Hari berikutnya, sang guru bercerita tentang seorang anak yang tidak bisa membaca dan menulis angka yang terbalik. Ia memberikan contoh-contoh orang yang sukses seperti "Albert Eistein". Mulailah ihsan tertarik dengan cerita sang guru. Kemudian sang guru mengajak ihsan untuk pergi kedanau bersama teman sekelasnya.
Disana mereka disuruh untuk membuat kapal-kapalan dari barang bekas yang ada di danau tersebut. Alhasil, kapal kepunyaan ihsanlah yang paling unik dan menarik dari kapal teman-temannya yang lain. Pada saat itulah, sang guru tahu bahwa ihsan mempunyai bakat yang lebih, guru baru lalu melaporkan hal tersebut kepada kepala sekolah untuk menindaklanjuti kasus tersebut. Guru baru menyakini bahwa kasus ini akan segera selesai.
      Guru baru siap untuk membantu ihsan, sang guru menyiapkan berbagai macam media untuk mengenalkan huruf dan angka kepada ihsan. Mulai dari media, plastisin yang dibentuk menjadi sebuah binatang dan huruf-hurufnya. Kemudian, media pasir untuk melemaskan otot-otot motorik ihsan dengan cara membuat pola huruf dari pasir tersebut. Mengahfalkan angka dengan menggunakan metode bermain angka.
Hal tersebut ternyata berhasil dilakukan oleh ihsan, sekarang dia sudah mulai bisa menulis huruf ataupun angka dengan baik dan benar, bukan hanya itu tulisan ihsanpun lebih bagus. Saat orang tua ihsan datang ke tempat ihsan, beliau ingin bertemu dengan sang guru yang telah berhasil membuat sebuah perubahan terhadap anaknya, beliau terharu melihat ihlsan bisa melakukannya.
Hal terakhir yang dilakukan oleh sang gur yaitu mengadakan suatu lomba melukis, dimana pesertanya bukan hanya peserta didik, tetapi para guru bahkan kepala sekolah. Semuanya ditantang untuk bisa melukis dengan bagus. Sayangnya, ihsan belum datang sampe acaranya hampir selesai. Seketika itu, ihsan mulai muncul.
Sang guru sangat senang dan yakin bahwa ihsan akan menang pada lomba itu. Ihsan melukis dengan sangat bagus. Lukisannya melebihi lukisan orang dewasa dan mempunyai makna. Alhasil ihsanpun menang. Sang guru sangat bangga kepada ihsan. Sekarang tidak ada yang berani mengejek ihsan, dan ihsan pun kembali seperti semua. Dia kembali tersenyum, ketawa, dan sangat gembira.
Saat ujian semester ihsan berpamitan untuk pulang karena musim libur telah tiba. Dia, memeluk snag guru dengan penuh keereatan dan rasa terima kasih yang amat dalam.
Dari cerita diatas dapat kita simpulkanbahwa anak memiliki masa PEKA dalam belajar, tidak semua anak bisa cepat menerima apa yang telah diajarkan. Saat ia gagal akan hal itu, perasaan yang amat takutlah yang ada di pikirannya, dan ia kan mudah untuk putus asa. Tugas seorang guru yang sesungguhnya adalah, mendidik agar anak didiknya bisa untuk melakukan hal itu.
Dengan penuu kesabaran, kasih sayang, ketekunan, dan perhatian maka anak  yang bodoh sekalipun pasti bisa untuk diajarkan. Guruku hebat, karena engkau yang mengajariku mulai dari hal yang sangat sederhana, hingga aku bisa melakukannya, terima kasih guru.
 sumber : Taare Zameen Par
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H