Kegiatan Normalisasi Kali Ciliwung Menarik untuk dilihat
           Minggu 23 Agustus 1945, kegiatan normalisasi sungai Ciliwung yang sempat menimbulkan bentrokan antara warga Kampung Pulo dengan aparat Satpol PP dan Kepolisian, menarik perhatian warga untuk datang melihat, sehingga kawasan Kampung Pulo menjadi daerah wisata dadakan. Puluhan warga berkerumun untuk menyaksikan sisa-sisa bangunan yang telah rata dengan tanah, warga yang datang sampai harus memanjat tumpukan beton tiang pancang, petugas terus mengingatkan sampai menggunakan pengeras suara agar warga tidak menaiki tiang pancang. Semakin lama, bersamaan dengan meredupnya sinar matahari semakin banyak warga memadati daerah tersebut, situasi ini justru dimanfaatkan oleh pedagang kaki lima untuk menawarkan dagangannya dimulai dari minuman ringan hingga makan seperti bakso juga tersedia.
           Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia, memiliki banyak persoalan yang harus diselesaikan oleh pemerintah daerah, satu permasalahan yang sampai sekarang belum bisa dituntaskan adalah masalah banjir yang selalu datang tiap tahun seperti tidak pernah berhenti. Banjir di Jakarta juga bukan cerita baru,pada jaman Batavia sudah sering jadi langganan banjir, Jakarta termasuk kota yang terletak di daerah dataran rendah, hanya 7 meter di atas permukaan laut,   40 persen wilayah Jakarta masuk kategori dataran rendah (lowland), selain itu, Jakarta juga dilalui 13 sungai besar, termasuk sungai Ciliwung. Kondisi ini, bukan berarti semua Gubernur DKI itu tidak bekerja,berbagai proyek penanganan banjir sudah pernah dilakukan, seperti proyek kanal banjir barat dan timur, tanggul banjir, normalisasi sungai, interkoneksi, sistem drainase perkotaan, sistem polder (waduk dengan pompa), pintu air pasang, dan pintu air pengatur.
           Kegiatan normalisasi sungai juga dilaksanakan di sepanjang bantaran sungai kali Ciliwung, sungai yang mempunyai hulu sungai di dataran tinggi yang terletak di perbatasan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur, atau tepatnya di Gunung Gede, Gunung Pangrango dan daerah Puncak. Dari 13 sungai yang mengalir di Jakarta, Ciliwung memiliki dampak yang paling luas ketika musim hujan karena ia mengalir melalui tengah kota Jakarta dan melintasi banyak perkampungan, perumahan padat, dan permukiman-permukiman kumuh. Sungai ini juga dianggap sungai yang paling parah mengalami perusakan dibandingkan sungai-sungai lain yang mengalir di Jakarta. Selain karena daerah tangkapan airnya di bagian hulu di wilayah Puncak dan Bogor yang rusak, badan sungai di wilayah Jakarta juga banyak mengalami penyempitan dan pendangkalan yang mengakibatkan daya tampung air sungai menyusut, dan mudah menimbulkan banjir.
Â
Peran TNI AD
           TNI AD, dalam hal ini Kodam Jaya beserta jajarannya, sebagai satuan kewilayah yang berkedudukan di DKI Jakarta, ternyata tidak hanya sebagai penonton dalam upaya Pemprof DKI melaksanakan kegiatan normalisasi sungai Ciliwung, melainkan turun langsung berperan aktif turun ke sungai Ciliwung. Tidak tanggung-tanggung, pucuk pimpinan dengan bintang duanya dipundak, langsung terjun memimpin anggota untuk membersihkan sungai Ciliwung, dengan menggunakan perahu karet bersama sama dengan anggotanya memungut sampah sepanjang sungai Ciliwung. Kegiatan Kodam Jaya tersebut bukan hanya bersifat insidentil saja, melainkan kegiatan tersebut ternyata dilaksanakan sebagai program Kodam Jaya yang harus dilaksanakan oleh satuan-satuan yang berada di wilayah DKI Jakarta.
Kepedulian TNI AD terhadap lingkungannya layak dijadikan contoh. ( Jokondo Kondo )