Dalam beberapa tahun terakhir, remote working atau kerja jarak jauh telah menjadi pilihan populer di berbagai industri. Model kerja ini memungkinkan karyawan untuk bekerja dari rumah atau lokasi lain di luar kantor, tanpa perlu berkomuter setiap hari.Â
Tren ini muncul dan semakin berkembang pesat sejak terjadinya pandemi COVID-19. Pada saat itu, semua orang diisolasi dan dilarang melakukan interaksi jarak dekat sehingga banyak perusahaan terpaksa mengalihfungsikan sistem kerja melalui digital agar bisa dijangkau dari jarak jauh.
Meskipun demikian, remote working itu sendiri sudah diperkenalkan Jack Nilles sejak tahun 1970 dengan istilah pertama "Telecommuting" sebagai jenis pekerjaan yang bisa dilakukan dari lokasi terdekat tanpa perlu melakukan perjalanan panjang menuju kantor dengan dukungan utama jaringan internet, komputer, dan telepon (Sadida & Febriani, 2016; dalam Journal of Bussiness Management Review).Â
Akan tetapi, walaupun pekerjaan ini menawarkan fleksibilitas yang bisa dilakukan di mana saja, remote working juga memiliki tantangan, khususnya dalam menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dengan pekerjaan.
 Tantangan itu cukup beragam dan sebaiknya kita perlu memahami betapa pentingnya memahami ini agar waktu yang kita punya tidak seluruhnya digunakan untuk bekerja.Â
Tantangan dalam Membatasi Jam Kerja
Fleksibilitas waktu dalam remote working sering kali membuat batas antara jam kerja dan waktu pribadi menjadi kabur. Banyak pekerja jarak jauh merasa sulit untuk benar-benar "menutup" pekerjaan mereka saat jam kerja berakhir, terutama jika notifikasi email dan pesan pekerjaan terus berdatangan. Ini berpotensi menyebabkan kelelahan atau bahkan burnout, karena karyawan merasa harus selalu tersedia untuk pekerjaan, bahkan di luar jam kerja.
Peningkatan Produktivitas atau Sebaliknya?
Studi menunjukkan bahwa beberapa pekerja remote cenderung lebih produktif karena mereka dapat bekerja di lingkungan yang nyaman dan minim gangguan. Namun, ini tidak berlaku untuk semua orang.Â
Beberapa pekerja justru kesulitan untuk fokus dan mengelola waktu mereka secara efisien di rumah karena adanya distraksi dari keluarga atau kebutuhan rumah tangga lainnya. Produktivitas yang optimal dapat dicapai jika pekerja dapat menetapkan ruang kerja khusus di rumah dan disiplin dalam menjalankan jadwal.
Dukungan Kesehatan Mental dan Fisik
Bagi sebagian orang, remote working dapat mengurangi stres yang berkaitan dengan perjalanan ke kantor dan interaksi sosial yang tidak diinginkan. Namun, kurangnya interaksi sosial secara langsung juga dapat memicu perasaan kesepian dan isolasi.Â
Kondisi ini bisa berdampak pada kesehatan mental, terutama bagi mereka yang terbiasa berinteraksi dengan banyak orang di tempat kerja. Untuk mengatasi masalah ini, banyak perusahaan menyediakan program dukungan kesehatan mental dan kegiatan virtual, seperti sesi check-in mingguan atau pertemuan tim secara online.