Mohon tunggu...
Esa Asmi Putri
Esa Asmi Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa - Universitas Jember

Mahasiswa Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Economic Globalization: Studi Kasus Produksi Global Apple

22 Maret 2024   07:27 Diperbarui: 22 Maret 2024   07:50 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Proses globalisasi sering kali dikaitkan dengan aspek ekonomi. Globalisasi sering disebut sebagai "an increase in economic integration among nations" yang mengacu pada meningkatnya keterkaitan ekonomi antara negara-negara di dunia. Meskipun konsep ini sering diidentikkan dengan era modern, globalisasi telah ada sejak zaman dulu, ketika perdagangan dan pertukaran budaya melintasi berbagai wilayah. Pada pertengahan tahun 1980-an, Organization of Economic Cooperation and Development (OECD) mempopulerkan konsep globalisasi. OECD menekankan pentingnya integrasi ekonomi global dan mendorong peralihan dari General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) ke World Trade Organization (WTO). Hal ini didukung oleh negara-negara maju dan mengarah pada pembentukan WTO. Secara resmi, WTO mendefinisikan globalisasi sebagai "unrestricted cross border movements of goods and services, capital and the labor force". Artinya, globalisasi dalam konteks WTO mencakup pergerakan bebas barang dan jasa, modal, dan tenaga kerja lintas batas tanpa hambatan yang signifikan (Mukherjee, 2021). Pada artikel dari Foreign Policy yang berjudul measuring globalisasi, Yester (2009) menjelaskan 4 indikator globalisasi, yaitu integrasi ekonomi, konektivitas teknologi, kontak pribadi, keterlibatan politik..

Pada kerangka globalisasi ekonomi, perusahaan multinasional dan transnasional menjadi aktor yang tidak kalah penting, karena mereka adalah aktor yang beroperasi di banyak negara. Scholars yang menentang globalisasi ekonomi berpendapat bahwa ini adalah persaingan bebas di tingkat global yang membuat negara-negara kaya semakin kaya sementara negara-negara miskin semakin miskin karena persaingan yang tidak terbatas (Majidi, 2017).

Economic Globalization: International Flow

screenshot-57-65fcc8b81470936d536aebf4.png
screenshot-57-65fcc8b81470936d536aebf4.png

Perusahaan multinasional Apple akan menjadi contoh kasus globalisasi ekonomi pada penulisan ini dengan menganalisis menggunakan flow di atas. Pada awalnya Amerika banyak mengimpor Nokia sebagai ponsel. Pada pertengahan hingga akhir tahun 2000-an, Nokia menjadi produsen ponsel dan perangkat lunak sistem operasi ponsel terbesar di dunia. Pada tahun 2007 Nokia telah memproduksi lebih dari separuh dari semua ponsel yang terjual di dunia, dan sistem operasi ponselnya, menguasai pangsa pasar global sebesar 65,6% (Cuthbertson et al., 2015). Namun, sejak berkembangnya iPhone dari Apple, iPhone mendominasi pasar domestik hingga pasar internasional beberapa negara.

Apple Computer, Inc. didirikan pada tanggal 1 April 1976, oleh Steve Jobs dan Steve Wozniak, yang membawa visi perusahaan baru untuk mengubah cara orang memandang komputer. Jobs dan Wozniak ingin membuat komputer yang cukup kecil agar bisa dimiliki orang di rumah atau kantor mereka. Sederhananya, mereka menginginkan komputer yang mudah digunakan. Perusahaan ini berkembang hingga memproduksi telepon genggam, tablet, jam tangan, dan alat pintar lainnya. Apple, sebagai perusahaan global yang mengimpor produk-produknya (seperti iPhone, iPad, dan MacBook) ke berbagai negara di seluruh dunia. Ekspor ini memberikan kontribusi terhadap pendapatannya dan membantu perluasan jangkauan pasar.

Pendapatan Apple berdasarkan wilayah geografis dari kuartal pertama tahun 2012 hingga kuartal pertama tahun 2024

Sumber : Statista Report (Laricchia, 2024)
Sumber : Statista Report (Laricchia, 2024)

Amerika Serikat adalah pasar regional Apple dengan menghasilkan penjualan bersih sebesar 50,43 miliar dolar AS pada kuartal pertama 2023. Pada level internasional, Eropa dan Tiongkok menjadi dua pasar utama bagi Apple. Produk Apple yang paling banyak diminati adalah iPhone. Secara konsisten, produk iPhone membantu pertumbuhan penjualan Apple, iPhone menyumbang 40% penjualan dari seluruh produk Apple (Laricchia, 2024). Meskipun Apple mempunyai ambisi untuk menguasai pasar di seluruh dunia, Apple tetap sejalan dengan komitmen politik Amerika Serikat. Seperti saat ini, AS menerapkan embargo penuh terhadap Korea Utara dan Suriah. Ekspor, ekspor ulang, penjualan atau pasokan, secara langsung atau tidak langsung, dari Amerika Serikat, atau oleh warga A.S. di mana pun lokasinya, atas barang, perangkat lunak, teknologi (termasuk data teknis), atau layanan Apple apapun ke negara-negara tersebut dilarang keras tanpa izin sebelumnya dari Pemerintah AS (Apple, 2020).

Pada proses produksi, Apple mempekerjakan masyarakat lokal maupun tenaga kerja asing. Namun, pada proses perekrutan tenaga kerja asing Apple mendapatkan isu yang menyeretnya ke ranah hukum, sehingga dijatuhkan sanksi sebesar $25 juta. Tuntutannya tertulis bahwa Apple secara ilegal melakukan bias terhadap perekrutan tenaga kerja. Apple tidak merekrut warga negara AS atau penduduk tetap untuk pekerjaan yang memenuhi syarat untuk program federal yang memungkinkan pemberi kerja untuk mensponsori pekerja imigran untuk mendapatkan kartu hijau, yang merupakan pelanggaran terhadap undang-undang federal yang melarang diskriminasi berdasarkan kewarganegaraan. Namun, umumnya, tenaga kerja asing sering kali lebih murah daripada mempekerjakan pekerja domestik. Setelah kasus tersebut, Apple diharuskan melakukan rekrutmen yang lebih luas daripada biasanya dan melatih karyawan tentang undang-undang anti-diskriminasi (Wiessner, 2023). Perekrutan tenaga kerja asing umumnya strategi suatu negara untuk melakukan sharing knowledge, dimana tenaga kerja asing dapat bekerja dan mengajarkan keahliannya kepada pekerja domestik. Namun, pada kasus Apple, penggunaan tenaga kerja asing dapat dianggap sebagai pelanggaran hukum karena itu merupakan bagi TKA untuk dengan mudah mendapatkan green passport. Jika hal tersebut dilakukan secara ilegal maka dianggap membahayakan kestabilan nasional Amerika Serikat.

Pada level internasional, Apple tidak hanya mengekspor produknya. Dalam konteks investasi, Apple telah meningkatkan investasinya dengan Eropa pada 2018 dan mencapai 85 miliar selama lima tahun terakhir. Pada 2022 sendiri, Apple berinvestasi 20 miliar pada pemasok di Eropa. Investasi ini tidak hanya mencakup lebih dari 4.000 pemasok Eropa, tetapi juga mendukung inovasi terbaru yang ditemukan di setiap produk Apple, seperti sensor di Apple Watch, laser di iPhone, dan mikrokontroler di Mac. Selain itu, investasi ini juga berkontribusi pada transisi ramah lingkungan di industri Eropa, karena Apple bertujuan untuk mencapai netralitas karbon di seluruh rantai pasokannya pada akhir dekade ini. Melalui investasi ini dan ekonomi aplikasi iOS, Apple juga mendukung lebih dari 2,6 juta pekerjaan di Eropa. Dengan demikian, investasi Apple di Eropa tidak hanya berdampak pada inovasi produk dan ekonomi, tetapi juga pada keberlanjutan lingkungan dan penciptaan lapangan kerja (Apple, 2023).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun