Mohon tunggu...
Humaniora

Orkestra Kuli,Indonesia Raya dan Vanda

18 Juni 2015   22:51 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:42 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 

Sidang isbat masih belum ditentukan ,ada yang meyakini telah hadir ada pula menyatakan belum hadir.polemik biarlah karna malm ini bukan malam isbhat ,malam ini malam Vanda.taman dengan diapit segitiga kuasa , segitiga bangunan gereja dengan arsitektur vintage,kantor BI (Bank Indonesia),dan kantor Polsek Bandung.tempat yang pasti dengan koordinat jelas tak seperti malam ishbat,kira-kira seperti itu.

 

Taman yang membentuk hurur V ini tenang ,taman dengan sorotan utama adalah air mancur menari di tengah berwarna warni hampir serupa taman air menari cikapundung terdapat di dekat jln.braga yang membedakan tidak adanya lagu pengiring air mancur tersebut.pengunjung seakan diberi tempat khusus untuk menikmati keindahan air menari ini seperti konser orchestra,ide saya bila air mancur sengaja dimatikan bisa saja panggung utama tersebut menjadi tempat music akustik band-band sebagai penghibur wisatawan,yah masih menurut saya saja.

 

Pada awalnya sekitar jam 7 malam  tidak terlalu banyak orang tertarik datang hanya ada beberapa pasangan sejoli berbagi kasih menuliskan tinta kenangan sambil selfie ataupun berpelukan disela-sela kesempatan memang hal ini membuat iri bagi mereka yang datang sendiri, sangat berlawanan dengan taman jomblo saya kira (jomblo memang begitu di dalam kesendirian terdapat kebahagian * ngeles ala jomblo) .Tapi tak lama semakin malam semakin ramai banyak grup-grup yang saya sama sekali tidak tahu dari mana karna memang tidak bertanya ,dari Ibu-ibu,suami istri muda membawa buah hatinya bermain,pengendara sepeda,mahasiswa,turis mancanegara,sampai tukang kopi pun hadir.tidak aneh , berekspresi di taman dilingkungan luas memang sangat menyenangkan interaksi manusia dengan manusia secara langsung dapat terlihat ketimbang memilih berinteraksi di dalam mal atau gedung sejenisnya.beberapa yang hadir dipastikan membawa kamera dengan mengabadikan foto bersama,selfie,dan tawa begitu lekat disemua orang.bahagia itu sederhana tidak terlalu muluk-muluk tentang harta benda ,lebih menyangkut perasaan.

 

Yang menarik tukang-tukang pembuat taman masih  bekerja,bukankah ini jamnya beristirahat ? saya pikir ,tetapi mereka tetap saja bekerja lembur para kuli itu terbagi ada dibeberapa tempat,mungkin untuk memodifikasi lantai taman yang masih kurang terstruktur .alunan ketukan palu sinkron dengan bunyi gurinda pembelah lantai “Tang,tang,tang,tang ngeeeekkk” kurang lebih seperti itu bunyi kolaborasi mereka .saya menutup mata mendengarkan seksama,tak lama suara lagu Indonesia Raya berkumandang dari kantor Polsek.tidak ada yang peduli semua selfie,yang pacaran tetap berpelukan,kuli-kuli mengiringi ,saya berdiri.tidak ada yang tergerak ? saya pernah membaca artikel tentang betapa hikmatnya warga Thailand pada lagu kebangsaan mereka,tanpa disuruh ataupun dapat hukuman setiap lagu tersebut berkumandang semua orang akan berdiri sikap sempurna menghormati dan mencintai negara dan kebangsaannya. bagi saya lagu Indonesia Raya  lebih sangat mengharukan nasionalisme ingatan saya kembali ketika mendaki puncak gunung Slamet,bukan Semeru.betapa hikmatnya kala itu karna puncak yang terjal ditambah pasir-pasir bercucuk memasuki lengan walau memakai sarung tangan dan memasuki sela-sela kaki walau telah dibalut oleh kaos kaki.langitnya sama saja,diatas awan yah biasa saja tak istimewa,keistimewaan ketika salah satu dari kelompok yang mendaki mengkumandangkan Indonesia Raya akan syukurnya . Indonesia dengan keindahan alamnya,Indonesia dengan ribuan pulaunya,Indonesia suku dan bangsa beragam,bersatu menjadi Indonesia.

 

Saya masih berdiri dan ditertawakan teman-teman , biarlah saya bilang alasan berdiri karna menghormati Indonesia raya , lagu ini tercipta dengan pengorbanan darah.sambil bercanda tawa teman saya bilang “ Indonesia sudah merdeka,manusianya yang belum mah” malam ini larut dalam canda tawa kita .Lagu Indonesia Raya masih berkumandang orang-orang tetap selfie , dan kuli bangunan masih bekerja dengan instruksi mandor , Bandung harus berterima kasih pada para kuli ini . Bandung diciptakan Tuhan ketika sedang tersenyum ,Tuhan tersenyum lebih lebar pada kuli bangunan.

 

* Foto ilustrasi saja

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun