Kebetulan orang tua saya pernah menjadi penjual pecel lele sekitar hampir 20 tahun lebih. Namun, semenjak pandemi akhirnya warung itu tutup karena saya memiliki sebuah pekerjaan dan usaha lainnya.
Dahulu, saya mengingat bagaimana banyak orang yang mengadakan bukber di warung saya, bahkan saya sulit mendapatkan kesempatan untuk berbuka puasa, karena memang warung sangat ramai saat itu. Biasanya, para karyawan mall mengadakan bukber di warung saya, polisi juga sama, karyawan pabrik, maupun mahasiswa dengan kekasihnya.Â
Namun, seiring perkembangan zaman. Apalagi zaman milenial yang mana semua kegiatan atau hal di dalam hidup harus disebarkan atau diupload di media sosial. Hal inilah yang menjadikan banyak orang memilih untuk bukber di restoran mewah walau dengan harga mahal, semua demi pengakuan kalau mampu, hehee..heee..
Media sosial merubah segala sisi pemikiran kebanyakan orang. Bekerja dan mencari nafkah bukan lagi karena panggilan perut yang ingin diisi, tapi justru karena tuntutan sosial.
Nah, jadi perubahan inilah yang menurut saya membuat banyak orang tidak menyadari kalau makan di warung pecel lele adalah solusi yang tepat untuk mengadakan bukber bersama rekan kerja, teman kuliah, atau teman kencan. Dengan budget yang murah, perut akan terisi dengan makanan yang lebih bermanfaat di tubuh kita.
Namun, bisakah kita mengajak kaum milenial untuk berpikir lebih hemat lagi dalam mengatur keuangan saat Ramadan, dan bukber di warung pecel lele adalah salah satu solusinya. Kita juga mengajak para kaum rebahan alias anak muda yang senang gegoleran untuk lebih mau dan tidak malu bukber di warung pecel lele pinggir jalan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI