Nuansa klasik terlihat menawan saat melewati sebuah tempat di tengah perkampungan, membawa rasa tertarik kami saat memasuki warung kopi di Jalan Abdurahman Pesurungan Kidul, Kota Tegal, Jum'at (15/11). Aroma wangi khas kopi seolah menyambut derap langkah kedatangan kami saat memasuki ruangan yang teduh khas alam.
Furniture kayu mengisi hampir sebagian dari ruang, menjadi ciri khas Warung Kopi (Warkop) Tuan Malam. Mengusung tema tradisional, terpapang seni lukisan dan beberapa barang antik membawa kesan unik khususnya bagi para pecinta seni. Letaknya yang strategis dengan harga terjangkau di masyarakat desa menarik pelanggan dari berbagai kalangan.
Fani Shakana selaku owner menuturkan nama "Tuan Malam" berasal dari gurunya, Padhe Timur Suprabana sastrawan asal Semarang. Berdiri sejak 2016 tempat ini awalnya dijadikan sebagai komunitas para remaja daerah sekitar pada tahun 2014, yang kala itu dibentuk sebagai perkumpulan positif yang merujuk pada nilai spiritual, seperti ziarah.
"Nama Tuan Malam itu sebenarnya dari komunitas jaman dulu, ya namanya anak remaja masih suka kumpul, entah itu ngobrol, ngopi, tapi lebih ke ziarah. Pada tahun 2014 berkunjung ke semarang untuk menemui guru saya, dan izin meminta nama untuk sebuah perkumpulan. Jadilah Komunitas Tuan Malam yang saat ini tidak aktif lagi karna sudah bukan masanya. nama yang sama juga saya gunakan untuk warung ini", jelas Fani pemilik Tuan Malam.
Tuan Malam identik dengan sebuah kafe, namun sang pemilik lebih suka tempatnya di sebut warung kopi, karna sebutan "Warung" lebih sederhana. Â
"Saya lebih suka Tuan Malam disebut warung kopi, karna jika warung dari kelas atas menengah hingga bawah bisa ke sini kapan saja untuk ngopi dan bersantai," tutur Fani.
Warung Kopi Tuan Malam menyediakan indoor dan outdoor, kedua ruangan tersebut memiliki keunikannya. Outdoor dengan pohon beringin yang rindang dan aroma tumbuhan membawa hawa sejuk dan nyaman. Sedangkan Indoor berupa bangunan Rumah Srotong,Â
"Saya membuat konsep Tuan Malam menjadi indoor dan outdoor, nah yang outdoor itu bentuknya Rumah Srotong hampir sama dengan Rumah Joglo, yang membedakan hanya ukiran, bentuknya, dan maknanya," ujar Fani.Â
Keistimewaan Tuan Malam
Meskipun terkesan sederhana, Tuan Malam menyimpan seni yang memiliki makna sejarah seperti Rumah Srotong dan lukisan wayang kulit yang dilukis di atas kulit Kijang berasal dari Ponorogo. Wayang kulit yang dilukis adalah Raden Brontoseno, menggambarkan sosok pribadi yang selalu berani, kuat, dan berusaha. Tak hanya itu, masih ada beberapa lukisan, barang antik, dan tanaman rambat dengan nama lain Curtaini yang mememenuhi setiap sudut luar ruangan.