Predikat "DUta Lingkungan" yang disandang oleh salah satu aktris menjadi hal ironi bagi saya pribadi.
bukan semata2 predikat yang melekat pada dirinya, tetapi lebih kepada alasan bahwa aktris
dapat dijadikan sebagai panutan yang mempengaruhi masyarakat. Wajah yang cantik serta hidup modis tentu
saja kita akan mendengar dan melihat di TV slogan yang tidak asing lagi ; "saya menghimbau masyarakat untuk
membuang sampah pada tempatnya..." sepertinya anak kecil juga pasti tahu membuang sampah pada tempatnya.
SO WHAT ???
Namun nampaknya strategi ini kurang ampuh Dalam memberikan penyadaran kepada masyarakat tentang lingkungan itu sendiri, bahkan jarang sekali mendengar lejitan atau terobosan dari menteri lingkungan dalam menangani kasus lingkungan. Mungkin saja masih terlena dengan kasus korupsi yang belum berujung yang menjadi suatu pengalihan dalam mengabaikan kasus2 yang masih bertumpuk. Saat Benni (anak berusia 8 tahun) bertanya kepadaku salah satu nama pejabat yang menangani masalah lingkungan, aku bahkan tidak bisa menyebutkan namanya karena aku bahkan tidak mengenalnya. (sebagai warga negara indonesia saya minta maaf kepada negara karena aku tidak menjadi warga negara indonesia yang baik dalam kasus ini). Mungkin kita perlu ""banyak belajar dari negara Eropa salah satunya adalah jerman, Loyalitas,transparansi,kedisiplinan dan kesadaran yang sangat tinggi. Namun tentu saja tidak perlu mendatangkan beberapa pejabat negara untuk belajar masalah lingkungan ke negri itu.
Namun tentu saja masalah lingkungan menjadi tanggung jawab kita bersama. Kurangnya kesadaran masyarakat akan lingkungan ternyata memiliki dampak yang sangat besar bagi kesehatan dan bahkan lingkungan. Cth nyata yang bisa kita lihat adalah Jakarta, terpolutan baik udara, air, tanah, sehingga kota ini kerap sekali dengan banjir jika saat musim hujan. Dan bahkan masyarakat juga sudah terbiasa dengan bau busuk yang menghiasi kota itu. Tapi tetap saja bagi masyarakt mempunyai pola pikir ; ' mana urus gue' dengan tata bahasa yang kurang baku dalam jaan yang disempurnakan dalam bahasa nasional kita. Masalah lingkungan juga tidak terlepas dari masalah pendidikan, jikalah kurikulum yang digunakan disekolah maupun perguruan tinggi masih yang lama dan tidak ada perkembangan, sudah selayaknya kita memperbaiki kurikulum kita yang disesuaikan dengan kondisi bangsa kita. Untuk memperkenalkan pengelolaan sampah dengan benar hendaknya sudah ditanamkan hal ini mulai dari anak2, dimulai dari sekolah dasar pengenalan akan sampah organik maupun anorganik beserta dampaknya. Namun peranan orang tua juga sangat penting dalam hal ini mendidik anak mulai dari kecil bagaimana orang tua menjadi teladan dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Tentu saja kita berharap bahwa Duta lingkungan memiliki kreativitas dalam melakukan penyuluhan terhadap masyarakat agar peduli terhadap lingkungan. Dan bahkqn perlulah dipertimbangkankualifikasi atau bahkan pengetahuan tentang lingkungan jika hendaknya diberikan predikat duta lingkungan, karena masih banyak anak negri yang berkualifikasi dalam hal itu yang tidak terjamah oleh negri kita.
Pengetahuan, komitmen dan kepedulian yang secara konkret diwujud nyatakan dalam tindakan. Eddward abbey mengingatkan ; "sentiment tanpa tindakan adalah penghancuran jiwa". Perubahan yang abadi bukanlah dihasilkan dari omongan2 cerdas, melainkan lewat sikap2 kecil tetapi berani yang terus menegaskan bahwa anda PEDULI. Hanya perbuatan2 jelas dan penuh komitmenlah, sekecil apapun itu, kita bisa mengatasi perasaan sinistis atau ketidakacuhan masyarakat saat ini.
Karena kita sudah cukup dipenuhi teori saatnya untuk BERTINDAK !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H