Itu nasihatnya yang membuat hati terenyuh jika diresapi dengan penuh penghayatan. Ia mengandung pesan-pesan instrospeksi diri agar di setiap ibadah kita meniatkan ketaatan dengan ikhlas hanya untuk Allah di luar dan dalam bulan Ramadhan. Sehingga tidak sepatutnya ibadah kita terjerembab dalam ambisi-ambisi dunia.
Dengan demikian, marilah fenomena itu kita lihat berulang-ulang dan kita pertanyakan dari dalam hati sanubari kita. Terlepas bulan Ramadhan tahun ini kembali menyapa kita dalam suasana kerinduan dan kesedihan. Kita patut menyambutnya dengan penuh kegembiraan karena Tuhan masih memberi kesempatan kepada kita, umatnya, untuk membersihkan diri kita. Inilah momentum bagi kita untuk kembali mensucikan diri (fitrah) atas salah dan dosa yang mungkin telah kita perbuat selama setahun terakhir. Kepada Corona jatuhkanlah penyakit yang tumbuh bersamamu lalu bawa semua kenangan yang kau bekaskan. Kami ingin segera menyapa bulan Ramadhan.
Referensi:
https://www.google.com/amp/s/news.detik.com/kolom/d-6059738/idul-fitri-puncak-ibadah- yang-menyatukan-dan-menguatkan/amp
https://idaqu.ac.id/2021/05/13/memaknai-idul-fitri-di-masa-pandemi/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H