Mohon tunggu...
Putri Ayu Wulandari
Putri Ayu Wulandari Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi

Mencoba tidak ada salahnya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Gaya Bank Muncul di Masa Pandemi?

29 Desember 2021   19:10 Diperbarui: 29 Desember 2021   19:12 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siswa sedang melakukan PJJ (sumber:medium.com)

Sehingga dirasa, model pembelajaran satu arah kembali dirasa saat masa pandemi ini, karena kurangnya dialog/interaksi yang terjadi antara siswa/mahasiswa dengan guru/dosen. 

Padahal proses pembelajaran yang baik ialah ketika terjadi dialog didalam kelas tersebut, sebab dengan berdialog pemikiran kritis siswa akan muncul. Maka dari itu, tidak jarang kita menemukan siswa/mahasiswa yang sekolah hanya sekedar absen, namun tidak mengikuti pembelajaran. Karena mereka pun tidak terpantau satu persatu jikalau tidak mengikuti pembelajaran.

Proses pembelajaran seperti ini mengingatkan kita pada proses pembelajaran yang disampaikan oleh  Paulo Freire dalam bukunya yang berjudul pedagogic of the oppressed, yaitu 'Pendidikan Gaya Bank'. Dalam Pendidikan gaya bank, siswa dianalogikan sebagai bejana kosong, yang nantinya bejana tersebut akan diisi oleh guru.  

Menurut Freire (2000: 72), Pendidikan hanya seperti melakukan sebuah deposit, guru sebagai subjek deposit dan murid sebagai objek penyimpanan deposit. Alih-alih berkomunikasi, guru hanya membuat simpanan yang nantinya diterima, dihafal, dan diulang oleh siswa. 

Ciri metode pembelajaran yang naratif (bercerita) lah yang menjadika guru menempati posisi sebagia subjek. Sistem tersebut yang nantinya akan membuat murid sulit untuk berfikir kritis, kaku, dan membuat suasanan pembelajaran tidak hidup.

Maka dari itu Frier sangat mengkritik gaya Pendidikan tersebut. Yang Frier inginkan ialah metode pendidikan hadap masalah, dimana pendidik seharusnya mengemban transformatif dengan cara berdialog dengan yang lain bukan berusaha mewakilinya. 

Dalam konsep ini murid bukanlah orang yang tertidas, mereka secara aktif dan sadar ikut serta dalam kegiatan belajar. Namun sayangnya, pendidikan gaya bank terasa muncul kembali ketika PJJ, yang mana siswa hanya menerima materi ataupun tugas tanpa adanya penjelasan lebih rinci. 

Seperti halnya yang sudah dijelaskan diatas, bahwa siswa/mahasiswa hanya menerima bahan materi yang disediakan guru/dosen, karena ketika PJJ ini banyak tenaga pendidik yang lebih memilih pendidikan satu arah. Atau siswa/mahasiswa hanya menerima tugas-tugas, tanpa adanya penjelasan mengenai materi yang seharusnya diajarkan oleh guru/dosen. Sehingga dalam PJJ ini, disara kurang terjadinya dialog antar siswa/mahasisw dengan guru/dosen. 

Banyak siswa yang mengeluh kesulitan dalam memahami materi pembelajaran selama PJJ, orangtua siswapoun merasa bahwa sistem PJJ ini sangatlah berat, karena tidak semua orangtua siswa mampu mendampingi anak mereka ketika PJJ, materi-materi pembelajaran yang diberikan oleh gurupun tidak semuanya dimengerti oleh para orangtua, sehingga mereka kesulitan ketika mengajarkan materi tersebut  kepada anak-anak mereka. 

Tentu ini menjadi permasalahan krusial yang perlu dicari solusinya. Tenaga pendidik perlu mengembangkan kreativitasnya dalam mengolah proses pembelajaran, agar tujuan dari pendidikan itu sendiri dapat tercapai, dan siwa dapat keluar dari belenggu pendidikan satu arah. 

Kerjasama antar pihak terkait sangatlah dibutuhkan untuk berlangsungnya pendidikan di masa pandemi ini. Kesadaran siswa/mahasiswa juga perlu dibangun, kesadaran jika pendidikan satu arah ini tidak seharusnya terus berlangsung. Jika tidak, maka pendidikan denga gaya seperti ini akan terus berlangsung, yang mana hanya akan merugikan siswa/mahasiswa itu sendiri.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun