Isu genosida pada perempuan dan anak yang telah terjadi di Palestina menambah pilu atas tragedi dunia. Genjatan senjata yang telah dilakukan oleh Zionis mengakibatkan keruntuhan dan kehancuran kota Gaza yang indah dan mempesona. Mirisnya, kondisi ini semakin diperburuk dengan pembantaian pada orang-orang tak berdosa yang ditinggal disana. Masalah geopolitik yang belum kunjung usai kini menjadi catatan berdarah dan saksi bisu yang dialami Palestina. Kondisi ini pun mengiris hati masyarakat di tanah air.
Latar belakang atas Imperialisme dan kolonialisme yang pernah Indonesia rasakan pada zaman penjajahan dahulu, kini kurang lebih juga dirasakan oleh Palestina. Ikatan satu rasa ini terwujud dalam bentuk kekerasan dan gencatan senjata dari para penguasa yang tamak. Perempuan dan anak-anak selalu jadi korban dalam berbagai kekerasan dan pengeboman. Hal ini makin ternodai dengan ketidakmampuan direktur Hak Asasi Manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan menyatakan mundur dari jabatannya.
Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki fasilitas media pemberitaan bernilai empati besar untuk menyuarakan Palestina. Tidak ada media Indonesia manapun yang tidak memberitakan isu kemanusiaan tersebut. Semua media berempati dan menyoroti segala kerusakan yang telah di lakukan oleh Israel kepada kota yang indah itu. Cengkraman senjata yang dilakukan oleh Israel dengan membombardir hampir seluruh wilayah Gaza juga disampaikan dengan kronologis dibanyak media online ditanah air.
Kondisi ini makin diperkuat saat momentum Gerakan Solidaritas Aksi Bela Palestina di Monumen Nasional pada 5 Desember 2023. Peristiwa ini menjadi titik balik kekuatan Indonesia yang turut berjuang meneriakan kemenangan Palestina.
Hebatnya, seluruh media tanah air tidak hanya sekedar meliput berita atas peristiwa tersebut melainkan juga ikut meramaikan perdamaian dan kemenangan untuk Palestina. Aksi jurnalis Indonesia dibeberapa wilayah daerah juga aktif menyuarakan seperti yang terjadi pada di Makassar melalui Aksi Solidaritas untuk Jurnalis Palestina.
Melalui pemahaman  Jurnalisme Empati dapat menjadi pedoman kuat untuk bisa menyampaikan pemberitaan yang sehat. Tak lupa juga, media menyampaikan pemberitaan dengan mengedepankan metode partisipatoris dapat memperdalam pemberitaan.
Dikutip dari Kumparan News. Aksi tersebut juga turut hadir eks Ketum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, Menko PMK Muhadjir Effendy, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas hingga Ketua DPR RI Puan Maharani. Tidak hanya itu, seluruh lapisan masyarakat juga diberikan proporsi untuk menyampaikan pendapatnya dan bisa disoroti media langsung oleh media.
Upaya ini harus terus digenjarkan oleh media di Indonesia sebagai bentuk dukungan untuk Palestina.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H