Tanjungpinang, BKKBN Kepri. Pada lawatan kerja Deputi Bidang Pengendalian Penduduk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI, Bonivasius Prasetya Ichtiarto di Provinsi Kepri menyaksikan Gerakan Kolaborasi Penanggulangan Stunting dan Perencanaan Kampung Keluarga Berkualitas (KB) Kota Tanjungpinang.
Mengusung tema pada kegiatan mengusung tema Membangun Generasi Muda Tanjungpinang Berkualitas Menuju Indonesia Maju tersebut, Bonivasius mengapresiasi pada gerakan tersebut yang melibatkan banyak unsur dalam upaya percepatan penurunan stunting, khususnya di Kota Tanjungpinang.
"Upaya mengurangi angka stunting dilakukan secara timbal balik. Melalui hubungan vertikal dan horizontal. Diperlukan kolaborasi dari berbagai pihak. Apa yang dilakukan pemerintah Kota Tanjungpinang hari ini, merupakan aplikasi nyata tujuan bersama penurunan stunting di Indonesia," ungkap Bonivasius.
Kolaborasi pelaksanan Program Penanganan Stunting perlu lebih digiatkan lagi, sesuai amanah Impres Nomor 72 Tentang Percepatan Penurunan Stunting Tahun 2021, maka kolaborasi merupakan langkah yang tepat untuk mencapai target, ditahun 2024. "Bapak Presiden menginginkan prevalensi angka stunting Indonesia harus dibawah 14 persen," imbuhnya.
Upaya menurunkan Stunting, lanjut Bonivasius, dibutuhkan kerjasama yang nyata termasuk dengan TNI dan Polri, karena mereka memiliki fasilitas yang cukup, seperti rumah sakit, area wilayah sebagai sarana untuk dalam bersosialisasi, maka dicanangkan TNI dan Polri sebagai orang tua asuh menjaga dan merawat anak Stunting hingga menjadi anak yang sehat.
Merujuk pada data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 mencatat, angka stunting di Kota Tanjungpinang dari 18,8 persen pada tahun 2021 turun menjadi 15,7 persen pada tahun 2022. Punurunan prevalensi angka stunting di Kota Tanjungpinang disambut gembira dan apresiasi yang tinggi oleh Deputi Bidang Pengendalian Penduduk tersebut.
"Persentase kasus stunting di Tanjungpinang menjadi 15,7 persen di Tahun 2022, artinya tinggal turun 1,7 persen lagi, bisa memenuhi target nasional diangka 14 persen. Kita berikan apresiasi kepada Bu Wali dan jajarannya karena penurunan angka kasus stunting ini sangat bagus."
Kendati demikian, ia meminta kepada pemerintah daerah agar tetap berusaha keras mengejar target penurunan prevalensi angka stuting dengan semaksimal mungkin. Untuk mensukseskan program Indonesia zero stunting 2030, penanggulangan stunting dimulai sejak remaja dan pasangan yang akan menikah. Tidak lagi hanya ditujukan kepada ibu hamil dan balita. Oleh sebab itu, pemberian tablet tambah darah (TTD) kepada para pelajar, tambahan asupan gizi kepada ibu hamil dan balita merupakan upaya pencegahan bayi stunting.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H