jadi sistem ini justru menghambat aktivitas atau bahkan tidak dapat dijalankan oleh beberapa orang, dikarenakan faktor susah sinyal, tidak mampu membeli kuota, dan lain sebagainya. Hal tersebut sempat dielu-elukan beberapa orang melalui media sosial mereka, contohnya pada salah satu komentar dalam postingan di Instagram @kemdikbud.ri oleh @belscraft “Pak kasian siswa yg gk pny hp gk bisa ikut daring. Atau tmpt pelosok yg susah sinyal”.
Selain itu, pola kerja baru ini justru dapat menimbulkan “kebosanan”. Apabila sebelumnya interaksi dapat dilakukan dengan banyak orang dan ada banyak kegiatan yang dapat dilakukan, kini interaksi dan kegiatan masyarakat dibatasi karena semua harus dilakukan #dirumahaja. Namun uniknya, beberapa orang mengisi jeda bekerja dari rumah dengan mencoba hal baru. Misalnya memasak, menjahit, berkebun, mendalami agama, bahkan menjadi tukang bangunan dadakan.
Beruntungnya di era media sosial ini, pengalaman tersebut dapat dibagikan melalui media sosial masing-masing. Meski bisa dimaknai dari dua sisi yang berbeda: Pencitraan atau murni berbagi. Positifnya, pengalaman yang dibagikan tersebut justru dapat memotivasi orang lain untuk melakukan hal-hal bermanfaat dalam mengisi waktu luang. Misalnya ketika memposting resep masakan yang telah dicoba, ternyata mampu membuat orang lain termotivasi untuk belajar memasak.
Di lain pihak, banyak lembaga-lembaga yang menawarkan banyak pembelajaran baru melalui daring, gratis pula. Cukup mendaftarkan diri, kemudian bisa hadir melalui aplikasi yang disepakati sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Beberapa kegiatan yang ditawarkan berupa seminar daring, online class, konferensi daring tingkat nasional bahkan internasional, dan masih banyak lagi.
Konferensi daring yang cukup ramai menjadi perbincangan adalah Internasional Model United Nations (IMUN) Online Conference. MUN adalah kegiatan diskusi mengenai isu-isu hingga peristiwa hangat yang terjadi di dunia. Memperoleh pengalaman menjadi delegasi dari sebuah negara, yang mewakili negara tersebut. MUN bertujuan untuk mencari jalan keluar dan mengambil sikap dalam menghadapi suatu masalah atau peristiwa.
Perbedaan dengan MUN yang ada selama ini adalah bahwa diskusi yang biasa dilakukan secara langsung dengan berkumpul di suatu tempat yang telah ditentukan, kini cukup dilakukan secara daring melalui aplikasi video conference.
Informasi mengenai MUN Online Conference dapat diperoleh melalui website resmi atau media sosial penyelenggara seperti Facebook, Twitter, Instagram, dll. Beberapa NGO yang mengadakan MUN Online Conference adalah @International_mun dan @internationalglobalnetwork (instagram), dengan biaya registrasi yang cukup terjangkau, bila dibandingkan dengan MUN Conference secara offline yang mencapai jutaan rupiah.