Mohon tunggu...
Putra Wiramuda
Putra Wiramuda Mohon Tunggu... -

Mental Health Awareness, Meditator, Yogis, Reader Instagram : Putra Wiramuda Email : putrawiramuda@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Refleksi Pendidikan Indonesia

30 November 2015   12:48 Diperbarui: 30 November 2015   14:45 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dunia pendidikan Indonesia saat ini memiliki beragam permasalahan klasik yang tak kunjung usai. Kondisi geografis Indonesia yang terdiri atas beragam pulau menyebabkan penyebaran kualitas pendidikan dan ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan menjadi tidak merata. Kualitas pendidikan yang buruk disebabkan karena kurangnya tenaga pengajar mumpuni di daerah terpencil. Sebagian besar pendidik lebih memilih untuk mengajar di kota – kota besar karena minimnya hiburan dan saran penting lain (misal : Intitusi kesehatan, intitusi keamanan), tidak adanya tempat tinggal nyaman yang disediakan oleh pemerintah, dan letak sekolah yang jauh.

Masalah tersebut semakin diperparah dengan tidak tersedianya infrastruktur berupa akses transportasi yang memadai dari masyarakat ke sekolah. Sering kita melihat di berita – berita nasional, banyak anak – anak yang perlu berjalan jauh, bahkan mengadu nyawa dengan menyusuri lereng yang terjal dan menyeberangi jembatan yang telah rusak demi mendapatkan pendidikan. Himpitan ekonomi dan masih kurangnya kesadaran akan pentingnya pendidikan membuat masyarakat lebih memilih untuk tidak menyekolahkan anaknya dan meminta untuk membantu bekerja. Hal ini membuat angka putus sekolah semakin meningkat. Data dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan sendiri menunjukkan bahwa setiap menit ada 4 anak yang terancam putus sekolah.

Pendidikan adalah hak segala bangsa termasuk mereka yang  tinggal di pedalaman. Sudah seharusnya pemerintah berupaya untuk mengatasi berbagai permasalah tersebut. Hal ini sesuai dengan amanat UUD 1945 Pasal 31 : (1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. (3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan Undang-Undang. (4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. (5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
Namun demikian beban permasalahan pendidikan di Indonesia tidak hanya menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah semata.

Untuk percepatan pemerataan kualitas, sarana, dan prasarana pendidikan diperlukan kerja sama berbagai pihak. Koordinasi antara NGO dan pemerintah mutlak diperlukan. Sinergi antara pemerintah dan NGO dapat menciptakan program inovatif yang terintegrasi dengan baik. Selain itu, program tersebut juga dapat membuka jalan bagi para relawan baik itu relawan tenaga pendidik atau pemerhati ahli yang memiliki ide kreatif terkait permasalahan pendidikan. Sinergi tersebut juga memberi kesempatan bagi para filantropis atau stakeholder yang ingin membantu berbagai hal termasuk secara finansial dengan menyalurkannya melalui lembaga resmi yang kredibel.

Program – program menarik dan inovatif terkait pemerataan pendidikan sebenarnya telah cukup banyak bertebaran. Beberapa yang paling terkenal antara lain Indonesia Mengajar yang digagas oleh Bapak Anis Baswedan, Akademi berbagai yang diprakarsai oleh komunitas masyarakat yang ahli dibidangnya, dan SM 3T (Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar, Tertinggal). Berbagai program tersebut telah memberikan kontribusi yang cukup baik bagi pemerataan pendidikan di Indonesia. Namun demikian, untuk  benar – benar menuntaskan berbagai permasalahan pelik pendidikan di Indonesia dibutuhkan sumber daya yang tidak sedikit dan saling terkoordinasi.

Program pendidikan seperti Distance Learning dengan mengoptimalkan sumber daya manusia dan teknologi yang ada nampaknya bisa menjadi salah satu solusi alternatif. Mengingat program ini telah cukup berhasil mengatasi permasalahan pendidikan daerah terpencil di negara – negara lain. Program Distance Learning itu sendiri dapat bekerja sama dengan NGO  Inibudi.org yang telah aktif membuat video – video berisi materi – materi pelajaran dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Materi yang diberikan juga dapat dibuat bervariasi, tidak hanya pelajaran, tetapi dapat juga berbentuk keahlian khusus atau skill sehari – hari disesuaikan dengan konteks yang ada agar dapat meningkatkan kualitas hidup. Materi – materi motivasi yang disesuaikan dengan profesi – profesi tertentu juga dapat menjadi salah satu pilihan untuk menumbuhkan cita – cita tinggi sedari dini demi kemajuan bangsa. Dengan bertumbuhnya cita – cita, maka semangat anak – anak untuk mengenyam bangku pendidikan yang lebih tinggi akan berumbuh pula.

Program pendidikan yang telah banyak digagas tersebut biasanya langsung menyasar ke target siswa dengan skala yang kecil dan belum terlalu efektif menumbuhkan kesadaran akan pentingnya dunia pendidikan. Program – program promosi melalui media cetak maupun elektronik yang menerangkan pentingnya pendidikan demi masa depan yang lebih baik perlu digalakkan. Program tersebut akan lebih efektif lagi apabila ditujukkan bagi masyarakat di daerah 3T. Hal ini untuk mengurangi angka putus sekolah yang biasanya disebabkan karena alasan personal.

Program promosi tersebut juga dapat mendorong dan mengispirasi masyarakat untuk turut serta menyadari permasalahan pendidikan bahkan tergerak untuk berkontribusi dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Selain itu, dapat pula menjangkau pihak swasta maupun individu yang ingin memberikan bantuan melalui jalur yang kredibel. Program penguatan komunitas yang memiliki concern terkait pendidikan juga perlu dilakukan. Hal ini berguna agar komunitas – komunitas yang tersebar tidak merasa ”kesepian” dan diapresiasi dengan baik. Komunitas – komunitas tersebut biasanya memiliki gagasan yang menarik dan memahami konteks permasalahan pendidikan di suatu daerah namun terkendala karena kurangnya sumber daya yang ada. Dengan program penguatan yang tepat sasaran disertai dengan bimbingan dan evaluasi yang baik maka komunitas tersebut dapat kembali bergerak secara optimal, bahkan bukan tidak mungkin mampu merangkul berbagai stakeholder untuk mengatasi permasalahan yang ada.

Berbagai program tersebut akan semakin matang, berdampak luas, dan sustainable jika dilandasi oleh evidence based yang baik. Dalam hal ini asesmen kebutuhan dan riset pendidikan di daerah terpencil mutlak diperlukan. Mengingat konteks kebudayaan dan keyakinan, serta kondisi demografis dan geografis wilayah Indonesia yang sangat beraneka ragam menyebabkan konteks permasalahan di masing – masing daerah terpencil menjadi berbeda – beda. Dengan pemetaan masalah yang akurat dan data – data yang lengkap maka program – program tersebut dapat diaplikasikan dengan komprehensif, saling terintegrasi, bahkan berkelanjutan.

Mengutip kata – kata dari Bapak Anis Baswedan bahwa “Kekayaan terbesar sebuah bangsa adalah manusianya bukan sumber daya alamnya.” Dengan demikian Pendidikan haruslah menjadi prioritas utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Alokasi dana APBN sebesar 20 persen bagi dunia pendidikan harus benar – benar di optimalisasi dengan baik. Ke depannya melalui implementasi program, baik yang dilakukan pemerintah, NGO, maupun swadaya  masyarakat, semoga pemerataan pendidikan di Indonesia menjadi semakin baik. Angka buta huruf di Indonesia menjadi 0 persen dan wajib belajar 9 tahun bahkan ditingkatkan menjadi 12 tahun benar – benar terlaksana di seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Selanjutnya, setiap anak di seluruh Indonesia bisa bangun pagi dengan penuh semangat, melangkahkan kaki ke sekolah dengan rasa aman, tanpa perlu mengadu nyawa di jalan. Setiap anak bisa merasa nyaman dengan pendidikan yang berkualitas karena tidak ada lagi ketimpangan gedung sekolah antara kota besar dan daerah terpencil.

Tidak lupa semboyan Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa benar – benar dihidupi oleh para guru dan tercermin dengan banyaknya guru yang mau mengajar di daerah terpencil namun tetap mendapatkan kesejahteraan yang layak. Para professional yang telah sukses di berbagai bidang hendaknya tidak lupa dengan sekolah, tempat penuh kenangan yang berkontribusi dalam kehidupan mereka. Para professional mau kembali, menengok sekolah mereka serta membantu memajukan kualitas pendidikan di tempat asal mereka.  Akhir kata, pendidikan sudah sepatutnya menyejahterakan manusia bukan menyengsarakan manusia. Dengan pendidikan  seseorang mampu mengubah dirinya, mengubah lingkungan, bahkan mengubah dunia ke arah yang lebih baik. Bukan tidak mungkin berbagai terobosan mutakhir terkait pemecahan masalah global, misalnya soal penemuan obat HIV AIDS yang murah, tersimpan di kepala salah satu anak yang putus sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun