Mohon tunggu...
Putri Ayu Lestari
Putri Ayu Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Tadris Biologi Institut Agama Islam Negeri Kudus

Haii, aku Putri Ayu Lestari, mahasiswi IAIN Kudus yang hobi membaca dan mengeksplorasi ide-ide baru. Aku percaya setiap kata punya kekuatan untuk menginspirasi. Selain itu, aku juga punya minat besar di dunia kepenulisan dan selalu bersemangat untuk terus mengasah kemampuan menulisku. Yuk, saling bertukar pikiran di sini!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Ulat Bulu di Musim Hujan: Hikmah Alam dalam Perspektif Biologi dan Islam

7 Desember 2024   10:15 Diperbarui: 7 Desember 2024   11:09 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ulat bulu yang kini tengah melanda Gunung Kidul. (Sumber: IDNtimes)

Fenomena wabah ulat bulu di musim hujan, khususnya di daerah Gunungkidul, Yogyakarta, memang bukan hal baru. Setiap tahunnya, masyarakat setempat sudah terbiasa dengan kemunculan ulat jati, yang berukuran sekitar 3,5 cm. Ulat ini mulai bermunculan saat pergantian musim kemarau ke musim penghujan, seperti yang sedang terjadi sekarang. Keberadaan ulat tersebut, sempat menjadi viral di TikTok setelah sebuah video menunjukkan ulat-ulat bergelantungan di udara dan mengganggu aktivitas manusia. Dalam video berdurasi 55 detik yang diunggah oleh akun TikTok @kaulasundanes, tampak seorang pengendara motor yang melintasi kawasan Gunungkidul. Seorang wanita yang dibonceng membawa kayu untuk melindungi diri dari ulat-ulat yang bergelantungan di sekitar mereka.

Melansir dari CNNIndonesia.com, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengungkap bahwa fenomena ini terjadi menjelang akhir musim penghujan. Peneliti ulat LIPI, Hari Sutrisno, menjelaskan bahwa melonjaknya jumlah ulat pada penghujung musim penghujan disebabkan oleh curah hujan yang mulai berkurang. Hal ini menyebabkan musuh alami ulat, seperti parasit, tidak banyak bermunculan, yang pada gilirannya mendukung peningkatan jumlah ulat bulu.

Ulat jati yang dikenal dengan nama ilmiah Hyblaea puera adalah serangga dari familia Lepidoptera yang dikenal sebagai hama tanaman jati.  Ulat ini memiliki siklus hidup yang berhubungan erat dengan kondisi lingkungan, di mana kelembapan tinggi dan suhu yang hangat pada musim hujan mendukung pertumbuhan dan reproduksi mereka. Ulat ini memakan seluruh jaringan daun, hanya meninggalkan urat dan tulang daun, biasanya aktif memakan daun pada malam hari dan membentuk gulungan daun sebagai tempat persembunyian pada siang hari, yang membuat mereka sulit terdeteksi oleh predator alami (Pattiwael, M., 2018).

Populasi ulat jati cenderung meningkat pesat pada awal musim hujan, ketika pohon jati mulai tumbuh subur. Fenomena ini terjadi karena ulat jati memiliki kemampuan untuk berkembang biak dengan cepat dalam kondisi yang menguntungkan. Penelitian Arpriyanto, menunjukkan bahwa satu individu ulat jati dapat menghasilkan ratusan telur dalam satu siklus reproduksi, yang berkontribusi pada ledakan populasi (Arpriyanto, E., 2010).

Meskipun ulat jati dapat menyebabkan kerusakan serius pada tanaman, namun keberadaannya juga memiliki sisi positif. Fenomena ini merupakan bagian dari siklus alam yang alami. Di beberapa daerah, masyarakat memanfaatkan ulat dan kepompongnya, yang disebut "ungker" sebagai sumber pangan bergizi. Ulat-ulat yang turun ke tanah untuk menjadi kepompong sering diolah menjadi makanan tradisional. Memahami siklus hidup dan dampak ekologis ulat jati penting untuk pengelolaan hutan jati yang berkelanjutan sekaligus memanfaatkan potensi ekonominya.

Dalam Islam, setiap fenomena alam memiliki hikmah dan pelajaran. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an, "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, serta pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal." (QS. Ali Imran: 190). Kemunculan ulat bulu di musim hujan adalah bagian dari ciptaan Allah yang mengajarkan kita untuk bersyukur dan menjaga keseimbangan alam.

Ulat bulu ini merupakan bagian dari siklus hidup yang telah Allah tentukan. Setiap makhluk hidup memiliki peran dalam menjaga ekosistem, termasuk ulat yang meskipun kadang mengganggu, tetap membawa manfaat. Fenomena ini juga mengingatkan kita untuk lebih peka terhadap perubahan alam dan menyadari bahwa semua yang terjadi adalah kehendak Allah. Sebagai manusia, kita diajarkan untuk tidak hanya memanfaatkan alam, tetapi juga menjaga kelestariannya demi keseimbangan yang Allah ciptakan. Melalui kesadaran ini, kita dapat menjaga ekosistem alam dan menjalani kehidupan yang selaras dengan kehendak-Nya. Dengan memelihara alam, kita turut berkontribusi untuk mewujudkan ekosistem yang sehat dan seimbang untuk generasi mendatang.

Referensi

1. Arpriyanto, E. (2010). Dinamika Populasi Ulat Jati Hyblaea puera Cramer di Hutan Jati KPH Ngawi (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).

2.https://cdn.idntimes.com/content-images/post/20241118/fenomena-ulat-jati-bergelantungan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun