Mohon tunggu...
Putri Alifiah Arita Septiani
Putri Alifiah Arita Septiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta

saya pernah menempuh pendidikan Tata Busana dan sekarang saya sedang menempuh pendidikan Bimbingan dan Konseling Islam, saya juga sedang mempelajari tentang dunia content creator

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Subjective Well-Being dalam Trend Centil Era pada Perempuan Gen Z

2 Juni 2024   11:00 Diperbarui: 11 Juni 2024   13:13 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Masyarakat Indonesia masih menganggap perempuan memiliki tanggung jawab penuh dalam hal domestik, mengasuh anak, mengurus anggota keluarga, membantu kebutuhan keuangan keluarga, bahkan ditambah tuntutan standarisasi fisik yang tidak masuk akal. Oleh karena itu, perempuan lebih mungkin di diagnosis depresi dibandingkan dengan pria, karena Perempuan lebih sering menghadapi berbagai tekanan dari lingkungan sosial, pekerjaan, maupun keluarga. Namun, permasalahan mental dan penyakit mental masih dipandang tabu dan dianggap sebagai hal yang memalukan. Sebagai generasi Z atau Gen Z yang mengalami era digital dengan kemudahan dalam mengakses informasi, perlahan-lahan mulai mengubah stigma masyarakat dan lebih peduli dengan diri sendiri untuk meningkatkan subjective well-being atau kesejahteraan atau kebahagiaan yang sifatnya subjektif. Salah satu bentuk kepedulian mereka adalah dengan menciptakan trend "Centil Era" sebagai bentuk self love.

Subjective well-being (SWB) merupakan istilah psikologis yang merujuk pada bagaimana individu menilai kebahagiaan dan kepuasan hidup mereka sendiri. Faktor yang mempengaruhi subjective well-being sendiri berupa hubungan sosial, kesehatan mental dan fisik, kondisi ekonomi, dan tujuan hidup. Subjective well-being yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kesehatan yang baik, hubungan yang baik, dan produktivitas yang lebih tinggi. Sehingga, dengan memahami subjective well-being (SWB) dapat membantu dalam meningkatkan kualitas hidup individu dan masyarakat secara keselurahan. 

Sedangkan, istilah 'centil' sering kali memiliki konotasi yang kurang serius atau bahkan negatif. Terutama ketika kata tersebut digunakan untuk menggambarkan perempuan. Secara tradisional, 'centil' mungkin diartikan sebagai sifat yang manja atau menggoda. Namun, perempuan Gen Z mengubah persepsi tersebut dalam konteks yang lebih positif, dimana 'centil' dapat diinterpretasikan sebagai kemampuan untuk bersikap luwes, menyenangkan, dan cerdas dalam interaksi sosial. Hal tersebut mencangkup kepada kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi, menggunakan humor, penampilan, dan cara bicara yang menunjukkan kehangatan, serta kepercayaan diri. 'Centil' dalam konteks yang lebih dalam juga mencangkup kecerdasan emosional yang baik sebagai strategi coping atau mekanisme penanggulangan stress dan tantangan hidup.

Gen Z mempopulerkan trend ini melalui beberapa platform digital seperti TikTok, Reels Instagram, dan juga aplikasi X. Di aplikasi TikTok terdapat lebih dari 3000 tagar centil era dan di aplikasi Instagram terdapat lebih dari 100 tagar centil era. Dari beberapa cuplikan video di platform tersebut dapat disimpulkan bahwa 'centil era' merupakan masa dimana perempuan lebih fokus pada dirinya sendiri dan mencintai dirinya sendiri. Caranya adalah dengan berpakaian rapi dan wangi, make up cantik, mendengarkan lagu-lagu bernuansa positif, memperbanyak ibadah dan tentunya selalu bersyukur. Mencari lingkungan positif dan tidak memikirkan perkataan orang lain juga menjadi cara untuk dapat fokus dan mencintai diri sendiri. Cara-cara tersebut cukup mampu meningkatkan subjective well-being pada masing-masing individu.

Perempuan yang mampu menggunakan 'centil' dengan baik akan menggunakan keluwesannya untuk mengurangi ketegangan dan tekanan dalam hidupnya dengan sikap positif yang dapat menciptakan kembali suasana yang harmonis. Perempuan yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi mampu mengenali, memahami, dan mengelola emosi mereka serta emosi orang lain. Kemampuan ini memungkinkan mereka untuk menanggapi situasi dengan cara yang paling efektif, mengurangi konflik, dan menciptakan lingkungan yang mendukung kesejahteraan emosional untuk menuju subjective well-being (SWB). Oleh karena itu, penting untuk mengubah persepsi atau stereotip masyarakat dengan menunjukkan bahwa 'centil' dapat menjadi bagian dari strategi coping yang kuat dan efektif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun