Tidak dapat dipungkiri lagi bahwasanya Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman suku, budaya, ras, dan keyakinan beragama. Melalui keberagaman tersebut maka warga negara mempunyai kebebasan dalam beragama dan menjunjung tinggi toleransi dalam beragama.
Tidak adanya diskriminatif dan setiap warga negara mendapatkan perlakuan yang sama baik dari segi ras, agama, bahkan warna kulit. Namun, mengapa masih banyak orang yang tidak menghargai adanya perbedaan?
Masih banyak orang yang tidak rukun antar ras, suku, budaya, dan agama. Dikarenakan banyak orang yang masih rendah tingkat toleransinya dan pengetahuannya dalam menghargai adannya perbedaan dan keberagaman.
Nah, disini saya akan membahas tentang rendahnya toleransi dan keberagaman di Indonesia. Sebelumnya, mungkin kalian pernah dengar kan apa itu toleransi?
Toleransi merupakan sikap saling menghargai, saling menghormati, tenggang rasa atau tidak membeda-bedakan seseorang baik dari segi ras, budaya, agama, dll.
Salah satu bentuk toleransi adalah toleransi beragama, dimana kita tidak bisa memaksakan orang lain untuk menganut agama kita sendiri, tidak menghina agama lain, tidak melarang agama lain untuk beribadah sesuai agama dan kepercayaan masing-masing.
Pentingkah toleransi itu?
Kita sebagai manusia, makhluk sosial, membutuhkan orang lain dan hidup berkelompok untuk saling membantu satu sama lain. Dengan adanya toleransi maka tidak akan terjadinya konflik dan perpecahan antara individu dan kelompok.
Banyak orang yang menyebutkan bahwa toleransi kunci utama perdamaian yang harus dijaga. Hal tersebut sangat penting untuk bangsa Indonesia yang memiliki latar belakang perbedaan yang beragam, mulai dari ras, suku, keyakinan, hingga warna kulit.
Dengan adanya keberagaman tersebut memunculkan rasa tinggi hati atau kesombongan pada diri seseorang dari budaya yang mereka miliki atau agama yang mereka anut dianggap lebih baik selain budaya dan agama mereka sendiri.
Meskipun toleransi itu sangat penting, tentunya masih saja terjadi kasus-kasus intoleran sampai saat ini. Banyak yang meremehkan dan menganggap sebelah mata makna toleransi. Sehingga orang-orang yang kurang mengerti mengenai toleransi itu menganggap semua perbedaan negatif dan selalu salah dimata mereka.
Kebanyakan kasus-kasus intoleransi itu pada kasus intoleransi beragama. Sering kali kita mendengar berita-berita di media sosial tentang penghinaan agama yang satu dengan agama lainnya, menjelekkan tempat peribadatan, yang paling berbahaya adalah terorisme beragama.
Indeks Toleransi Kerukunan Umat Beragama (KUB) di Indonesia dari tiga indikator masih rendah. Diambil data dari Puslitbang Kemenag, skor nasional indeks KUB yang diambil dari 34 provinsi dan 13600 responden tahun 2021 sebesar 72,39% meningkat dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2020 sebesar 67,46%.
Meskipun indeks nasional meningkat, indikator toleransi bernilai rendah sebesar 68,72% dari kedua indikator lainnya yaitu indikator kerjasama sebesar 73,41% dan indikator kesetaraan sebesar 75,03%.
Tidak hanya toleransi, bahkan banyak diskriminasi agama yang juga dominan terjadi di Indonesia. Menurut Indonesia Indicator dalam kurun waktu 1 Januari – 10 Agustus 2020, tercatat sebesar 5,117 berita dari 940 portal media online lokal dan nasional yang memberitakan tentang diskriminasi terhadap kelompok minoritas dan kelompok rentan di Indonesia.
Terdapat data bahwa jenis diskriminasi agama dominan terjadi di Indonesia sebesar 59%, diskriminasi difabel sebesar 30%, dan diskriminasi gender sebesar 11%. Data tersebut terjadi di 10 provinsi dan total mencapai 17 kasus.
Terdapat 1 kasus pada wilayah Aceh, Sumatera Utara, Kep.Riau, Jawa Timur, NTB, dan Sulawesi Utara. Terdapat 2 kasus pada wilayah DKI Jakarta dan Jawa Tengah. Terdapat 3 kasus pada Sumatera Barat dan terakhir 4 kasus di Jawa Barat.
Menurut hasil riset Setara Institute tahun 2020, menunjukkan jenis pelanggaran atas kebebasan beragama dan berkeyakinan (KBB) yang paling banyak terjadi di Indonesia yakni tindakan intoleransi. Tindakan tersebut banyak dilakukan oleh aktor non-negara, seperti individu, warga, ormas keagamaan, hingga Majelis Ulama Indonesia (MUI).
“Tindakan pelanggaran KBB oleh faktor non-negara adalah intoleransi dengan 62 kasus,” ujar Halili, dalam konferensu pers, Selasa (6/4/2021).
Halili mengatakan bahwa intoleransi pada kebebasan beragama dan kepercayaan itu adalah tindakan-tindakan yang tidak dipidanakan. Kasus yang dicatat oleh Setara Institute yakni 32 kasus terkait pelaporan penodaan agama, 17 kasus penolakan pendirian tempat ibadah, dan 8 kasus pelarangan aktivitas ibadah.
Kemudian, 6 kasus perusakan tempat ibadah, 5 kasus penolakan kegiatan, dan 5 kasus kekerasan. Peristiwa pelanggaran atas KBB paling banyak terjadi di Jawa Barat. Setara Institute mencatat ada 39 peristiwa pelanggaran sepanjang 2020.
Dari data yang sudah dijelaskan diatas, sangat jelas bahwa masyarakat Indonesia masih banyak yang intoleransi dan diskriminasi terhadap kaum minoritas, agama, dan kaum difabel. Jika masyarakat Indonesia masih terus saja intoleran dan diskriminasi,
Bagaimana Indonesia kedepannya ?
Apakah Indonesia tidak akan terpecah belah ?
Nah, kita sebagai makhluk yang beragama, mempunyai keyakinan masing-masing, untuk mewujudkan sikap toleransi, kita memang harus memahami apa itu toleransi. Seperti yang sudah saya bahas sebelumnya tentang makna toleransi, toleransi itu memang penting agar Indonesia tidak terpecah belah.
Disini saya mengajak kepada masyarakat untuk kita bertoleransi dan tidak diskriminatif terhadap individu atau kelompok. Adanya toleransi antar suku, ras, dan agama dapat mewujudkan perdamaian, ketenangan, ketertiban dalam menjalankan ibadah dan keyakinan masing-masing.
Selain itu, kita juga harus memiliki sikap saling menghargai dan saling menghormati agar terciptanya kehidupan yang rukun dan damai. Adanya toleransi juga membuat bangsa Indonesia tetap kukuh dan tidak terpecah belah serta kita memiliki rasa nasionalisme yang tinggi, sangat mencintai keberagaman yang dimiliki bangsa kita ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H