Mohon tunggu...
Putri Anjung Cahyati
Putri Anjung Cahyati Mohon Tunggu... Editor - mahasiswa

seorang mahasiswa yang memiliki hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Menelusuri Variasi Pemerolehan Bahasa Kasar pada Anak-Anak di Lingkungan dan Daerah yang Berbeda

19 Juni 2023   18:30 Diperbarui: 19 Juni 2023   18:33 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Pemerolehan bahasa merupakan hal yang lumrah dilakukan oleh setiap umat manusia, terutama anak-anak yang masih dalam tahap pembelajaran. Namun, akan sangat disayangkan jika tidak ada pengawasan dan ilmu kebahasaan yang cukup bagi sang anak, sehingga mereka lebih suka mengujarkan bahasa dari lingkungannya, yakni bahasa kasar. Fokus persoalan ini adalah untuk mencari bahasa-bahasa kasar yang digunakan oleh anak di lingkungan yang berbeda-beda. Metode yang digunakan adalah dengan metode kualitatif deskriptif menggunakan pendekatan psikolinguistik dari teori pemerolehan bahasa. Hasil dari penelitian menjelaskan bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa kasar pada anak yang sangat signifikan berpengaruh kepada kondisi mental dan sifat pada anak. 

Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan bahasa kasar sangat dipengaruhi oleh lingkungan baik keluarga maupun teman. Perbedaan lingkungan ini mempengaruhi sangat signifikan, dapat dilihat bagaimana anak yang lingkungannya disiplin dan dijaga memiliki pembendaharaan bahasa kasar yang minim.

Manusia adalah makhluk sosial. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa manusia membutuhkan satu dengan yang lainnya. Agar kebutuhannya bisa saling terpenuhi, manusia mencoba berkomunikasi dengan berbahasa. Secara tidak langsung mereka yang tinggal di dalam satu kelompok tertentu akan menciptakan cara berkomunikasi atau berbahasa mereka sendiri, sekaligus menciptakan suatu kebudayaan. Namun, keberadaan manusia tidak hanya berfokus di satu tempat saja. Hal ini menghasilkan banyaknya kebudayaan yang beragam, yang otomatis membuat bahasa juga beragam.

Perbedaan dari dua bahasa tentu menciptakan halangan. Tapi masalah hadir untuk diselesaikan, bukan dihindari. Manusia perlu beradaptasi agar bisa saling berkomunikasi dengan lingkungan yang berbeda. Dan setelahnya, terjadilah akulutrasi atau pencampuran dua kebudayaan dari dua kelompok yang berbeda sehingga menjadi satu kesatuan yang disepakati bersama.

Akulurasi pun mempengaruhi anak kecil dalam usahanya melakukan komunikasi dengan sesama lingkungannya. Karena kebutuhannya untuk berkomunikasi, anak kecil tersebut akan mencoba beradaptasi dengan lingkungannya untuk belajar budaya dan bahasa yang sangat asing baginya. Semakin hari, sebuah norma diciptakan untuk menentukan sifat dan karakteristik dari sistem komunikasi yang patut untuk digunakan, dan yang tidak. Problematika inilah yang akan dibahas di dalam penelitian ini.

Anak kecil yang berusaha untuk mempelajari bahasa dengan beradaptasi dan mengikuti lingkungan saja, karena kesalahan dan kurangnya pemantauan dari orang dewasa malah menjadi sesuatu yang sebenarnya tidak layak untuk mereka. Hal tersebut adalah bahasa yang tergolong kedalam bahasa kasar atau tidak senonoh. Tidak sedikit anak kecil yang menggunakan bahasa kasar ini dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang bahasa, dikarenakan hanya bergantung kepada lingkungan yang notabene diisi oleh pengguna dan penutur bahasa kasar tersebut.

Persoalan ini penting untuk dibicarakan karena perkembangan teknologi membuat semua masyarakat memiliki kemudahan dalam beraktifitas, begitu pun anak-anak. Dengan memberikan keluasan dalam mendapatkan ilmu dan caranya beradaptasi dengan lingkungan, orang tua harus lebih khawatir dan awas kepada penyaringan yang harusnya diterima oleh anak-anak yang masih di bawah umur, khususnya ilmu tentang bahasa.


Akibat Penggunaan Bahasa Kasar pada Anak-anak
Bahasa yang kasar tidaklah didefinisikan dan dikelompokkan ke dalam bahasa yang ditolak penggunaanya dalam norma dan moral lingkungan dan masyarakat yang berlaku tanpa alasan. Bila penggunaan bahasa kasar terus digunakan tanpa ada sosialisasi baik dari keluarga ataupun lingkungan yang baik, ada banyak akibat yang akan mempengaruhi tidak hanya kepada anak-anak saja, melainkan kepada lingkungan secara luas. Posibilitas akibat tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Bahasa menjadi rusak
Dengan bahasa kasar yang kian hari terus merambat tidak hanya kepada orang dewasa, namun juga kepada anak-anak selaku penerus bangsa, bahasa tentu akan menjadi rusak dan hilang jati dirinya dari bahasa asli. Hal ini dikarenakan perlahan, kosakata asli dari bahasa tertentu akan dilupakan dan hilang begitu saja karena tidak ada lagi yang melestarikannya, melainkan bahasa kasar saja yang ramai dan umum digunakan di dalam masyarakat. Penggunaan bahasa daerah memanglah sebuah aktivitas yang patut dilestarikan dan terus digunakan untuk menjaga jati diri suatu budaya dari kelompok tertentu. Namun, tentu ada batas-batas yang harus dijaga dalam penggunaan bahasa demi pelestarian budaya tersebut. Bahasa kasar bukanlah satu-satunya solusi untuk melestarikan suatu kebudayaan, karena suatu budaya direpresentasikan oleh bahasanya. Jika awal mula budaya yang baik dan tentram, namun hanya tersisa bahasa kasar, tentu sudah bukan jati diri asli dari budaya tersebut.
 
2. Menyebarnya bahasa tidak baik
Seseorang yang sudah terbiasa menggunakan bahasa kasar tentu akan terus menggunakannya karena sudah nyaman dan termasuk kedalam kosakata pribadinya. Jika seseorang tersebut yang sudah terbiasa menggunakan bahasa kasar dan bepergian kepada suatu tempat, secara tidak langsung bahasa kasar tersebut yang menjadikannya identitas dari wilayah asalnya akan disebarkan kepada orang asing yang tidak tahu menahu tentang wilayah sang penyebar. Jika bahasa yang digunakannya justru bahasa kasar yang tentu isinya tidaklah senonoh untuk digunakan dalam norma dan moral masyarakat, tentu hal tersebut akan merusak wajah dari walayah representasi dari seseorang yang menyebarkan budayanya dengan bahasa kasar.
 
3. Menurunnya kualitas bahasa
Bahasa kasar terdiri dari kumpulan bahasa yang terkesan jorok, tidak senonoh, dan tidak pantas yang memang digunakan untuk merepresentasikan objek yang memiliki makna serupa. Namun, makin hari objek yang disimbolkan tidak lagi memiliki nilai serupa seperti maksud dari bahasa kasar tersebut. Jika bahasa kasar tidak diatasi dan disosialisasikan, kualitas bahasa tentu akan menurun karena makna asli dari bahasa untuk menyimbolkan sesuatu dengan menggunakan bahasa kasar malah menggunakan representasi hal-hal yang jorok dan tidak senonoh.
 
4. Perubahan sifat
Bahasa kasar yang terdiri dari kosakata tidak pantas, jorok, dan sebagainya yang sudah dijelaskan sebelumnya akan mempengaruhi sifat sesoerang yang terbiasa menggunakan bahasa kasar tersebut. Bahasa kasar yang sudah kehilangan representasi aslinya karena semakin hari digunakan untuk hal-hal yang normal akan mempengaruhi sifat dari sang pengguna bahasa kasar. Karena hal-hal yang kualitasnya atau derajatnya rendah disamakan dengan hal-hal normal yang memiliki kualitas yang baik, hingga penggantian nama orang akan mempengaruhi perspektifnya dalam melihat lingkungan. Hal-hal yang seharusnya tidak pantas dikatakan, terasa normal untuk dikatakan karena terbiasa bertutur kata kasar. Secara tidak langsung ini akan membuat sang pengguna bahasa kasar lebih agresif, tidak menghargai orang lain, menyepelekan, hingga egois.
Bahasa kasar yang memiliki kualitas dan derajat yang rendah, secara tidak langsung akan membawa sifat, kualitaas, dan derajat penutur kepada titik rendah yang serupa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun