Mohon tunggu...
Puteri Renata
Puteri Renata Mohon Tunggu... Editor - Mpudh

Founder Komunitas Sahabat Literasi/Direktur SL Books/Mentor Kepenulisan Self Healing/Penulis Novel

Selanjutnya

Tutup

Tradisi

Kebersamaan Keluarga dan Kenangan Terindah yang Selalu Dirindukan di Kota Palembang

28 April 2023   12:01 Diperbarui: 28 April 2023   12:06 635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok Photo: Pinterest

Sebagai anak tunggal yang sejak kecil bersama kedua orangtua merantau ke kota lainnya, tentu kampung halaman menjadi tempat yang dirindukan. Apalagi saat moment kumpul keluarga, seperti: saat hari raya, saat acara pernikahan salah satu keluarga, saat makan-makan bareng, dan saat bisa nyekar ke makam keluarga. Banyak hal yang sebenarnya saya rindukan di kota Palembang tercinta ini. Ingat bagaimana nenek saya yang selalu hafal makanan kesukaan tiap cucunya, termasuk saya. Saya yang suka makan paha ayam, akan selalu disimpan paha ayam hanya untuk saya agar tidak dimakan cucu lainnya. Yang lucu adalah saat kami melihat nenek yang masih memegang tradisi daerah, dan Sebagian orang menganggap itu musyrik, namun tidak semudah itu anak-anak nenek melarang begitu saja, tapi pelan-pelan sebelum nenek meninggal tradisi itu hilang dengan sendirinya.
Saya sebagai cucu bungsu saat itu ikut dengan sepupu lainnya untuk mengambil makanan sesajen yang nenek sajikan untuk arwah leluhur dan biasanya kami makan sambal tertawa riang tanpa rasa berdosa karena sudah menjahili nenek kami.

Saya dan orangtua saya adalah salah satu keluarga yang paling jauh dari kota Palembang. Dan kedatangan kami di kampung halaman selalu mereka tunggu. Bukan menunggu oleh-oleh, tapi benar-benar senang untuk mengobrol bersama. Ada oleh-oleh ataupun tidak, alhamdulillah di keluarga kami yang terpenting bisa berkumpul bersama. Sebagai cucu perempuan paling besar, saya selalu di manja saat itu. Mengingat sepupu perempuan saya lahir setelah saya menginjak usia remaja. Jadilah saya merasa teristimewa berada di sana.

Biasanya, keluarga kami selalu membuat kue untuk oleh-oleh ke kota yang saya tempati. Pasti mereka semua menitipkan makanan untuk bisa kami bawa dan dibagi ke tetangga kami di Kota Cilegon. Serunya adalah moment perpisahan saat kami akan pulang, pasti selalu ada tangis haru dari keluarga. Dahulu saat kecil saya benar-benar menangis sesegukkan walau tak mengerti kenapa/. Namun, tiap memandang mereka yang mengantar ke stasiun kereta, dada saya terasa sesak dan airmata mengalir begitu saja. Semakin dewasa, itu makin berkurang dan semakin usia bertambah saya sadar kalau perpisahan kami mungkin saja menjadi perpisahan terakhir dan oleh sebab itu saat mengantar tangis haru selalu ada.

Kenapa saya berpikir begitu? Biasanya kami akan mendengar kabar satu persatu kerabat atau keluarga sudah lebih dahulu menhadap yang Maha Kuasa, dan kami akan mengingat moment terakhir saat kami berpisah atau berpamitan.

Lagu yang selalu membuat saya sedih adalah lagu Mikha Tambayong-Satu Yang Pasti

Silih berganti
Hari demi hari
Bergulir tanpa berhenti
Dan tak pernah mungkin kembali

Satu yang pasti
Kasih yang terberi
Kan setia bagai mentari
Tak lelah sinari
Damaikan hati

Reff:
Semua yang datang kan pergi
Sisakan lembaran memori
Tetapi kasihnya tetap tinggal disini

Satu persatu
Yang kita cintai
Takkan selamanya disini
Slalu mendampingi dihidup ini

Semua yang datang kan pergi
Sisakan lembaran memori
Tetapi kasihnya tetap tinggal disini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun