Mohon tunggu...
Putri Anjung Cahyati
Putri Anjung Cahyati Mohon Tunggu... Editor - mahasiswa

seorang mahasiswa yang memiliki hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Langit yang Membumi

20 Juni 2023   16:05 Diperbarui: 20 Juni 2023   16:14 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namaku Raisha julya swanepoel, dilihat dari namaku kalian pasti berpikiran bahwa aku ini adalah seorang anak metropolitan yang lahir dari Ibu dan Ayah berkecukupan, bukan?

Kenyataan nya aku adalah gadis kampung yang mempunyai cita-cita setinggi langit. Entahlah kenapa Ibuku menyertakan nama model victoria secret sebagai nama akhirku, mungkin karena ia bermimpi bahwa aku akan menjadi model profesional? Ataukah karna ayahku adalah seorang yang tidak mempunyai marga? Entahlah, tiap kali kutanya jawaban nya tidak pernah berubah "Ibu cuma asal saja, karena kamu cantik. Ibu pikir nama mu juga harus tidak kalah cantik,nduk" Aku sering kali dipanggil "icha" "chacha" "pepel" bahkan "jule", aku tidak masalah dengan itu semua. Aku adalah seorang siswa kelas 12 pada Semester akhir, ketika teman sebayaku sibuk memikirkan masalah laki-lakinya, aku malah sibuk mengenai masa depanku.
"Ih ngapain sih mau kuliah, cewek mah nanti-nanti nya juga di dapur tau!"
"Kamu teh mau kuliah? Ga kasian ih bapak kamu kan petani nira, bahkan pendapatan nya saja tidak cukup untuk makan sehari-hari. Kok jadi anak gak mikir panjang"
"Kamu tuh cantik mending nikah saja sama anak pak kepala desa, pasti mau dia hahaha"
Celoteh-celoteh itu adalah 3 dari sekian banyaknya yang kuterima ketika aku belajar atau sedang membaca buku di perpustakaan. Sekolahku berada di daerah dan sangat terpencil, berakreditas B. Untuk lulus di perguruan tinggi negeri dengan beasiswa tentulah tidak mudah. Aku bahkan tidak mempunyai sertifikat-sertifikat pendukung, karena sekolahku jauh tertinggal dibanding yang lain. Tapi hal itu tidak membuatku patah semangat.
 
Hari itu, Rabu 12 juni 2016 aku berpergian ke Kota menggunakan kendaraan umum untuk daftar kuliah tidak lupa minta restu dari ibu dan bapak. Butuh waktu sekitar 4jam untuk sampai, karena jalan yang tidak begitu bagus dan banyak yang berlubang. Tapi tenang saja supir disini sangat jago! Bahkan kupikir lebih jago dari pada supir-supir di kota.
"Neng mau kemana, sendirian ke kota gini ngga takut?"
"Ah.. iya mang, saya mau daftar kuliah" sautku sembari mendekap dokumen
"Aeh aeh, buat apa neng kuliah mah habisin waktu aja, amang punya tetangga kuliah sekarang kerjanya tiduran aja dia, habisin uang juga" jawabnya
"Ah... hehe iya gapapa mang" aku menjawab dengan rasa kesal didalam hati. Bagaimana bisa ia menggeneralisasikan semua orang yang berkuliah akan berakhir seperti tetangganya? Ah sudahlah yang kubisa hanyalah bersabar dan tawakal.
Sesampainya aku disana aku begitu terkagum-kagum melihat bangunan sekolah yang besar, luas,dan fasilitas yang mumpuni. Ah andai saja aku disini Tuhan!
 
Ujian pun berakhir sore hari, aku yang tidak mungkin pulang saat itu juga memutuskan untuk bermalam di salah satu masjid, karena keterbatasan dana kupikir masjid bisa menjadi tempat alternatifku untuk sekedar merebahkan diri dan beristirahat. Adzan Subuh berkumandang, aku terbangun lalu mengambil wudhu ketika kulihat disebelahku ada seorang ibu tua umurnya sekitar 57an sedang wudhu juga.
"Eehh pagi-pagi kok sholat subuh di masjid,cantik?"
"Oooiya Bu, saya kebetulan bermalam disini"
Jawabku
Iapun terkejut
"Masyaallah nak, maaf kalo lancang Ibu boleh tau kenapa kamu bermalam disini?"
"Saya baru selesai test untuk Kuliah Bu, kebetulan rumah saya di pelosok dan tidak memungkinkan untuk pulang malam hari, saya juga tidak punya dana lebih untuk menyewa hotel, hehe" sautku sembari tertunduk
"Masyaallah nak, andai ibu bertemu kamu kemarin, sudah ibu ajak kamu bermalam di rumah ibu, sudah makan nak?
"Sudah bu"
Kita berdua pun masuk ke masjid.
 
Ketika rakaat terakhir Ibu yang disebelahku terjatuh, aku yang kehilangan fokus lalu menolongnya dan sadar bahwa ini serangan jantung. Ketika rakaat terakhir Ibu yang disebelahku terjatuh, aku yang kehilangan fokus lalu menolongnya dan sadar bahwa ini serangan jantung. Karena aku pernah membaca di salah satu buku tentang metode PCR aku praktekan ke Ibu ini dengan susah payah untuk mengembalikan pernafasan nya. Beruntung banyak orang yang membantu sampai akhirnya ibu nya selamat.
Aku mengikuti yang lain untuk mengantar nya ke Rumah Sakit. Tidak lama kemudian anggota keluarganya datang, dan bertanya padaku.
"Yaampun, terima kasih ya.Kalo boleh tau namu siapa?"
"Namaku raisha"
"Nama yang cantik, kamu masih sekolah?"
"Ya pak, saya lagi daftar untuk kuliah"
"Ahhh kalo boleh saya tau, kamu mau ambil apa?"
"Saya ingin FK-UI aaaamiiiin insyaallah, itu juga kalo ada rezeki nya pak hehehhee" sautku
"Aaamiiin, semoga dipermudah yaa. Boleh saya minta nomor handphonemu?"
"Boleh pak"
Sesudah dari sana aku diantarkan ke rumah ku yang dipelosok oleh salah satu supirnya.
 
1 bulan berlalu, hari ini adalah tepat pengumuman untuk seleksi kuliahku. Sebelumnya aku telah melakukan sholat dhuha, ketika ku buka hasil pengumuman nya aku langsung berteriak
"ibuuuuuuuuuu!!!!!!!!!! Chacha keterima bu!!!! Chaca keterimaaa!!!!!"
Ibu ku yang sedang menumis ikan asin di dapur langsung berlari
"Ah, alhamdulillah nduk, ibu sudah yakin kamu pasti keterima, beasiswa kan nduk" kata ibuku sembari memeluk.
"Bentar"
"Bu....."
Aku langsung sedih seketika ketika mendapati bahwa beasiswaku tidak lolos.
"Bukan beasiswa....."
"Bu... chacha sedih...."
"Nduk.. maafin ibu, tapi mungkin memang bukan rezeki kamu"
Aku langsung menangis, usahaku selama ini sia-sia hanya karna keterbatasan dana. Aku ingin marah! Aku ingin mengamuk!.
2 hari dari sana aku mendapat telepon dari pihan universitas bahwa ada dermawan yang membayar kuliahku sampai aku lulus, betapa bahagianya aku dan setelah ku ketahui ternyata ibu yang pernah jatuh di masjid itulah yang membantuku.
 
8 tahun kemudian aku adalah seorang dokter spealis bedah jantung. Aku mendirikan rumah sakit di kampungku dan yayasan pendidikan.
Ibu ku tinggal di Surabaya saat ini, begitu pula aku. Dan orang-orang yang merendahkanku sekarang mereka adalah seorang ibu dari 4 anak yang kerjaan nya hanya mencibir kesuksesanku. Bahkan dititik inipun mereka selalu bilang
"Ah itumah pasti ilmu hitam dia"
Sampai pada saat dimana salah satu dari orang tua mereka mengalami jantung koroner, merkeka meminta tolong sampai sujud kepadaku.
Aku membantu mereka karna kupikir, setinggi-tingginya langit, tetap harus mempunya sifat membumi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun