Mohon tunggu...
Putri Zaman
Putri Zaman Mohon Tunggu... -

loves the Charming Prince in a white horse

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hey, Aku Selingkuhan Ayah Tiara Juga, Lho...

5 Mei 2010   01:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:24 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dear Ayah Tiara,

Waduh...aku jadi terseret-seret juga dalam cerita ini ya. Padahal awalnya aku cuma iseng, iseng, dan iseng. Tapi tidak mengapa, karena aku juga adalah salah satu tokoh pendukung dalam cerita ini.

Aku mengenalmu sudah cukup lama. Kesamaan profesi dan pernah sama-sama menimba bangku kuliah di tempat yang sama mungkin yang membuatku sempat simpati kepadamu. Kecerdasan dan kharisma yang kau miliki rasanya cukup jadi alasan yang kuat mengapa aku sempat jatuh hati kepadamu. Berawal dari coba-coba meminta bahan-bahan perangkat ajar, aku mulai berkomunikasi kembali denganmu. Mencoba mengakrabi dunia maya pun lagi-lagi aku meminta bantuanmu. Sampai lama-kelamaan kita semakin akrab dan dekat. Walau sebenarnya kita jarang bertemu, tapi toh sekarang sudah canggih kan? Lewat internet pun kita tetap intens berkomunikasi. Sampai aku pada kondisi di mana rasanya hati ini mulai tertarik kepadamu. Terlebih ketika kau ajak aku untuk bertemu. Aduh, senangnya hatiku saat itu. Tapi, aku masih sadar, kita tidak mungkin bersatu, karena aku selalu ingat keluargaku. Tapi, jujur hatiku masih sering teringat padamu, tapi lagi-lagi aku menyadari, tidak mungkin...

Dear Selingkuhan Ayah Tiara,

Dari awal kita bertemu, aku sudah sedikit curiga, terlebih ketika melihatmu begitu akrab berbicara dengannya. Ingat kan saat itu kita bertemu dengan niat dan tujuan yang sama? Kita sama-sama ingin meminta bantuannya. Tapi aku bisa melihat perbedaan yang nyata antara aku dan dirimu. Aku lihat tatapan matamu ke dia berbeda. Aku juga bisa melihat tatapan matanya ke kamu berbeda. Ahh...tapi aku tidak terlalu perduli saat itu. Akhirnya, aku tahu, karena aku juga wanita yang punya hati dan perasaan, kau mencintainya. Tidak mengapa, toh aku juga punya duniaku sendiri kan? Aku hanya berpesan kepadamu, ikuti kata hatimu...Dan aku tetap bisa jadi sahabatmu...Walaupun mungkin setengah mati kau benci kepadaku. Karena kau pikir aku telah merebut dia darimu. Maafkan aku ya, aku tidak bermaksud seperti itu.

Dear Ayah Tiara,

Mungkin inilah jalan hidupmu...akuilah kelemahanmu, akuilah kerapuhanmu....Tapi kuakui, kau memang hebat! Peselingkuh yang hebat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun