Mohon tunggu...
Putri Aprilia Fatjrin
Putri Aprilia Fatjrin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Saya memiliki minat pada hal berbau sosial, psikologi, dan remaja.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Krisis Jiwa Sosial pada Gen Z terhadap Fenomena Sosial di Sekitar: Tren Apatisme?

20 Juni 2024   07:14 Diperbarui: 20 Juni 2024   07:14 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Haloo readers!!

Mungkin kalian sudah pernah melihat atau mendengar kata apatis atau apatisme??

Akhir-akhir ini “apatis” sedang marak diperbincangkan dan sering dikaitkan dengan Remaja atau Gen Z. Sudah banyak artikel maupun konten yang membahas hal tersebut. Jadi apa sih itu apatis? Bagaimana korelasinya dengan krisis jiwa sosial dan Gen Z??

Yuk Simak penjelasan dibawah ini!!

Definisi apatisme 

Kata apatis itu sendiri berasal dari kata Yunani, yaitu “pathos” (gairah atau emosi) yang kemudian diberi imbuhan. Luis Rey berpendapat bahwa apatisme atau sikap apatis memiliki arti sebagai kondisi kejiwaan seseorang atau individu yang ditandai dengan ketidaktertarikan, ketidakpedulian, atau juga ketidakpekaan terhadap kehidupan sosial, emosional, atau juga fisik. Dalam KBBI, apatis memilik arti acuh tidak acuh; tidak peduli; masa bodoh.

Sehingga, apatis bisa diartikan sebagai rasa tidak peduli seseorang terhadap kondisi hidupnya serta kondisi disekitarnya. Sikap tersebut dapat ditandai dengan kurangnya maupun hilangnya motivasi untuk mencapai tujuan, kesulitan untuk mengerjakan kewajiban atau tanggung jawab yang harus dipikul, serta ketidakmauan untuk melakukan apapun dalam kehidupan. Karena itu, seseorang yang memiliki sikap apatis lebih cenderung asyik atau menikmati dunianya sendiri dan tidak peduli dengan lingkungan di sekitarnya.

Hubungan apatisme dengan Gen Z

Gen Z merupakan generasi yang erat dengan teknologi (digital native), sebagaimana mereka lahir di era ponsel pintar, tumbuh bersama dengan kecanggihan teknologi, dan memiliki keterbukaan akan akses internet yang lebih mudah dibandingkan dengan generasi terdahulu. Dalam sebuah survei, Gen Z di Indonesia menduduki peringkat tertinggi dalam penggunaan ponsel, yakni 8,5 jam setiap harinya (Kim, et al, 2020).

Seperti yang kita tahu bahwa teknologi bisa menunjuk kearah negatif atau positif dan tak sedikit Gen Z yang terjebak dalam arus negatifnya, seperti terlalu fokus pada dunianya sendiri, kurangnya interaksi sosial dengan orang lain, dan menurunkan semangat beraktivitas di luar. Secara tidak langsung ini mempengaruhi intensitas interaksi dengan orang-orang bahkan sampai menimbulkan rasa acuh tak acuh terhadap kondisi sekitar. Ketidakpedulian yang semakin mendarah daging menyebabkan ketidakmampuan untuk memunculkan dirinya di khalayak umum, tidak berpartisipasi aktif dalam membantu masalah sosial sekitar, serta sulit beradaptasi denga keadaan lingkungan.

Dilansir dari laman website halodoc, menyebutkan bahwa sikap apatis bisa menjadi salah satu dari beberapa gejala masalah kesehatan mental yang serius dan berbahaya seperti depresi. Sikap ini menunjukkan adanya masalah dalam kesehatan fisik yang mempengaruhi kinerja dan fungs otak. Gen Z yang seharusnya aktif berinovasi dan berkreasi untuk kemajuan bangsa dimasa depan, malah terjebak dalam dirinya sendiri dan membiarkan bangsa dan negaranya berantakan dan rusak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun