Mohon tunggu...
Putri Permata
Putri Permata Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Jangan pernah merendahkan siapapun dalam hidup, bukan karna siapa mereka tapi siapa kita?

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Minimnya Budaya Literasi di Indonesia, Siapa yang Patut Disalahkan?

6 Maret 2021   20:01 Diperbarui: 6 Maret 2021   20:09 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

UNESCO menyebutkan bahwa Indonesia menduduki urutan kedua dari bawah soal literasi dunia. UNESCO mendata minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001%. Saya sangat prihatin membaca berita tersebut.

Zaman modern ini dapat menggantikan buku dengan Handphone. Ironisnya, minat baca buku rendah begitupun dengan minat baca pada berita online. Rasa-rasanya seperti tidak ada bedanya. Data wearesocial mengungkapkan bahwa masyarakat Indonesia dapat menatap layar Handphone minimal 9 jam per hari. Namun walaupun sudah banyak sumber informasi dan ilmu pengetahuan yang tersebar di dunia maya, rakyat Indonesia seakan buta akan hal itu.

Kebanyakan hampir setiap orang Indonesia lebih sering membuka sosial media dibandingkan e-book. Lewat sosial media, rakyat Indonesia dapat dengan mudah mendapatkan dan memberikan informasi. Namun sangat disayangkan, kebanyakan orang jarang membaca informasi dengan cermat. Bahkan sebagian orang bisa menggunakan kecepatan jari yang ekstra untuk langsung like dan share melebihi kecepatan otaknya. Padahal informasi tersebut belum jelas kebenarannya.

Sebagian warga Indonesia lebih mempercayai opini-opini orang lain dibandingkan dengan fakta yang sudah jelas adanya. Bahkan jika sudah diberi informasi pun, masih saja sebagian orang menanyakan hal yang sudah tertera pada informasi tersebut, padahal sudah dijelaskan  secara mendetail.

Lalu, siapa yang harus disalahkan mengenai rendahnya budaya literasi ini? Negara? Pemerintah? Atau sosial media?

Mengenai hal tersebut, menurut saya itu tergantung pada diri sendiri. Benar tidak nya sosial media adalah tergantung pada penggunanya, bijak atau tidak. Termasuk masalah rendahnya budaya literasi, sesuai dengan kesadaran pada diri kita masing-masing.

Bisa dibayangkan, ilmu minimalis, malas baca buku, malas membaca berita mengenai keadaan negara saat ini, tidak membaca informasi dengan baik dan benar. Tapi sangat sering menatap layar Handphone berjam-jam, ditambah dengan men-judge hal-hal yang menyangkut kepada kebebasan hak seseorang di media sosial. Tidak heran jika Indonesia jadi sasaran empuk untuk info provokasi, hoax, dan fitnah.

Haruskah terus-menerus seperti ini? Mendapat peringkat akhir mengenai budaya leterasi dan mendapat peringkat awal sebagai netizen tidak sopan di dunia maya, se-Asia Tenggara?

Terimakasih:)
Putri Permatasari
12 MIPA 5 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun