Mohon tunggu...
A
A Mohon Tunggu... Guru - Penulis Cerpen dan Puisi

Suka dengan karya Seni, Sastra, Film

Selanjutnya

Tutup

Love

Mansplaining (Saat Laki-laki Merendahkan Perempuan)

30 Januari 2024   08:37 Diperbarui: 30 Januari 2024   08:52 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya sangat kesal ketika ada beberapa wanita yang bercerita kepada saya dengan ekspresi wajah kekesalan yang mendalam bahwa ia diremehkan oleh laki-laki maupun pihak keluarga dari laki-laki. Karena berpikir wanita yang tidak bekerja tidak mandiri (mentok di dapur, sumur, kasur) tidak bisa apa-apa hanya bisa manut dan melayani laki-laki, adanya "Mansplaining" dan pola patriarki budaya  membuat perempuan merasa rendah dan menguatkan relasi kuasa antar kedua jenis kelamin ini memberikan kekuasaan yang lebih besar kepada pria dan menganggap wanita sebagai subordinat, wanita dianggap tidak memiliki kemampuan atau otoritas yang sama dengan laki-laki, sehingga mudah diremehkan, mansplaining juga digunakan laki-laki untuk menanggap dirinya lebih unggul adanya kodrat perempuan yaitu seperti mengandung, melahirkan dan menyusui 3 hal yang tidak bisa di pindah tangan kan kepada laki-laki. Tapi apakah laki-laki bisa seenaknya? 

Wanita terkekang oleh hal-hal tersebut contohnya adalah seperti R.A Kartini yang memperjuangkan emansipasi wanita bahwa wanita bisa berdiri di atas kakinya sendiri, wanita berhak berpendidikan lebih tinggi, mendapat pengetahuan yang sejajar dengan laki-laki tanpa melihat status sosial. Tapi bagaimana dengan istri yang dilarang kerja oleh suami? Ya karena pada dasarnya laki-laki itu juga makhluk yang egois kenapa? Karena ia mau menjadi satu-satunya yang memegang tali kekang dalam keluarga; kendali atas keluarganya. Wanita jaman modern ini tidak harus menjadi penunggu rumah dan dapur saja sebagai entitas berpikir rasional, saya percaya bahwa wanita berhak untuk mandiri dan memiliki kebebasan dalam mengambil keputusan mereka sendiri. 

Perempuan yang bekerja bukan soal memenuhi kebutuhan finansial belaka, tetapi juga soal eksistensi dan aktualisasi diri saya percaya bahwa kemandirian wanita bisa menjadi kualitas yang positif dan menginspirasi, saya juga percaya bahwa ketika wanita memilih untuk berpasangan, harus saling menghormati, melengkapi dan mendukung satu sama lain. "hingga dunia berhenti berputar, laki-laki dan wanita tidak bisa setara, sebab keduanya memang diciptakan untuk saling kerja sama, melengkapi, bukan saling mengungguli."

 

A

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun