Mohon tunggu...
Esa Asmi Putri
Esa Asmi Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa - Universitas Jember

Mahasiswa Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ideologi Liberalisme dalam EPI

14 Maret 2024   09:40 Diperbarui: 14 Maret 2024   09:40 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dunia Internasional tidak bisa lepas dari siklus perekonomian yang sedang berlangsung. Ada banyak aktor yang terlibat dalam menjalankan perekonomian di dunia ini. Aktor negara dan non-negara berupaya mewujudkan transformasi ekonomi demi kelangsungan hidup negara atau demi kelangsungan hidup mereka sendiri. Ekonomi Politik Internasional mencakup seluruh sumber daya yang ada di dunia, termasuk sumber daya manusia dan alam. Dalam mempelajari Ekonomi Politik Internasional, terdapat tiga ideologi yang salah satunya bernama liberalisme.

Ideologi liberalisme berasal dari konsep bahwa penggunaan tanah, tenaga kerja, dan modal digunakan untuk membuat barang yang bertahan lama. Para ekonom liberal percaya bahwa ekonomi yang bebas dapat memberikan manfaat kepada semua orang dan membantu meningkatkan standar hidup. Mereka mengatakan dalam pengambilan keputusan yang terpenting adalah kepentingan masyarakat bukan individu. Mereka juga percaya bahwa semua orang memiliki kesempatan yang sama dan peduli dengan bagaimana masyarakat berfungsi. Dalam ideologi liberalisme individu dipandang sebagai aktor sentral dalam aktivitas ekonomi, karena memiliki kemampuan untuk membuat keputusan rasional yang dapat menguntungkan diri sendiri dan masyarakat.

Liberalisme muncul sebagai kritik terhadap merkantilisme, sebuah pendekatan ekonomi yang mendominasi kebijakan negara-negara Eropa sebelum tahun 1800-an. Merkantilisme menekankan akumulasi kekayaan nasional melalui ekspor yang kuat dan mengurangi impor, serta dengan adanya intervensi pemerintah yang kuat dalam aktivitas ekonomi. Namun, liberalisme mengkritik pendekatan ini karena dianggap membatasi kebebasan individu dan memperlambat pertumbuhan ekonomi.

 Pada tahun 1800-an, liberalisme mulai populer serta gagasan liberalisme mulai berkembang di negara-negara seperti Inggris Raya, Amerika Serikat, dan Eropa Barat sebagai reaksi terhadap dominasi merkantilisme di lingkaran pemerintahan. Para pemikir dan ekonom liberal, seperti Adam Smith dan David Ricardo, memperjuangkan ide-ide pasar bebas, perdagangan internasional yang bebas, dan kebebasan individu dalam aktivitas ekonomi. Mereka menekankan pentingnya kebebasan individu untuk mengambil keputusan ekonomi tanpa campur tangan yang berlebihan dari pemerintah, serta keuntungan bersama yang dapat dihasilkan melalui perdagangan dan spesialisasi.

Liberalisme memiliki sifat positive sum. Konsep ini mengacu pada gagasan bahwa dalam aktivitas ekonomi, kesejahteraan atau kemakmuran satu pihak tidak harus dicapai dengan merugikan pihak lain. Sebaliknya, tindakan atau keputusan yang menghasilkan keuntungan bagi satu individu atau kelompok juga dapat memberikan manfaat bagi individu atau kelompok lainnya. Dengan kata lain, dalam sistem ekonomi yang diatur secara liberal, ada potensi untuk semua pihak yang terlibat memperoleh keuntungan dan meningkatkan kesejahteraan mereka atau yang sering disebut dengan win-win solution. 

Liberalisme berkaitan erat dengan kapitalisme. Dimana dalam konteks liberalisme, "kapitalis" mengacu pada individu atau entitas yang memiliki modal atau sumber daya ekonomi, seperti perusahaan, yang beroperasi dalam pasar bebas untuk mencapai keuntungan. Dalam pemikiran liberal, kapitalis dianggap sebagai aktor penting dalam aktivitas ekonomi, yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan pembangunan masyarakat. Lalu ada motif untung. dimana ketika cukup banyak permintaan produsen akan mewujudkannya karena menginginkan keuntungan. Serta ekonomi pasar dimana nilai uang dapat ditempatkan pada segala sesuatu yang ada di pasar, bisa berupa tanah, barang, waktu, dan tenaga kerja.

Adam Smith yang dikenal sebagai bapak ekonomi mengasumsikan semua orang akan merasa lebih baik saat mengejar kepentingan pribadi. Seperti saat memproduksi barang dengan kualitas bagus namun dengan harga rendah, hal ini membuat konsumen lebih senang dan membuat mendapatkan banyak keuntungan. Selain itu Adam Smith terkenal dengan teori keunggulan absolut (absolut advantage) dengan prinsip negara memproduksi komoditas yang memiliki keunggulan absolut dan membeli komoditas yang memiliki kerugian absolut. Hasilnya adalah efisiensi untuk setiap negara, output kedua negara akan meningkat dan berakhir dengan win-win solution.

Sedangkan David Ricardo terkenal dengan keunggulan komparatif (comparative advantage). Keunggulan komparatif memiliki prinsip negara harus melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih kecil dan mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih besar. Hal ini juga berkaitan dengan efisiensi waktu dan tenaga kerja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun