Mohon tunggu...
Adi Putra
Adi Putra Mohon Tunggu... -

"this is it"

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Karena Air, Mengalir Darah.....

25 April 2012   08:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:08 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

(Bentrok antar Warga Desa Oloboju dan Desa Watunonju, Kec. Biromaru Kab Sigi– Sulawesi Tengah)

Sungai Vuno merupakan Daerah Aliran Sungai yang terletak didesa Olobunju Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah. Kehidupan MasyarakatBiromaru sangatlah bergantung pada sungai itu. Selama ini warga keturunan suku Kaili Ija yang mendiami Desa Oloboju, Sidera, Vatunonju, Soulove, dan Bora memanfaatkan Sungai Vuno untuk mengairi persawahaan mereka secara turun temurun. Dan ketika musim kemarau tiba dan debit air sungai Vuno berkurang masyarakat keturunan suku Kaili Ija, yang mendiami lima desa di Sigi, melakukan ritual Mora’akeke. Ini semua di lakukan karena mereka sangat bergantung pada sungai Vuno untuk bisa mengairi sawahnya.

Mora’akeke sendiri adalah Ritual untuk mendatangkan hujan pada Tuhan melalui perantara Mpue atau arwah leluhur. Ritual yang dilakukan oleh warga keturunan suku Kaili Ija yang mendiami lima desa di Kabupaten Sigi, yakni Desa Bora, Oloboju, Soulove, Sidera, dan Vatunonju berdasarkankesepakatan bersama para tokoh adat dari kelima desa tersebut. Selain itu, RitualMora’akeke selain untuk mendatangkan hujan Mora’akeke sendiri memiliki tradisi untuk bisa menjaga keharmonisan dan keseimbangan antara manusia dan alam.

Seiring dengan perkembangan zaman pemerintah Donggala membangun sebuah air saluran irigasi di sungai vuno bernama Konju (mata air).Air saluran irigasi Konju sendiri merupakanprogram pemerintah kabupaten donggala (sebelum mekar menjadi Sigi) pemasangan pipa pertama sudah sejak 10 tahunan yang lalu. dan kehidupan masyarakat Biromaru di lima desa seperti desa Olobonju, Vatunonju, Soulove, Sidera dan Bora berjalan dengan lancar selancar air yang mengalir dari sungai vuno ke saluran irigasi konju hingga ke areal persawahan masyarakat Biromaru

Namun setelah Biromaru melepaskan diri dan menjadi kabupaten baru bernama Sigi pada tahun 2008. Pemerintah Sigi memasangkan pipa kembali di ditahun 2011 pipa kedua di pasang melalui program pemerintah. Mungkin tujuan pemerintah baik, namum pemerintah tidak mempunyai peritungan yang matang karena pipa kedua yang di pasang mengarah ke areal lahan yang kurang produktif. Maklum penjabat sendiri tidak mau ketinggalan dengan rakyatnya untuk menggarap lahan. Sebut saja seperti anggota dewan dan aparat Negara yang memiliki lahan di kawasan olobonju .

Muncul pertanyaan dari masyarakat lima desa tersebut. Kenapa justru setelah terpasang pipa kedua air saluran irigasi tidak dapat berjalan optimal Sewaktu pipa irigasi masih terpasang satu. Masyarakat Desa Vatunonju, Soulove, Sidera dan bora sudah mulai merasakan susahnya mendapatkan air irigasi dari Saluran mata air Konju. Dari sinilah munculnya kecemburuan sosial antar masyarakat dari lima desa tersebut terutama desa Olobonju dan Desa Vatunonju yang letak desanya berdekatan.

Ritual Mora’akeke sendiri memiliki tradisi untuk bisa menjaga keharmonisan anatar masyarakat kelima desa tersebut kini menjadi tumbal kecemburuan sosial karena masyarakat kelima desa tersebut sudah tidak bisa lagi mengairi sawahnya secara optimal. Dan Kini pemerintah Sigi ingin mamasangkan kembali pipa yang ke tiga namun Karena Masyarakat Desa Vatunonju dan beberapa desa lain menilai proyek pemasanganpipa yang lokasinya tidak jauh dari Desa Oloboju, hanya dinikmati sebagian besar warga Desa Oloboju padahal Air saluran irigasi di sungai Vuno setidaknya melintasi lima desa di kecamatan Sigi Biromaru.

Dan pada akhirnya Bentrokan antar desa pun tidak dapat dihindari Bentrokan yang terjadi terjadi pada 11 Februari 2012 silam. yang di latar belakangi dari isu pembacokan oleh warga Oloboju terhadap petani Desa Vatubonju yang ingin mengambil air. Sehingga warga Desa Vatubonju melakukan penyerangan ke Desa Olobonju.Dalam aksi penyerangan tersebut Satu warga Desa Oloboju bernama Lasiama (66)tewas setelah terkena busur di bagian dadanyadan bacokan parang di leher bagian belakang kepala serta tebasan di bagian wajah.

Sangat Ironis jika dari pemasangan pipa yang seharusnya dapat mempermudah masyarakat Biromarujustru memunculkan kecemburuan sosial masyarakat Biromaru dari lima desa tersebut. Jadi, masyarakat Desa Olobnju dan Vatunonju hanya menjadi korban dari keegoisan anggota dewan dan aparat-aparat Negara yang menggarap lahan di Oloboju. Maka dapat kita simpulankan hilangnya nilai-nilai keharmonisanpemerintahlah yang menjadi penyebabnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun