Mohon tunggu...
Putri Amelia
Putri Amelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sosiologi

Mahasiswa Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Benarkah Gen Z Jadi Generasi Paling Melek Mental Health?

3 Februari 2024   16:47 Diperbarui: 3 Februari 2024   16:59 1598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Di Indonesia permasalahan mental dan penyakit mental masih dipandang sebagai hal yang memalukan dan masih dikelilingi oleh stigma. Stigma dan pandangan tabu mengenai kesehatan mental tersebut dapat dikatakan merupakan hasil dari kondisi sosial dan kultural masyarakat dari generasi-generasi sebelumnya. Generasi Z atau Gen Z sebagai generasi yang mengalami dan menyaksikan kecanggihan era digital perlahan-lahan mulai mengubah stigma tersebut. Kemudahan dan kemurahan akses terhadap internet membantu Gen Z memperoleh informasi mengenai apa itu kesehatan mental yang sebenarnya dan pentingnya menjaga kesehatan mental. Hal ini kemudian menjadi nilai yang terinternalisasi pada diri mereka. Mereka memperoleh informasi mengenai hal-hal saintifik dari kesehatan mental---yang mungkin saja diperoleh dari para ahli di bidang kesehatan mental. Serta didukung oleh berbagai situs yang mengulas topik kesehatan, termasuk kesehatan mental. Lalu, hal apa yang membuat Gen Z menjadi generasi yang melek atau terbuka akan permasalahan mental? Simak penjelasannya dibawah ini.

Lebih terbuka akan masalah mental

Berdasarkan penelitian berjudul "Perception on managing mental health of generation z students in creating student superstars: Students' talent management" yang dilakukan pada 260 mahasiswa di India menunjukkan bahwa 241 siswa (92,7%) setuju bahwa depresi, kecemasan, self harm, dan gangguan makan merupakan masalah kesehatan mental yang paling sering dialami oleh generasi Z. Kehidupan telah menjadi salah satu sebagai pemicu stres yang menyebabkan meningkatnya kekhawatiran psikologis. Dalam hal ini, Gen Z memiliki banyak alasan untuk merasa lebih stres dibandingkan generasi sebelumnya akibat banyaknya informasi yang mereka terima dari penjuru dunia dan berbagai platform media sosial sehingga memicu stres berkepanjangan. Keadaan stres inilah yang dapat berkontribusi terhadap masalah psikologis seperti kecemasan dan depresi. Pemicu stress ini dilihat Gen Z sebagai suatu masalah yang harus segera diatasi. Oleh sebab itu, Gen Z menjadi lebih sadar dan menerima masalah kesehatan mental secara umum dengan mencari informasi yang mengarah pada sebuah diskusi yang lebih terbuka mengenai masalah psikologis dan cara mengelola stres.

Gen Z gak takut buat ngomongin masalah mental 

Di Indonesia seringkali menganggap bahwa seseorang yang memiliki masalah akan mental dianggap sebagai "gila". Kecenderungan ini yang pada akhirnya membentuk stigma negatif masyarakat terhadap mental health. Stigma negatif akan masalah mental merupakan hambatan yang dapat mencegah pasien yang memiliki gangguan jiwa untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan yang tepat. Akan tetapi, seiring berjalannya perkembangan teknologi dan informasi, membuat stigma tersebut perlahan bergeser dari konotasi negatif menuju konotasi positif. Media sosial dan internet telah menghubungkan Gen Z dengan cerita orang lain, baik itu orang asing di Internet maupun selebriti dan influencer. Keadaan ini direalisasikan oleh Gen Z yang menjunjung tingga mental health bagi setiap orang. Berkurangnya stigma negatif mengenai masalah mental di masyarakat membuat Generasi ini jadi ga takut untuk membahas perihal masalah mental. Melalui keterbukaan Gen Z akan permasalahan mental, mereka mulai aware akan kesehatan mental dan mengkampanyekan pada publik untuk mengurangi stigma negatif terhadap permasalahan mental. 

Bukan cuma aware, tapi Gen Z juga proaktif untuk cari solusi

Gen Z tumbuh di dunia yang menganggap pengobatan masalah psikologis adalah hal yang wajar. Bukan cuma aware akan masalah mental, Gen Z juga kerap kali aktif untuk mencari solusi terhadap masalah mental yang sedang mereka alami. Biasanya Gen Z akan mulai untuk berkonsultasi dengan para ahli psikologi atau bahkan yang lebih mudah di akses yaitu melalui webinar dan konseling online. Dalam webinar ini, Gen Z akan mendapatkan berbagi informasi mengenai kesehatan mental yang diperlukan dari para pakar ahli psikologi. Sedangkan dalam konseling online, Gen Z dapat mengakses melalui platform online seperti Halodoc, Kariib, Riliv, Ibunda, Kalm, dan berbagai platform lainnya. 

Menjaga kesehatan mental menjadi tanggung jawab bagi setiap orang agar mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Stigma negatif akan permasalahan mental perlu segera dihilangkan karena dapat menjadi faktor risiko bagi seseorang yang memang memerlukan bantuan tenaga ahli tapi terhalang karena stigma negatif yang dibentuk oleh masyarakat. Mari lebih aware akan sesama dengan memanusiakan manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun