Mohon tunggu...
Putra Wiramuda
Putra Wiramuda Mohon Tunggu... -

Mental Health Awareness, Meditator, Yogis, Reader Instagram : Putra Wiramuda Email : putrawiramuda@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pentingnya Kesadaran Akan Kesehatan Mental

1 Oktober 2015   15:07 Diperbarui: 29 Oktober 2015   19:16 6141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Menurut WHO (World Health Organization), sehat adalah kondisi lengkap baik fisik, mental, maupun kesejahteraan sosial. Sedangkan kesehatan mental yakni kondisi sejahtera karena individu menyadari potensi dirinya, dapat mengatasi tekanan, bekerja dengan baik dan produktif, serta mampu memberikan kontribusi bagi kelompoknya. Di negara yang sedang berkembang, isu kesehatan mental masih menjadi topik yang terpinggirkan. 4 dari 5 penderita gangguan mental belum mendapatkan penanganan yang sesuai dan pihak keluargapun hanya menggunakan kurang dari 2% pendapatannya untuk penanganan penderita. Di Indonesia sendiri, stigma terhadap penderita menyebabkan para penderita semakin sulit untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan terisolasi. Bahkan data dari riset kesehatan dasar menyebutkan bahwa pada tahun 2013 terdapat 56000 penderita yang dipasung oleh keluarga dikarenakan stigma negatif, kurangnya informasi dan pemahaman terkait kesehatan mental, serta kurangnya fasilitas penanganan yang memadai. Di Indonesia pada tahun 2012 hanya terdapat 345 psikolog klinis dari 240 juta jiwa penduduk dan hanya terpusat di Pulau Jawa, padahal rasio idealnya yakni 22:100.000. Menurut data dari Riset Kehesatan Mental pada tahun 2007 di Indonesia terdapat sekitar 1 juta orang yang mengalami gangguan jiwa berat dan 19 juta orang yang menderita gangguan jiwa ringan hingga sedang, dan angka tersebut terus meningkat walaupun belum ada data pasti terbaru.  Isu kesehatan mental apabila terus menerus terpinggirkan akan berpengaruh buruk bagi Indonesia. Penurunan produktifitas terbukti berdampak nyata pada perekonomian. DALY (Disability-Adjusted Life Year) atau waktu yang hilang selama setahun dari penderita gangguan mental ternyata 12,5% lebih besar daripada penderita penyakit jantung sistemik dan TBC . Bahkan menurut WHO dan WEF (World Economic Forum) gangguan mental menjadi beban ekonomi terbesar di seluruh dunia dibanding isu kesehatan lain dengan menghabiskan $2,5 triliun pada tahun 2010 dan diperkirakan menjadi $6 triliun dolar pada tahun 2030 karena 2/3 dari hilangnya dana terpakai akibat disabilitas dan kehilangan pekerjaan. WHO pun dengan tegas menyatakan bahwa pembangunan kesehatan fisik dan mental secara berimbang merupakan sebuah kewajiban yang harus ditanggung bersama oleh pemerintah dan segenap masyarakat.

Berdasarkan kenyataan tersebut sudah sepatutnya masyarakat untuk lebih aware akan pentingnya kesehatan mental karena berdampak langsung terhadap perekonomian sebuah negara. Selain itu, sebagai sesama manusia sebaiknya kita mampu untuk menerima kekurangan orang lain. Dalam hal ini termasuk menerima berbagai kondisi yang dialami oleh penderita gangguan mental. Perilaku negatif dari masyarakat dan stereotip bahwa penderita gangguan mental adalah seorang aneh dan berbahaya yang sering diberikan masyarakat kepada para penderita semakin mempersulit penderita untuk dapat menerima penanganan yang sesuai dan menghambat proses kesembuhan dan adaptasi sosial penderita. Kondisi semakin ini diperburuk dengan sikap masyarakat yang lebih memilih untuk melakukan pemasungan daripada mencari psikolog, psikiater ataupun mental health care.  Berbagai kondisi tersebut membuat para penderita semakin kesepian dan terisolasi. Sebagian bahkan menginternalisasi pesan dan membentuk citra diri negatif sehingga para penderita merasa tidak layak untuk hidup dan memilih untuk melukai diri sendiri bahkan bunuh diri.

Banyak hal yang masyarakat bisa lakukan untuk mengatasi hal tersebut. Salah satunya adalah dengan mengurangi stigma negatif terhadap para penderita serta menyadari dan menerima bahwa para penderita sebenarnya juga merupakan seorang manusia yang layak untuk mendapatkan perhatian dan penanganan yang sesuai. Selain itu, pemerintah dapat memberikan sosialisasi dan edukasi tentang berbagai gangguan mental untuk mengurangi stigma dan salah persepsi yang sering disematkan masyarakat kepada penderita. Pemerintah juga perlu untuk lebih memperhatikan fasilitas dan kualitas dari penanganan penderita. Pendidikan yang lebih baik juga perlu diberikan kepada orang – orang yang concern dan aktif dalam menangani penderita. Sudah saatnya alokasi dana dari pemerintah tidak hanya digunakan untuk kesehatan fisik semata tetapi juga kesehatan mental, mengingat banyak pula riset yang menyatakan bahwa sebagian besar masalah kesehatan fisik berakar pada masalah mental.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun