Sebagai pengguna media sosial, saya adalah salah satu orang yang aktif menyebarakan kegiatan di beranda facebook, Instagram, stories WA, dan lain sebagainya. Namun, seringkali saya merasa risih dengan berbagai tanggapan atau komentar yang sangat membuat kenyamanan saya terganggu.
Saya bukan tipe orang yang menuliskan curhatan pribadi di media sosial, bukan pula orang yang membagikan kekesalan saya di sana karena itu bukanlah suatu hal penting. Kehidupan pribadi saya hanya untuk dikonsumsi sendiri dan dibagikan keluarga secara privat. Media sosial lebih kepada kegiatan saya di lingkungan sosial, dalam Pendidikan literasi, dunia kerja marketing, dan lain sebagainya, Bahkan, saya juga membagikan kegiatan politik saya bersama dengan Perempuan Bangsa.
Semua manusia lahir memiliki panggilan jiwanya masing-masing. Saya selalu menyadari setiap hal yang saya jumpai, temui, dan kerjakan adalah karena Allah membimbing diri ini untuk bisa melakukan itu. Namun, jika pada waktunya Allah menarik saya ke tempat lainnya, itu karena Allah tahu ada tempat lain yang lebih membutuhkan dan menghargai diri ini.
Rasa ingin tahu seseorang tentang saya di media sosial membuat hati ini terganggu, apalagi jika mereka menyangkutkannya dengan jodoh. Ada rasa yang membuat saya jenuh harus menjawab satu persatu pertanyaan yang tak seharusnya mereka pertanyakan.
Beberapa waktu yang lalu, seseorang memberi komentar di laman media sosial sahabat saya, yaitu tentang kenapa saya terlalu sibuk bekerja bukan segera menikah. Sesuatu hal yang sebenarnya tidak perlu di komentari, toh pilihan hidup saya tidak berpengaruh apa-apa untuk dirinya. Bahkan, yang lebih miris adalah saat saya tahu hubungan rumah tangga dia dan suaminya tidak baik-baik saja, bahkan bisa dibilang berantakan. Saya mendengar tentang dia yang ternyata belum memiliki keturunan dan beberapa hal sikap dia yang tidak disukai suaminya. Saya tahu itu, tapi saya tidak mau tanya lebih jauh dan juga tak mau bertanya kepada dia karena itu pasti menyakitkannya. Namun, akhirnya setelah saya merasa dia bisa mengatakan hal dengan mudah, kenapa saya tidak?
Pertanyaan balik saya tanyakan kepada dia tentang mengapa dia belum mempunyai anak membuat dia merasa sedih. Dia katakan " Saya belum punya anak itu karena Allah, dan seharusnya saya lebih bersikap dewasa dengan pertanyaan dia.."
Saya tertawa dan langsung menjawab, "Kamu tu lucu, kamu sudah tahu jawaban mengapa saya belum menikah juga kan, itu karena allah belum kasih saya jodoh, lantas siapa yang tidak dewasa? Salahkah saya yang bertanya soal ini?"
Setelahnya dia memblock saya dan merasa menjadi korban ucapan saya.
Ya, itulah pada dasarnya manusia yang seperti ini masuk kriteria tipe apa? Entahlah.
Ya itulah, kenapa rasa ingin tahu seseorang membuat boomerang pada dirinya sendiri. Mereka secara sadar menyakiti orang lain, tapi alibi dengan berkata,"Baperan, gitu aja marah, kan Cuma bercanda, kan Cuma ingin tahu, dan lain sebagainya..".
Lantas apakah hal ini disebut penyakit hati?