Broken home merupakan kondisi keluarga yang dapat memberikan dampak negative bagi perkembangan anak. Oleh sebab itu, diperlukan upaya penanganan yang tepat, baik dari keluarga, pertemanan, maupun lingkungan sekitar, untuk membantu anak-anak terdampak broken home.
Broken home dan Bunuh diri remaja memiliki keterkaitan yang erat. Kondisi keluarga yang tidak stabil dan kurangnya dukungan emosional dapat menjadi faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan remaja terlibat dalam perilaku berisiko, termasuk percobaan bunuh diri. Oleh karna itu, diperlukan upaya holistic untuk mengatasi masalah ini, mulai dari penguatan fungsi keluarga, intervensi psikologi, hingga dukungan sosial yang memadai bagi Remaja.
Anak-anak yang berasal dari keluarga broken home harus selalu memiliki pikiran yang positif, melakukan hal-hal yang positif dengan focus impian dan cita-cita , menanamkan motivasi dalam diri sendiri, dan mencari tempat berbagi (curhat). Anak yang mengalami dampak broken home biasanya cenderung mencari teman yang dapat memberikannya motivasi agar lebih semangat dalam menjalani hidup dan agar memiliki minat belajar sehingga dapat meningkatkan prestasinya dari sebelumnya.
Beberapa psikologi menyatakan bahwa bantuan yang paling penting yang dapat diberikan oleh orang tua yang bercerai adalah mencoba menetramkan hati dan menyakinkan anak-anak bahwa mereka tak bersalah. Yakinkan bahwa sang anak tidak perlu meraskahan harus ikut bertanggung jawab atas perceraian orang tuanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H