Yogyakarta adalah daerah istimewa setingkat provinsi di Pulau Jawa, Indonesia. Uniknya, nama ibu kota provinsinya juga Yogyakarta. Uniknya lagi, nama tersebut sering dilafalkan berbeda-beda. Ada yang menyebutnya Yogyakarta, Yogya, Jogjakarta, atau Jogja. Anak muda menyebutnya YogYes (yes=ya, maka yogyes=yogya).
Bagi banyak orang Indonesia, Jogja adalah semacam kampung halaman kedua. Mungkin karena ratusan ribu orang pernah tinggal di sini bertahun-tahun ketika kuliah. Mungkin juga karena semua orang diterima seperti di rumah sendiri ketika di Yogyakarta.
Namun dibalik keistimewaan kota Yogyakarta, terdapat kejadian yang membuat masyarakat takut untuk singgah di Yogya. Seperti akhir - akhir ini banyak sekali kejadian - kejadian menyeramkan yang terjadi di Yogya. Â Salah satunya yaitu klitih.
Klitih berasal dari bahasa Jawa yang dulunya merupakan istilah untuk menyebut anak-anak yang berkeliling lingkungan hanya untuk mengisi waktu luang tanpa aktifitas spesifik.
Aktifitas yang dulunya berupa kegiatan santai atau jalan-jalan ini berubah mengalami pergeseran makna sampai mengandung aksi kriminal sebab menjadi identik dengan tindak kekerasan bersenjata tajam.
Seperti akhir -- akhir ini sempat viral kejadian klitih yang menewaskan anak dari anggota DPRD Kebumen. Kejadian itu terjadi pada Minggu (3/4/2022) dini hari. Selain kejadian klitih terdapat juga kejadian masiswa ISI Yogya asal Siantar (David Siallagan) yang ditikam. Menurut kejadian yang beredar.Â
Kala itu ia bersama dengan teman -- temannya hendak pulang dari rumah temannya setelah selesai melakukan rapat anggota Parmaba. Kemudian sekitar jam 1 dini hari mereka pulang. Namun di dalam perjalanan pulang mereka bertemu dengan sekelompok pemuda di persimpangan jalan. Terjadi cekcok antar kedua belah pihak dan terjadilah tindakan penikaman.
Kejadian tersebut dapat menjadikan pembelajaran bagi kita semua untuk selalu berhati -- hati dimanapun kita berada. Kejadian itu pula membuat orang -- orang takut jika berada di Yogya. Untuk itu diperlukan tindakan dari pemerintah untuk memberantas kejadian tersebut agar orang -- orang yang melintasi Yogya merasa aman dan tidak merasakan takut lagi.
Seperti kejadian klitih, pelaku dari kejadian tersebut sebagian besar merupakan para remaja yang masih duduk di bangku sekolah. Maka peran sekolah juga sangat diperlukan untuk membina anak didiknya untuk tidak terjerumus dalam tindak kejatan tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H