Mohon tunggu...
Putra Wiwoho
Putra Wiwoho Mohon Tunggu... -

Pengamat sosial

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

PROFESIONALISME PRAJURIT TNI AD DAN KETAHANAN PANGAN

6 Maret 2015   22:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:03 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kurnia Trisno Yudhonegoro dalam opininya di media online Kompasiana pada tanggal 4 Februari 2015 dengan judul Robohnya Profesionalisme TNI-AD : Babinsa Jadi Penyuluh Pertanian dalam kesimpulannya menyatakan, akan dapat berdampak buruk bukan hanya terhadap sektor pertanian melainkan juga merusak profesionalisme TNI AD. Saya tidak akan menanggapi tulisan sdr Kurnia Trisno Yudhonegoro tentang dampak buruk terhadap profesionalitas prajurit TNI AD dengan diterjunkannya Babinsa menjadi pendamping penyuluh pertanian, sebab saya tahu persis dari tulisan tersebut, penulis tidak paham tentang struktur organisasi, gelar kekuatan dan sistem pembinaan yang dilakukan TNI AD sehingga beliau menyimpulkan seperti itu.

Saya sangat berterima kasih kepada penulis yang kebetulan adalah seorang Sarjana Pertanian dari salah satu PTN terkemuka di Indonesia dan sekaligus bersyukur karena dengan tulisan tersebut saya menilai penulis benar-benar masih berjiwa petani, yang merasa terusik dan merasa "diambil alih" perannya oleh Babinsa, ini merupakan pertanda baik dan mudah-mudahan masih banyak Kurnia-Kurnia lain yang merasa terusik dengan terjunnya Babinsa yang notabene tidak dididik dan dilatih untuk menjadi penyuluh pertanian, namun dengan pengetahuan pertanian yang terbatas dan hanya dilandasi semangat pengabdian mereka bergelut setiap hari dengan para petani untuk mendorong mereka tetap dapat bekerja sebagai petani dan meningkatkan kesejahteraannya. Keberadaan Babinsa ditengah-tengah petani adalah sekaligus menanamkan nasionalisme para petani agar mereka tetap dapat berperan serta dalam mendukung terwujudnya ketahanan nasional di bidang pangan. Dari opini sdr Kurnia Trisno Yudhonegoro tersebut saya melihat masih ada harapan besar para sarjana pertanian untuk dapat bersama-sama para petani yang hampir semua berpendidikan rendah untuk meningkatkan produktifitas pertanian yang tentunya akan meningkatkan taraf hidup mereka dan mendukung tercapainya swasembada pangan bahkan sampai ketahanan Nasional dibidang pangan.

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa saat ini sedikit sekali sarjana pertanian  yang terjun didunia pertanian, mereka lebih senang terjun di dunia bisnis, perbankan dan profesi-profesi lain "yang lebih menjanjikan". Sebagian kecil yang  terjun didunia pertanian kalaupun ada mereka hampir tidak ada yang bergelut dengan lumpur bersama petani, padahal petani, masyarakat, bangsa dan negara kita yang menyatakan diri sebagai negara agraris sangat membutuhkan para sarjana pertanian itu. Seiring dengan pertumbuhan populasi penduduk dunia yang semakin besar, maka setiap negara menyiapkan diri untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi penduduknya, terutama dari negara-negara kaya, berpenduduk besar tetapi miskin sumberdaya alam karena kondisi geografinya yang sangat terbatas. Dengan segala daya dan upaya mereka akan berusaha menguasai secara langsung maupun tidak langsung wilayah-wilayah yang mempunyai potensi sumber daya alam khususnya pangan yaitu di wilayah Khatulistiwa termasuk Indonesia. Dengan demikian saat ini dan kedepan ancaman nyata terhadap Indonesia sebagai negara yang mempunyai potensi sumber daya alam yang sangat besar akan semakin beragam dan konflik kedepan hampir pasti selalu akan dilatar belakangi masalah energi, pangan dan air yang semuanya ada di Indonesia.

Dari gambaran di atas maka ketahanan nasional di bidang pangan menjadi hal yang sangat penting untuk dicapai dan seharusnya menjadi perhatian dari semua komponen bangsa. Kondisi saat ini kita semua merasakan bahwa hampir semua komoditas pangan yang kita butuhkan masih  impor, bahkan untuk pemenuhan kebutuhan pokok penduduk Indonesia pada umumnya seperti beras, jagung, kedelai,bahkan bawang merah/putih pun semua dipenuhi dari Negara-negara tetangga. Kita juga melihat  fakta bahwa selama lebih kurang 30 tahun terakhir ini pemerintah sangat sedikit membangun waduk dan bendungan serta membiarkan saluran irigasi rusak dan tidak berfungsi. Masalah lain seperti pengadaan bibit padi yang selalu bermasalah, penyelewengan pupuk bersubsidi, alih fungsi lahan yang tidak terkendali dan yang paling perlu mendapat perhatian bagi kita semua adalah makin berkurangnya minat untuk menjadi petani. Dari kondisi ini apabila tidak ditangani dengan cepat dan benar maka ketergantungan masalah pangan terhadap luar negeri menjadi semakin besar dan inilah yang dikehendaki oleh Negara-negara luar terhadap Indonesia.

TNI AD sangat berkepentingan untuk menciptakan ketahanan nasional di bidang pangan. Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa pangan merupakan salah satu komoditas yang sangat penting dan strategis bagi keberadaan sebuah negara. Pengalaman menunjukan bahwa permasalahan yang terkait dengan pangan dapat menjadi pemicu bagi krisis yang berujung pada kehancuran sebuah negara, bisa dibayangkan apabila kita tergantung dari Negara lain dan suatu saat kita bermasalah dan diembargo pasti akan sulit sekali mengatasi, rakyat kelaparan, unjuk rasa dimana-mana maka pasti Indonesia akan terjadi  kekacauan yang luar biasa dan akan sangat membahayakan keutuhan NKRI. Program pemerintah di bidang pertanian yang antara lain adalah tercapainya ketahanan pangan dalam 3 tahun kedepan dipandang sebagai program yang sangat baik dan sejalan dengan pandangan TNI AD dalam upaya pencapaian ketahanan nasional di bidang pangan. Dari hal itulah TNI AD merespon dengan mendukung penuh kebijakan pemerintah tersebut. Didahului dengan MoU antara Kepala Staf Angkatan Darat dengan Menteri Pertanian yang diikuti dengan penyiapan satuan-satuan jajaran TNI AD khususnya Kodam untuk mendukung program tersebut.

Keberadaan Babinsa bukan untuk mengambil alih peran para penyuluh pertanian apalagi Sarjana Pertanian, namun mereka hanya sebagai pendamping kelompok-kelompok tani dalam upaya meningkatkan produktifitas pertanian tentunya sekaligus untuk menutupi kekurangan tenaga penyuluh pertanian dari kementerian yang masih kekurangan cukup banyak. TNI AD khususnya para Babinsa tentunya akan sangat senang apabila para petani sudah mampu menjadi petani yang baik dan meningkat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun