Mohon tunggu...
Putri Azizu
Putri Azizu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Jambi, Program Studi Administrasi Pendidikan 2018

Do something today that your future self will thank you for

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Pendidikan Multikultural di Sekolah

13 April 2021   16:51 Diperbarui: 13 April 2021   17:00 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bangsa Indonesia merupakan sebuah bangsa yang mana memiliki pada tingkat keragaman yang pluralistik. Keanekaragaman kebudayaan yang ada di Indonesia yang di dukung oleh sekitar 300 suku, 200 bahasa daerah dan juga ribuan aspirasi kultural, maka dari itu di dalam proses interaksi sebagaimana pada bagian dari negara kesatuan antar etnik itu di perlukan di dalam sebuah toleransi yang tinggi terhadap keberadaan kebudayaan satu etnis dengan etnis-etnis yang lainnya di dalam kerangka nasionalisme kebangsaan, sebuah ideologi transetnis yang menjadi sebuah cita-cita bersama. Toleransi inilah yang mana nantinya akan  bermuara pada konsep adaptasi budaya sebagai sebuah output yang bijaksana dan juga bebas konflik maka dari itu kita mengenal dengan pepatah atau pribahasa dari para leluhur kita yaitu di mana bumi di pijak di situ langit di junjung yang mana artinya kita sebagai makhluk sosial haruslah mengikuti atau menghormati adat istiadat di tempat tinggal kita. Maka selama kita hidup di dunia ini kita harus selalu menghormati adat istiadat di mana pun kita berada, kita tidak di perbolehkan menghina adat istiadat orang lain.

Menurut (Idris, 1987) pendidikan merupakan sebagai sebuah proses di dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) supaya memperoleh kemampuan sosial dan juga perkembangan individu yang optimal bisa memberikan relasi yang kuat antara individu dengan masyarakat dan juga lingkungan budaya sekitarnya. Lalu menurut (Driyarkara, 1980) pendidikan adalah suatu proses yang "memanusiakan manusia" maksudnya yang di mana manusia di harapkan bisa mampu memahami dirinya, mampu memahami orang lain, mampu memahami alam dan juga mampu memahami lingkungan budayanya.

Pendidikan multikultural merupakan suatu proses yang mana di dalam pengembangan seluruh potensi manusia yang menghargai keragaman budaya, keberagaman etnis, keberagaman suku, dan juga keberagaman aliran atau di sebut dengan agama. Lalu pendidikan multikultural juga menekankan pada sebuah filosofi pluralisme budaya ke dalam sistem pendidikan yang mana di dasarkan pada prinsip-prinsip persamaan atau equality, yang mana saling menghormati, menerima, memahami dan juga dengan adanya komitmen moral ini maka untuk sebuah keadilan sosial. Membicarakan pendidikan multikultural, maka pendidikan multikultural ini berawal dari berkembangnya gagasan dan juga kesadaran tentang interkulturalisme sesuai Perang Dunia II selain itu pendidikan multikultural juga sebenarnya merupakan sikap peduli dan juga mau mengerti atau difference atau politics of recognition yang mana di dalam politik pengakuan terhadap individu-individu atau orang-orang dari kelompok minoritas. Dan juga pendidikan multikultural ini melihat masyarakat secara lebih luas, berdasarkan pandangan dasar ini bahwa sikap indiference dan juga sikap non-recognition ini tidak hanya berawal atau berakar dari ketimpangan pada struktur rasial saja kan tetapi juga pada paradigma pendidikan multikultural mencakup subjek-subjek mengenai ketidak adilan, penindasan, kemiskinan, dan juga keterbelakangan pada individu-individu atau kelompok-kelompok minoritas di dalam berbagai bidang seperti halnya pada budaya, sosial, ekonomi, pendidikan, dan lain sebagainya.

Dari penjelasan yang saya paparkan di atas bahwasannya pendidikan multikultural ini harus atau perlu di ajarkan di dunia pendidikan sebab di sekolah nantinya akan memperkenalkan tentang nilai-nilai budaya antaretnis, harmoni dalam beragama, dan mempromosikan tolerasi kepada para siswa atau sesama manusia di muka bumi ini. Seperti contohnya di keluarga saya yang mana dari keluarga ibu berasal dari sumatera barat lalu sedangkan ayah saya berasal dari jawa tengah. Yang mana sejak dari kakek dan nenek dari kedua belah pihak orang tua saya sudah transmigrasi ke jambi, di karenakan orang tua sudah lama di jambi maka bahasa yang di gunakan dari ibu yaitu menggunakan bahasa jambi dan ada kalanya di mix dengan bahasa sumatera barat lalu sedangkan bahasa yang di gunakan oleh ayah yaitu menggunakan bahasa jambi dan ada kalanya di mix dengan bahasa jawa tengah. Alhasil saya juga mengikuti orang tua saya menggunakan bahasa mix jambi-sumatra barat dan jambi-jawa tengah tetapi yang paling sering menggunakan bahasa jambi saja.

Biasanya suku atau etnik jawa identik dengan sopan santu atau lemah lembu dalam berbicara sedangkan suku atau etnik sumatera identik dengan berbicara menggunakan volume suara cenderung lebih tinggi atau lantang seperti orang marah akan tetapi bukan seperti itu. Dari perbedaan suku atau etnik dari orang tua saya bahwasannya dapat di ambil pelajarannya walaupun berbeda suku atau etnik akan tetapi mereka bisa memahami pada suatu perbedaan-perbedaan dan juga saling menghormati atau saling mengerti dengan suku-suku atau etnik yang mereka temui baik itu di tempat tinggal maupun bertemu dengan orang lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun