Mohon tunggu...
Putri Utami
Putri Utami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia yang bercita-cita menjadi aktor layar lebar.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Timang-Timang Dinastiku Sayang: Analisis Semiotik pada Desain Cover Majalah Tempo (29 Oktober 2023)

22 November 2023   20:27 Diperbarui: 22 November 2023   20:27 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tahun ini merupakan tahun yang sangat panas, entah itu dalam hal cuaca ataupun bahkan masalah politik di negara Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada sampul majalah tempo yang terbit pada Minggu, 29 Oktober 2023.

Sampul majalah tersebut menunjukkan sebuah ilustrasi Jokowi Dodo presiden republik Indonesia yang tengah mengangkat anak sulungnya yaitu Gibran Rakabuming Raka sekaligus walikota Surakarta ini seperti pada adegan film animasi Lion King. Hal tersebut merupakan sebuah respon atas pemberitaan Gibran yang diumumkan sebagai cawapres dari capres Prabowo Subianto yang telah ditetapkan pada tanggal 21 Oktober 2023.

Setelah keluarnya keputusan Mahkama Konstitusi mengenai batas usia capres-cawapres, Gibran naik menjadi cawapres dengan adanya keputusan itu. Hal ini menggiring opini publik mengenai politik dinasti. Politik Dinasti yang secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah rezim kekuasaan politik atau aktor politik yang dijalankan secara turun-temurun atau dilakukan oleh salah satu keluarga ataupun politik.

Salah satu aspek dalam memahami komunikasi visual dalam majalah adalah melalui pendekatan semiotik. Sebelum masuk ke dalam analisis, marilah kita pahami terlebih dahulu mengenai dasar-dasar teori semiotik khususnya konsep-konsep utama yang diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure.

Singkatnya Saussure membagi tanda (sign) menjadi dua komponen utama yaitu penanda (signifier) dan petanda (signfied). Penanda merupakan bentuk fisik dari sebuah tanda sedangkan petanda adalah makna yang dihubungkan dengan penanda.

Dalam sampul majalah tempo ini penanda (signifier) dan petanda (signified) dapat dilihat pada gambar, warna, dan layout sampul majalah. Terdapat ilustrasi (gambar) presiden Jokowi Dodo tengah mengangkat anaknya yaitu Gibran di atas sebuah podium. Di belakangnya terlihat ilustrasi Prabowo yang sedang tersenyum di atas panggung dengan warna merah putih yang dikelilingi oleh kepala-kepala. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Jokowi tengah "mengakat" atau "mempromosikan" anaknya untuk melanjutkan wewenangnya sebagai seorang pemimpin, seperti halnya yang kita lihat dalam animasi Lion King.

Prabowo yang berdiri di belakang dapat diartikan bahwa beliau hanya menunggu bagaimana alur ini akan berjalan. Lalu kepala-kepala yang mengelilingi panggung tersebut dapat diartikan sebagai masyarakat yang hanya dapat melihat apa yang tengah terjadi di hadapan mereka.

Dengan menggunakan warna-warna pastel yang di dominasi oleh warna biru dan pink ilustrator berusaha memberikan kesan nyaman dan lembut. Warna biru pastel dapat dikaitkan dengan profesionalisme dan kepercayaan, sedangkan pink pastel dapat dikonotasikan dengan beberapa hal, seperti kepekaan, kewanitaan, kelembutan, ataupun romantisme.

Penanda dan petanda yang terakhir akan kita bahas adalah layout pada sampul majalah ini. Dapat kita lihat bahwa posisi Jokowi Dodo dan Gibran berada di paling depan. Mereka berdua adalah pusat dari pemberitaan ini. Layout di depan ini memiliki peran penting dalam menarik perhatian pada pandangan pertama juga. Elemen-elemen visual ditempatkan di bagian depan, terutama di area yang lebih dominan, cenderung lebih cepat diperhatikan oleh mata.

Kita telah melibatkan teori tanda Saussure untuk menganalisis sampul majalah Tempo edisi Minggu, 29 Oktober 2023. Melalui pendekatan semiotik, kita dapat membongkar lapisan makna yang terkandung dalam elemen visual dan graafis, dan bagaimana elemen-elemen tersebut bekerja sama untuk menyampaikan pesan kepada pembaca Perlu diingat bahwa analisis semiotik bersifat interpretatif, dan hasilnya dapat berbeda-beda tergantung pada perspektif pembaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun