Mohon tunggu...
Putri Anjung Cahyati
Putri Anjung Cahyati Mohon Tunggu... Editor - mahasiswa

seorang mahasiswa yang memiliki hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cyberbullying Merenggut Jiwa

20 Juni 2023   14:55 Diperbarui: 20 Juni 2023   15:09 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Media sosial bagi sebagian remaja telah menjadi wadah kehidupan. Media sosial menjadi ajang untuk mengekspresikan sesuatu. Para pengguna biasanya menyatakan ekspresi mereka dalam bentuk tulisan. Eskpresi yang dituang oleh para remaja pun beragam. Dimulai dari yang berdampak positif sampai yang berdampak negatif. Tidak ada batasan yang disediakan pengguna dalam berekspresi. Sehingga pernyataan ekspresi tersebut membawa pengaruh bagi pengguna lainnya.
Salah satu dampak negatif dari bermain sosial media adalah bullying. Tindakan ini sering terjadi di media sosial. Bullying merupakan tindakan penyalahgunaan kekuatan secara berulang-ulang kepada korban bullying. Tindakan ini digunakan secara sistematik dan agresif untuk menjatuhkan korban. Mereka dengan sengaja melakukan hal tersebut sampai membuat korban merasa tertekan. Para korban yang menerima tulisan yang mengancam tersebut merasa tertekan. Sehingga bisa dikatakan tindakan tersebut berhasil membuat korban merasa terancam.
Bullying yang dilakukan oleh sebagian orang atau kelompok di media sosial dikenal dengan Cyberbullying. Berbeda dengan bullying, Cyberbullying digunakan pelaku untuk menutupi identitasnya. Bentuk yang digunakan dalam mengintimidasi korban ialah melalui perangkat teknologi. Korban diberikan pesan teks yang kejam secara berulang-ulang. Ini merupakan upaya pelaku untuk membuat korban merasa malu dan terancam. Bisa disimpulkan bahwa pelaku bisa menyakiti korban tanpa harus melihatnya terluka secara fisik.
Media sosial yang tidak dapat dibatasi membuat pelaku bisa semena-mena melakukan kejahatannya. Dengan ranah dan luang lingkup yang tak terbatas tersebut, cyberbullying pun dengan mudahnya terjadi. Cyberbullying merupakan intimidasi atau penindasan dalam dunia maya. Penggunaan bahasa yang tidak ada batasannya membuat pelaku dengan merajalela menggunakan kata-kata yang kejam. Ini bisa dilihat pada maraknya penggunaan hate speech dan sarkasme yang diutarakan pelaku kepada korban. Alasan ini menjawab mengapa cyberbullying bisa dengan mudahnya menyakiti korban.
Dampak yang terjadi dari cyberbullying ini sangat serius. Korban yang menerima bullying secara terus menerus bisa menderita depresi sampai keinginan untuk bunuh diri. Kesehatan mental para korban sering dianggap sebagai suatu lelucon. Para pengguna menganggap bahwa korban yang menderita depresi adalah orang yang mencari perhatian publik. Sedangkan kita ketahui bersama bahwa ada berbagai macam gangguan kesehatan mental. Gangguan-gangguan tersebut antara lain bipolar, narcism, ADHD, stage fright dan masih banyak lagi. Itulah sebabnya banyak korban yang tak tertolong karena asumsi publik tersebut.
Tindakan cyberbullying marak terjadi.. Analisis pragmatik adalah ilmu bahasa yang mempelajari tentang makna tuturan. Maknanya dapat disesuaikan dengan situasi, tempat, dan waktu tertentu. Melalui pendekatan prakmatik penelitian ini digunakan untuk mengkaji satuan analisis tindak ujaran dan tutur kata. Karena setiap ujaran yang dituturkan memiliki makna dan maksud tertentu dengan suatu tujuan. Ini menjadi alasan yang membuat peneliti memilih pendekataan pragmatik.
Tuturan dan makian yang digunakan para pengguna sosial media dalam berkomentar menjadi salah satu acuan untu menganalisis data melibatkan teknik dasar sadap berupa simak bebas dan teknik catat. Mengidentifkasi, mendokumentasikan data dan menganalisis tuturan yang diutarakan pengguna media sosial. Hasil analisis data dari hal ini akan disajikan dengan metode formal dan informal. Data yang dideskripsikan berupa tuturan makian dalam komentar terhadap artis Korea yang bernama Sully (FX). Sully dipilih menjadi sasaran penelitian karena ia menjadi korban cyberbullying yang merenggut nyawanya. Sehingga bisa dikatakan penelitian ini reliable karena sesuai dengan apa yang kenyataannya terjadi.
           Sully sendiri merupakan aktris yang berasal dari negara Korea,ia mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri di rumahnya. Pihak kepolisian menyelidiki bahwa penyebab ia melakukan hal itu adalah karena sudah tidak tahan menerima ujaran maupun kritikan yang ia terima di sosial media. Segala hal yang dilakukan nya selalu dianggap salah. Sully sendiri tinggal seorang diri di rumahnya. Selang beberapa minggu dari kejadian Sully meninggal, Go Ha Ra merupakan kerabat terdekat Sully memutuskan untuk mengakhiri hidupnya juga dengan cara bunuh diri. Go Ha Ra banyak menerima cyberbullying dari pengguna media sosial karena ia tidak menghadiri pemakaman Sully,yang tidak lain merupakan sahabatnya.
Metode pengumpulan data yang digunakan ada tiga metode. Tahap pertama yaitu metode dokumentasi, metode riset, dan metode analisis. Tujuan dari dokumentasi adalah untuk memperoleh sudut pandang orisinal dari kejadian nyata. Metode riset yang digunakan ialah dengan mencari artikel-artikel dan jurnal yang terdapat dalam internet. Dan selanjutnya metode riset untuk menganalisis data melalui pendekatan pragmatik. Metode-metode ini dilakukan untuk mendapatkan data dan hasil yang dapat menggambarkan akibat dari cyberbullying. Itulah yang menjadi alasan mengapa peneliti memutuskan untuk memilih ketiga metode tersebut.
Ujaran atau tindak tutur kata dapat terdiri dari satu atau lebih dalam suatu peristiwa tindak tutur kata. Dari beberapa penutur kata dalam kolom komentar sosial media. Komentar-komentar yang beredar di internet mengenai Sully banyak ditemukan. Tindak tutur atau ujaran dirumuskan menjadi tiga tindak tutur. Yang pertama tindak tutur lokusi atau apa yang dikatakan untuk menyatakan sesuatu. Yang kedua adalah tindak tutur ilokusi. Ilokusi sebagai sebuah tuturan yang berfungsi untuk mengatakan sesuatu, dapat juga digunakan untuk melakukan sesuatu. Yang terakhir adalah tutur perlokusi, mengujarkan sesuatu perbuatan yang dilakukan, mendesak orang lain untuk percaya, atau mempengaruhi orang lain. Alasan ini dipilih sesuai dengan apa yang telah para peneliti sebelumnya gunakan dalam menuturkan kata atau ujaran.
Beberapa tuturan yang dipaparkan oleh pengguna tanpa identitas pada saat ia melakukan cyberbullying. Pertama, kalimat "Aku merasa buruk untuk keluargamu." Kedua, "Berapa laki-laki yang tidur sama kamu?". Ketiga, "Kenapa dia tambah jelek?." Keempat, "Dia bakal jadi bintang porno hebat, dia pelacur nasional." Dan yang kelima adalah, "Kamu terlahir kotor, itulah satu-satunya alasan kenapa kamu lahir." Itulah komentar-komentar yang banyak diterima oleh korban yang membuat korban merasa depresi dan memilih mengakhiri hidupnya. Bahkan ketika Sully telah dinyatakan meninggal masih ada segelinitir orang yang tetap berkomentar buruk tentangnya, salah satu diantaranya ialah "Kenapa ia tak meninggal lebih awal?". Hal ini semakin meyakinkan bahwa dampak dari cyberbullying sangatlah mengerikan
Informasi-informasi pada media sosial sangat cepat dan tidak ada batasannya. Penyalahgunaan dalam memakai sosial media, yaitu cyberbullying membawa dampak negatif yang sangat besar. Kejahatan melalui kritikan dan komentar pedas yang dilontarkan mempengaruhi kesehatan mental korban. Tuturan kata dan ujaran tersebut  tanpa henti diterima oleh korban dan membuatnya semakin terpuruk. Sully yang diangkat mejadi objek penelitian pada kasus cyberbullying menjadi bukti betapa sadisnya komentar-komentar tersebut. Penelitian ini menggunakan analisis pragmatik yaitu penggunaan tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi. Analisis ini sekali lagi menjadi alasan tepat yang menggambarkan seberapa kejamnya tuturan kata atau komentar pelaku terhadap korban yang menyebabkan korban meninggal dunia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun