Mohon tunggu...
Putri Aprilia Nur Aini
Putri Aprilia Nur Aini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Putri Aprilia Nur Aini, 22107030080, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Atraksi Kuda Mati Suri

13 Maret 2023   21:19 Diperbarui: 13 Maret 2023   21:28 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber pict: lokalklik.com

Pada awal sejarah, Jaran Jenggo ini muncul di Desa Solokuro pada tahun 1907-an, jaran ini adalah milik dari Mbah H. Rosyid, beliau adalah seorang kepala Desa Solokuro. 

Mulanya kuda Mbah H. Rosyid merupakan alat transportasi atau sebagai tunggangan pribadi untuk jalan-jalan ke sawah juga berdagang, tetapi ada keunikan sendiri dimana kuda Mbah H. Rosyid ini Ketika dinaiki langsung mengangguk-anggukan kepalanya sambil berjalan meringik (bergoyang).

Sejak itulah Mbah H. Rosyid dan masyarakat Solokuro menamakannya sebagai Jaran Jenggo, yang berarti kuda yang bisa berjoget. Kemudian Mbah H. Rosyid sering bermain bersama anak cucu untuk berlatih dan bermain bersama kudanya dan apabila memiliki putra, cucu, keluarga yang baru dikhitan pasti di arak keliling desa yang di iringi terbang jidor sebagai penghargaan atau pengumuman bahwa pengantin yang di arak telah di khitan. 

Dari kebiasaan itu akhirnya budaya tersebut diwarisi oleh keturunan Mbah H. Rosyid secara turun temurun. Hal ini terbukti sepeninggal Mbah H. Rosyid kesenian Jaran Jenggo itu dilanjutkan oleh saudaranya yang Bernama Mbah H. Sarno sekaligus beliau merupakan penerus kepala Desa Solokuro. Setelah Mbah H. Sarno wafat, dilanjutkan oleh keturunan putra-putranya sampai saat ini.

Sejak saat itulah para pemain atau pawang menamakan kesenian Jaran Jenggo "aswo Kaloko joyo" yang berarti jaran kendang jayane "kuda terkenal kejayaannya). 

Pada zaman dahulu, Jaran Jenggo hanya digunakan untuk acara Khitanan saja. Tetapi setelah berkembangnya zaman para pemain Jaran Jenggo bertekat melebarkan sayapnya agar kesenian Jaran Jenggo tidak monoton pada ngarak pengantin khitanan, melainkan untuk ulang tahun, karnaval, dan acara-acara penting adat dan masyarakat.

Jaran jenggo adalah sebuah kesenian tradisional yang berasal dari Lamongan khususnya Desa Solokuro,Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan. Desa Solokuro sendiri merupakan Desa dengan luas wilayah 1.717 Ha, berbatasan dengan Desa Payaman di sebelah utara, Desa Takerharjo di sebelah timur, Desa Payaman dan Tenggulun di sebelah barat, dan berbatasan dengan Desa Bulubangsri di sebelah selatan. 

Desa Solokuro berjarak 36 km dari pusat pemerintahan Kabupaten Lamongan. Jaran Jenggo ini adalah kesenian yang biasanya digunakan untuk merayakan seorang anak laki-laki yang telah di khitan. 

Setelah dikhitan, dianjurkan untuk melakukan prosesi Jaran Jenggo. Prosesi pertama yaitu sungkeman pengantin khitan kepada orang tua untuk meminta maaf dan meminta restu untuk kelancaran acara arak-arakan. Kemudian dilanjutkan dengan sungkem Jaran Jenggo kepada anak dan orang tua. 

Orang tua kemudian mengantar anaknya menaiki kuda untuk kemudian diarak. Kesenian Jaran Jenggo ini merupakan kesenian arak-arakan yang didampingi dengan atraksi-atraksi yang dilakukan oleh pemandu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun