Mohon tunggu...
Putri Rn
Putri Rn Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab UIN Satu Tulungagung

Ketika aku memilih, lalu memintanya. Di situlah aku harus menerima segala resikonya, Kawan!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Budaya Membaca Bersumber Cinta

18 Januari 2023   17:39 Diperbarui: 18 Januari 2023   17:46 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Beberapa waktu lalu, masyarakat dihebohkan dengan adanya society 5.0, di mana manusia akan lebih mudah menyelesaikan segala permasalahannya dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang berbasis teknologi. Tujuan adanya society 5.0 adalah untuk menciptakan hidup yang nyaman bagi masyarakat. Dan, adanya society 5.0 diharapkan dapat menyeimbangkan peran masyarakat dengan teknologi yang tersedia. Namun, pada dasarnya beberapa dari mereka malah salah dalam mengartikannya. Mereka lebih menikmati teknologinya saja tanpa memperhatikan ilmu pengetahuannya.

Contoh kecil saja, budaya membaca. Akhir-akhir ini banyak mahasiswa, pelajar ataupun yang lainnya lebih suka mendowload buku online daripada sowan ke toko buku. Mereka lebih cenderung memilih membaca lewat android daripada duduk santai di perpustakaan. Hal ini saya tahu dari beberapa teman saya yang bekerja sebagai pustakawan di salah satu kota. Ketika saya bertanya "Banyak ta, Mbak, yang berkunjung ke perpustakaan setiap harinya?". 

"Iya, lumayan sih, Mbak, daripada nggk ada yang datang sama sekali. Paling tiap hari rata-rata lima puluh sampai seratus pengunjung. Padahal, jika dipikir-pikir berapa jumlah mahasiswa di kota ini? Lebih dari sepuluh ribu kan, Mbak! Ya, tapi yang datang hanya itu-itu saja" jawabnya.

"Perpustakaan saat ini beda sama dulu, Mbak. Kalau dulu bisa ratusan lebih yang datang, sekarang mengalami kemrosotan yang signifikan. Padahal pemerintah sudah menyediakan fasilitas yang plus-plus, tapi masih saja pengunjung tidak mengindahkan fasilitas itu." Sambungnya. 

Duh, Gusti, perkara membaca yang kemanfaatan-nya untuk dirinya sendiri saja sulit untuk mencintainya. Bagaimana jika itu kemanfaatan untuk orang lain? Bisakah mereka mencintainya pula? Sudah jangan dibayangkan, wk. 

Kasus seperti itu saya jumpai lagi kemarin. Ketika saya berkunjung ke masjid Baitul Mu'minin. Selepas shalat netra saya tertuju pada sudut ruangan yang bertumpuk beberapa buku dan tidak tertata rapi. Di situ berdiri laki-laki paruh baya tengah membaca beberapa buku yang tersedia. Saya-pun tertarik untuk mendekati buku-buku yang berjejer tersebut.  

Tangan saya tergerak untuk menggendong buku "English Grammar." Belum sampai saya membukanya. Tiba-tiba datang seorang laki-laki lebih muda dari laki-laki yang membaca buku tadi. Terjadilah percakapan yang terdengar jelas di telinga saya. 

"Sendirian, Pak" tanya laki-laki yang barusan datang menghampirinya. 

"Iya, Pak. Soalnya yang muda-muda lebih suka hp daripada baca buku." Jawabnya.

"Kok, cacak sing muda. Anak-anak mawon pirso hp, mpun kados kepanggih sekul (seperti melihat nasi). Njenengan dari mana, Pak?" Tanya laki-laki yang lebih mudah.

"Saya dari Surabaya. Mampir ke masjid untuk sholat dhuhur, kebetulan masih ada waktu satu jam untuk menuggu kereta datang dan saya sempatkan baca-baca di perpustakaan masjid ini." 

Masyaallah, mendengar jawaban terakhir laki-laki tua tersebut mata saya sedikit mendung. Telinga seolah melebar selebar-lebarnya. Bagaimana tidak? Saya yang masih berstatus mahasiswa saja kadang suka abai dengan membaca. Sering kali saya menerapkan (menjadwalkan) membaca minimal tiga puluh menit per-hari. Namun, lagi-lagi saya lengah, kadang kalau ingat mau baca, eh milihnya yang paling minimal. 

Padahal, slogan "Membaca adalah jendela dunia" sudah sangat termasyhur, tersebar anywhere and anytime. Namun, ironisnya manusia hanya menghafal slogannya tanpa menerapkannya. Sangat disayangkan, bukan? Asal kita tau, Kawan! Pengetahuan apapun sumbernya adalah membaca. Membaca apapun itu. 

Masih ingatkah kalian? Apa yang diperintahkan malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw. Saat menerima wahyu di Gua Hira' untuk pertama kalinya? Sudah tentu jawabannya Iqra'! bacalah. Bukan tulislah atau hafalkan-lah. Namun, hal itu bukan semata-mata menunjukkan bahwa menulis/menghafal tidak begitu penting. Menulis dan menghafal juga sangat diperlukan bahkan sangat dianjurkan, loh, Kawan! Oleh karenanya, mulailah budaya membaca untuk diri kalian sendiri. Terapkan cinta membaca. Jika belum cinta, minimal cintailah dirimu sendiri. 

Self love itu penting jika dibanding dengan cinta selain pada diri sendiri. Kebahagiaan akan kau rasai saat cinta diri telah kau temui. Maulana Jalaludin Rumi berkata " Biarkanlah cinta menjadi guru anda sendiri, sebab di dalamnya ada banyak kebijaksanaan yang diajarkan untuk kehidupanmu." Sekian dulu, ya, Kawan-kawan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun