Mohon tunggu...
Putri Aryanissa
Putri Aryanissa Mohon Tunggu... -

Numbers Doodler, Fueled by Coffee

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Orang Tua Jangan Malas (Bila Anak Bersekolah di Luar Negri)

26 Oktober 2011   13:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:28 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Topik 'sekolah di luar negeri' selalu membahas seputar cara memilih sekolah, cara mendapatkan beasiswa dan IPK yang harus dipenuhi. Setelah diterima di universitas pilihan, then what? Perjalanan dan tantangan untuk mencapai kelulusan masih sangat panjang. Prinsip management ' Tone At The Top" juga berlaku di dalam sistem keluarga. Jadilah murid teladan sebelum kita menuntut putra putri kita menjadi murid teladan. Banyak PR yang harus orang tua kerjakan sebelum dan ketika sang buah hati sedang bersekolah di luar negeri, terutama bila si anak masih dalam usia muda.  Semoga artikel ini berguna.

Money Matters

Walau tidak ada rumus pasti, ada beberapa hal yang bisa dipertimbangkan sebelum menentukan jumlah uang bulanan yang harus kita kirim. Memberikan uang saku yang berlimpah tanpa perhitungan tidak menunjukkan besar rasa kasih sayang orang tua pada anak. Tetapi hanya menunjukkan betapa besar ego, keacuhan dan ketidaktahuan sang orang tua.

Memahami biaya utama pendidikan (Tuition, buku, fieldtrip, komputer, internet connection, asuransi,dll) dan biaya hidup utama (Tempat tinggal, makan, listrik, transportasi, telpon) adalah informasi dasar yang harus di ketahui. Informasi ini bisa didapatkan dari agen pendidikan atau dengan mengontak langsung universitas yang dituju.

Setelah biaya utama teridentifikasi, kita bisa mulai menghitung berapa uang tambahan (jika dana tersedia) yang akan kita berikan. Dengan keterbatasan dana yang tersedia, kita menginginkan anak kita menikmati masa sekolah dan hidup mandiri diluar negeri. Sebesar apapun dana di bank account, berpeganglah pada satu prinsip, ' Too much allowance usually means too much distraction'. Kita pernah menjadi mahasiswa, kita teringat jenuhnya membaca, menghafal, mengetik tanpa henti karena deadline tugas yang mendekat. Anak kitapun menjalani rutinitas yang sama. Tidak ada salahnya memberikan uang tambahan untuk makan di restoran sekali kali bila jenuh memasak, menonton bioskop dengan teman atau untuk membeli buku.

Ketika socializing para orang tua biasanya saling bertukar informasi mengenai berapa besar uang yang mereka kirim. Informasi ini berguna, tapi janganlah dijadikan dasar mengambil keputusan. Use common sense. Mengapa tidak bisa dijadikan patokan? Karena budget dan spending habit masing masing keluarga berbeda beda. Ketika saya mahasiswa dulu, allowance bulanan teman saya 3x lebih besar dari yang saya terima. Sebagian besar uang saku digunakan untuk makan diluar sehari hari (karena dia hampir tidak pernah memasak), apartemen mahal, dan gonta ganti mobil sewaan. Orang tua tidak membudgetkan allowance saya untuk keperluan seperti itu.

Bila orang tua mempercayakan kartu kredit pada si anak, pantaulah pengeluaran mereka. Ketika tagihan bulanan tiba, lihatlah perincian pengeluaran; apa yang dibeli, dimana, dll.

Awalnya memang sulit menentukan jumlah yang tepat. Start low and adjust. Setelah sebulan atau dua bulan berlalu, trend pengeluaran akan lebih jelas dan kita bisa menentukan jumlah yang pantas.

Supportive Environment

Membayangkan putrinya tinggal sendiri diluar negeri bisa membuat orang tua terjaga setiap malam. Rasa khawatir mengalahkan rasa kantuk.

Beberapa universitas mengharuskan 1st year student untuk tinggal di asrama (on campus accomodation). Bila universitas tidak mengharuskan, anak cenderung memilih off campus accomodation dengan menyewa apartemen bersama temannya. Pada dasarnya, mahasiswa di perantauan memilih untuk hidup berdekatan. Hal ini bisa menjadi win win situation bagi orang tua dan si anak. Ada rasa 'ayem' (Bahasa planet 'tentram'), bagi orang tua mengetahui anaknya tidak sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun