Mohon tunggu...
Putri Ayu Wulandari
Putri Ayu Wulandari Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi

Mencoba tidak ada salahnya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Dramaturgi Pasien dan Dokter di Masa Pandemi Covid-19

15 November 2020   07:13 Diperbarui: 15 November 2020   07:26 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Oleh : Putri Ayu Wulandari

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi UNJ

Munculnya pandemi COVID-19 sangatlah menggemparkan dunia, berbagai sektor di dalam negeri mengalami perubahan. COVID-19 ialah singkatan dari coronavirus disease 2019, merupakan penyakit yang disebabkan oleh jenis coronavirus baru yaitu Sars-CoV-2, yang dilaporkan pertama kali di Wuhan Tiongkok pada tanggal 31 Desember 2019. Tanggal 2 Maret 2020 untuk pertamakalinya pemerintah Indonesia mengumumkan dua pasien kasus positif korona di Indonesia, yakni perempuan berusia 31 tahun dan ibu berusia 64 tahun. 

Kasus ini diduga berawal dari pertemuan perempuan 31 tahun tersebut dengan WN Jepang yang masuk ke wilayah Indonesia. Pertemuan tersebut terjadi di sebuah klub dansa di Jakarta pada 14 Februari 2020. Hingga virus tersebutpun menyebar luas ke beberapa wilayah Indonesia.  

Dan sekarang sudah terhitung 8 bulan sejak awal munculnya pandemi ini. Tercatat tanggal 14 November 2020 kasus pasien penderita COVID-19 di Indonesia sudah mencapai 463.000, dengan pasien sembuh sebanyak 388.000 dan meninggal dunia 15.148. Di masa sulit ini, salah satu pihak yang berada di garda terdepan ialah pada tenaga medis. 

Seperti yang kita ketahui, petugas medis sangat diperlukan untuk melawan dan menangani pandemi ini. Namun sangat disayangkan sampai saat ini banyak tenaga medis terutama dokter yang terinveksi virus corona dan ada pula yang harus gugur dalam menangani pandemi ini. 

Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mencatat sejak pandemi corona terdeteksi di Indonesia pada awal Maret lalu, sebanyak 115 dokter meninggal dunia karena terinfeksi virus corona (15/9). 

Salah satu penyebabnya ialah karena masyarakat yang baru saja pulang dari pusat episentrum yang tidak terbuka dalam memberikan informasi tentang riwayat perjalanan dan riwayat kontak fisik mereka. Atau bagi mereka (masyarakat) yang sudah memiliki gejala-gejala COVID-19 namun tidak jujur dalam memberi informasi kepada dokter. 

Alhasil dokter yang memeriksa menjadi terinfeksi virus corona. Tim medis yang berperan dalam penanganan COVID-19 ini meliputi dokter spesialis, dokter umum, apoteker, petugas laboratorium, ahli gizi, dan perawat yang merupakan profesi yang rentan terpapar virus tersebut.

Menurut Ikhsan Bella Persada, M.Psi., Psikolog, ada beberapa alasan orang tak jujur saat diperiksa terkait COVID-19. Bisa jadi mereka stres dan takut dikucilkan. "Sebenarnya, itu adalah perasaan tertekan dan stres. Ini karena orang tersebut punya riwayat perjalanan, harusnya menjadi ODP atau PDP.  Bisa jadi kalau mereka jujur, orang itu dikarantina atau tidak diperbolehkan pulang. 

Jadi, daripada dikarantina dan identitas diketahui orang-orang lalu dikucilkan, mending bohong saja," ungkap Ikhsan. Karen mereka takut jika dilakukan pemeriksaan dan hasilnya positif, mereka akan di isolasi, akhirnya mereka (pasien) berperan seperti baik-baik saja, tidak pernah melakukan perjalanan jauh, atau berkontak fisik langsung dengan orang lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun