Oleh Saddha Putra Djunaedi
      Indonesia baru saja melewati masa transisi pemerintahan, baik dari Pemilihan Umum Presiden RI yang diselenggarakan pada Februari, hingga Pemilihan Kepala Daerah yang baru-baru ini dilaksanakan, tepatnya pada 27 November 2024. Memilih pemimpin negara maupun daerah dengan baik haruslah dilakukan dengan cara objektif dan melihat rekam jejak kepemimpinan yang sudah pernah ada untuk menentukan apakah calon pemimpin tersebut layak untuk memimpin atau tidak.
      Kelompok Pemilih Muda (17-29) merupakan kelompok yang rawan disetir dalam pandangan politiknya, seringkali beberapa dari mereka merasa acuh tak acuh dalam memilih pemimpin dengan anggapan bahwa politik tidak akan berpengaruh secara langsung dalam kehidupan mereka. Tak sedikit dari kelompok usia ini yang akhirnya memilih paslon berdasarkan pilihan dari kerabat karena mereka tidak mengetahui hal-hal terkait paslon-paslon dan rekam jejak pemerintahannya atau karena adanya keterbatasan informasi yang jelas mengenai visi-misi tiap paslon di media.
Kurangnya rasa peduli pada pemilih muda dalam pemilu merupakan salah satu ancaman bagi demokrasi bangsa. Pemilihan Umum seharusnya dapat menjadi langkah nyata masyarakat dalam membela negara dengan menggunakan hak suaranya, namun pada kenyataanya, masih sangat banyak pemilih muda yang tidak menggunakan hak suaranya dengan baik.
Apa yang dapat kita lakukan sebagai pemilih muda?
Satu Suara Mampu Membuat Perubahan.
      Banyak dari pemilih muda yang merasa bahwa suara yang mereka punya hanya merupakan formalitas belaka dan tidak akan berpengaruh secara langsung terhadap dirinya, padahal, jika pemimpin yang terpilih merupakan pemimpin yang tidak memihak kepada seluruh lapisan masyarakat, pemimpin tersebut bisa saja membuat peraturan-peraturan yang menguntungkan pihak tertentu dan hal ini jelas akan merugikan masyarakat itu sendiri. Rasa tidak peduli akan suara yang mereka punya jelas sangat merugikan bagi keutuhan demokrasi negara Indonesia, peningkatan akan kesadaran bahwa suara setiap masyarakat yang sudah berhak memilih adalah hal yang penting dapat dilakukan dengan cara melakukan kegiatan seperti seminar, webinar, serta konten-konten edukatif terkait pentingnya suara yang setiap individu miliki.
Meningkatkan Konten-Konten Edukatif Terkait Visi-Misi, serta jejak kepemimpinan  masing-masing Paslon.
      Visi-misi para paslon merupakan penentu keputusan yang seharusnya menjadi fokus utama para pemilih dalam memilih pemimpin, dengan memilih paslon yang memiliki visi-misi yang jelas dan realistis, masyarakat diharapkan mampu menentukan pilihan yang akan menguntungkan nantinya bagi kesejahteraan rakyat yang menjangkau seluruh lapisan serta pembangunan nasional yang lebih merata.
      Konten-konten yang mengangkat terkait visi-misi masing-masing paslon yang di upload di media sosial diharapkan dapat memperdalam pengetahuan para pemilih muda agar dapat lebih yakin dalam memilih pasangan yang sesuai. Konten-konten tersebut dapat berupa animasi, penjelasan naratif tentang masing-masing paslon, hingga parodi komedi yang menyiratkan pesan-pesan politik yang objektif. Kebanyakan dari pemilih muda menggunakan gawai dan jejaring sosial secara online, media seperti TikTok, Youtube, X (Twitter) dsb merupakan contoh wadah yang dapat digunakan untuk membuat konten-konten edukatif ini.
Mari gunakan hak pilih kita dengan bijak!